Harga Minyak Dunia Menguat Tipis di Tengah Mandeknya Negosiasi Nuklir AS Iran

Selasa, 20 Mei 2025 | 08:07:35 WIB
Harga Minyak Dunia Menguat Tipis di Tengah Mandeknya Negosiasi Nuklir AS Iran

JAKARTA - Harga minyak mentah dunia mencatatkan penguatan tipis pada awal pekan ini, ditopang oleh meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap kebuntuan dalam negosiasi nuklir antara Amerika Serikat dan Iran. Sentimen ini berhasil meredam tekanan pasar yang sempat muncul akibat penurunan peringkat kredit Amerika Serikat oleh lembaga pemeringkat Moody’s.

Mengutip data dari Reuters, pada perdagangan Selasa 20 MEI 2025, harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan sebesar 0,13 persen ke posisi US$65,54 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tercatat naik 0,3 persen menjadi US$62,69 per barel.

Kedua acuan harga minyak mentah tersebut sebelumnya telah mencatatkan kenaikan lebih dari 1 persen selama pekan lalu. Penguatan ini menandakan adanya kekhawatiran investor terhadap potensi terganggunya pasokan minyak global, seiring mandeknya proses diplomatik antara Washington dan Teheran terkait program nuklir Iran.

Negosiasi Nuklir Mandek, Ketegangan Geopolitik Meningkat

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran kembali menjadi pusat perhatian pasar energi dunia. Negosiasi yang telah berlangsung selama beberapa bulan tampaknya menemui jalan buntu, seiring keteguhan kedua pihak dalam mempertahankan posisi masing-masing.

Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Majid Takht-Ravanchi, menegaskan bahwa Iran tidak akan tunduk pada tuntutan Amerika Serikat yang menghendaki penghentian penuh aktivitas pengayaan uranium.

"Pembicaraan tidak akan membuahkan hasil jika Amerika Serikat terus menuntut penghentian aktivitas pengayaan uranium oleh Iran," tegas Takht-Ravanchi kepada media Iran.

Pernyataan tersebut memberikan sinyal kuat bahwa kesepakatan nuklir antara kedua negara kemungkinan besar tidak akan segera tercapai, memicu kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah, khususnya Iran yang merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia.

Pengaruh Geopolitik Terhadap Pasar Energi

Pasar minyak global sangat sensitif terhadap dinamika geopolitik, terutama di wilayah kaya minyak seperti Timur Tengah. Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat berpotensi memicu gangguan distribusi minyak mentah, terutama jika ketegangan tersebut berkembang menjadi konflik militer atau pemberlakuan sanksi baru oleh pihak Barat terhadap Iran.

Amerika Serikat sendiri, di bawah administrasi saat ini, telah menunjukkan sikap keras terhadap Iran. Kegagalan diplomasi bisa memperpanjang sanksi ekonomi terhadap negara tersebut, yang pada gilirannya akan membatasi ekspor minyak Iran ke pasar global. Akibatnya, pasokan minyak mentah dunia bisa menyusut, mendorong harga naik lebih lanjut.

Sentimen Pasar Tertahan oleh Downgrade Kredit AS

Di sisi lain, sentimen pasar sempat ditekan oleh kabar penurunan peringkat kredit Amerika Serikat oleh lembaga pemeringkat internasional Moody’s. Penurunan peringkat ini mengindikasikan meningkatnya risiko fiskal di ekonomi terbesar dunia, di tengah kekhawatiran pasar terhadap beban utang yang terus meningkat dan kebijakan fiskal yang dianggap kurang disiplin.

Namun, efek negatif dari downgrade ini tidak terlalu membebani pergerakan harga minyak, karena kekhawatiran terhadap keamanan pasokan minyak mentah dari Timur Tengah dinilai memiliki dampak jangka pendek yang lebih signifikan oleh pelaku pasar.

Analis: Pasar Akan Tetap Volatil

Sejumlah analis memperkirakan bahwa volatilitas di pasar energi masih akan tinggi dalam beberapa pekan ke depan, tergantung pada perkembangan situasi diplomatik antara Iran dan Amerika Serikat.

"Harga minyak dalam jangka pendek akan sangat tergantung pada perkembangan geopolitik di Timur Tengah. Jika ketegangan meningkat atau negosiasi benar-benar gagal, kita bisa melihat lonjakan harga yang lebih tajam," ujar analis energi dari Global Oil Watch, Lisa Montague.

Montague menambahkan bahwa faktor lain seperti permintaan global, prospek ekonomi Tiongkok, serta produksi dari negara-negara anggota OPEC+ juga akan menjadi variabel penting yang menentukan arah pergerakan harga minyak dalam waktu dekat.

OPEC+ dan Stabilitas Pasokan

Sementara itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, diperkirakan akan mempertahankan kebijakan produksi yang ketat untuk menjaga stabilitas harga. Meski beberapa negara anggota menghadapi tekanan untuk meningkatkan produksi, kelompok ini sejauh ini tetap konsisten dalam menahan pasokan guna menstabilkan pasar.

Langkah ini juga menjadi salah satu faktor penopang harga minyak di tengah ketidakpastian global yang semakin meningkat. Para produsen minyak besar tampaknya berhati-hati dalam menentukan kebijakan produksi, mengingat fluktuasi permintaan dan ketidakpastian makroekonomi global.

Prospek Harga Minyak: Waspada Terhadap Risiko

Secara keseluruhan, pasar minyak diperkirakan akan tetap berada dalam tren naik yang hati-hati, setidaknya dalam jangka pendek. Faktor-faktor risiko utama seperti ketegangan geopolitik, arah kebijakan moneter global, serta pemulihan ekonomi global pasca-pandemi masih akan mendominasi dinamika harga.

Penguatan harga yang terjadi saat ini, meskipun terbatas, mencerminkan sensitivitas pasar terhadap risiko geopolitik. Kegagalan diplomasi nuklir antara Amerika Serikat dan Iran tidak hanya meningkatkan ketegangan kawasan, tetapi juga menambah ketidakpastian dalam pasar energi global.

Pelaku pasar diimbau untuk mencermati perkembangan terbaru dengan saksama, terutama pernyataan resmi dari pejabat pemerintah Amerika Serikat dan Iran, serta tanggapan dari sekutu-sekutu kedua negara.

Dengan penguatan tipis harga minyak Brent dan WTI masing-masing sebesar 0,13% dan 0,3% di tengah kekhawatiran atas negosiasi nuklir AS-Iran, pasar kembali diingatkan bahwa faktor geopolitik tetap menjadi elemen kunci dalam dinamika harga energi global. Situasi ini menunjukkan pentingnya stabilitas politik dan diplomasi internasional dalam menjaga keseimbangan pasokan energi dunia.

Sementara itu, penurunan peringkat kredit AS oleh Moody’s, meskipun menjadi catatan penting, masih kalah pengaruh dibandingkan kekhawatiran pasokan jangka pendek akibat ketegangan di kawasan Timur Tengah.

Ke depan, investor dan pengamat pasar akan terus memantau setiap perkembangan dari meja diplomasi, karena satu pernyataan atau langkah strategis dapat dengan cepat menggoyang harga minyak dunia.

Terkini