JAKARTA - Harga emas dunia kembali menguat pada perdagangan terakhir, didorong oleh kondisi ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Kenaikan harga emas ini memicu pertanyaan bagi investor dan masyarakat umum, apakah saat ini waktu yang tepat untuk membeli atau menjual emas?
Pada perdagangan kemarin, harga emas di pasar spot ditutup pada posisi US$ 1.373,4 per troy ons, naik 0,6% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Kenaikan ini dipicu oleh sejumlah data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan pelemahan pada sektor jasa dan penciptaan lapangan kerja.
Institute of Supply Management (ISM) mengumumkan bahwa Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor jasa Amerika Serikat berada di angka 49,9 pada Mei. Angka ini menunjukkan sektor jasa AS memasuki zona kontraksi, karena angka di bawah 50 mengindikasikan penurunan aktivitas ekonomi. “Ini adalah kali pertama sejak Juni tahun lalu sektor jasa AS mengalami kontraksi, yang tentu menjadi sinyal perhatian bagi pasar,” ujar seorang analis ekonomi.
Data lainnya yang turut memberi tekanan pada sentimen pasar adalah laporan Automatic Data Processing (ADP) yang mencatat penciptaan lapangan kerja di sektor swasta hanya sebesar 37.000 pada Mei, angka terendah sejak Maret 2023. Kondisi ini memperkuat gambaran perlambatan ekonomi di Amerika Serikat, yang membuat pelaku pasar semakin mempertimbangkan perlunya stimulus ekonomi dan kemungkinan penurunan suku bunga acuan oleh Federal Reserve.
Emas, sebagai aset non-yielding yang tidak memberikan imbal hasil berupa bunga atau dividen, cenderung menjadi pilihan investasi aman ketika suku bunga menurun. Penurunan suku bunga membuat biaya kesempatan memegang emas menjadi lebih rendah, sehingga meningkatkan daya tariknya.
Analisis Teknikal: Tren Harga Emas Masih Bullish Namun Waspada Koreksi
Melihat dari sisi teknikal, harga emas masih menunjukkan tren bullish. Indikator Relative Strength Index (RSI) pada timeframe harian berada di angka 58, yang mengindikasikan sentimen pasar masih positif dan harga berpotensi naik. Namun, ada peringatan dari indikator Stochastic RSI yang sudah mencapai level 88, menandakan pasar berada dalam kondisi jenuh beli (overbought). Hal ini berisiko memicu koreksi harga dalam waktu dekat.
Volatilitas harga emas juga terpantau rendah, dengan Average True Range (ATR) 14 hari berada di angka 59, yang berarti pergerakan harga saat ini cenderung stabil. Para investor perlu mencermati pivot point pada level US$ 1.339 per troy ons sebagai titik acuan pergerakan harga.
Jika harga emas turun di bawah pivot point tersebut, level support pertama yang bisa diuji adalah pada US$ 1.341 per troy ons, yang bertepatan dengan Moving Average (MA) 5 hari. Jika support ini gagal bertahan, target berikutnya adalah MA-10 di US$ 1.331 per troy ons. Sebaliknya, apabila harga mampu menembus resistance di US$ 1.382 per troy ons, harga emas berpotensi melesat ke rentang US$ 1.396 hingga US$ 1.419 per troy ons.
Apakah Sekarang Waktu yang Tepat untuk Jual atau Beli?
Dengan kondisi pasar saat ini, investor disarankan untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan. Tren bullish masih terbuka, namun risiko koreksi juga semakin meningkat karena indikasi overbought. “Investor perlu memantau dengan cermat level pivot dan support, serta perkembangan data ekonomi terbaru, sebelum melakukan transaksi besar,” kata seorang analis pasar komoditas.
Bagi yang berencana membeli emas sebagai investasi jangka panjang, momen ini bisa dimanfaatkan selama harga belum menembus support kritis. Namun, untuk investor yang ingin merealisasikan keuntungan, kewaspadaan terhadap potensi koreksi sangat penting agar tidak mengalami kerugian akibat fluktuasi harga.
Secara keseluruhan, dinamika ekonomi global dan kebijakan moneter AS tetap menjadi faktor utama yang akan menentukan arah pergerakan harga emas ke depan. Investor disarankan untuk terus mengikuti berita ekonomi terbaru dan analisis teknikal untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.