BURSA

Bursa Terkoreksi, Investor Asing Pantau The Fed

Bursa Terkoreksi, Investor Asing Pantau The Fed
Bursa Terkoreksi, Investor Asing Pantau The Fed

JAKARTA - Pergerakan pasar saham Indonesia sepekan terakhir menunjukkan dinamika yang cukup menarik. Meski kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami koreksi 0,81% menjadi Rp14.131 triliun dari posisi Rp14.247 triliun pekan sebelumnya, aktivitas perdagangan tetap menunjukkan tanda-tanda optimisme di kalangan pelaku pasar. Hal ini tercermin dari kenaikan frekuensi transaksi harian serta volume perdagangan yang relatif tinggi, meski rata-rata nilai transaksi menurun dibanding pekan sebelumnya.

Pergerakan IHSG dan Sektor Saham

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan pekan lalu di posisi 7.858,851, turun 0,50% dari level 7.898,375 pada pekan sebelumnya. Pelemahan ini tercermin dari penutupan Jumat lalu yang mengalami koreksi 31,87 poin atau 0,40%. Kendati demikian, beberapa sektor tetap mencatatkan penguatan. Menurut Indeks Sektoral IDX-IC, sektor transportasi & logistik naik 2,03%, sektor teknologi tumbuh 1,54%, dan sektor barang konsumen non-primer menguat 1,07%. Sebaliknya, sektor barang baku menjadi yang paling terkoreksi sebesar 0,39%, diikuti sektor kesehatan dan sektor barang konsumen primer dengan penurunan masing-masing 0,37% dan 0,17%.

Saham-saham unggulan yang mencatatkan penguatan terbesar antara lain HUMI, SSTM, COIN, FITT, dan JECC. Sementara saham yang melemah paling dalam adalah MFIN, BBLD, POLU, DFAM, dan ARTA. Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 1.894.880 kali transaksi, dengan total 41,66 miliar lembar saham diperdagangkan senilai Rp16,02 triliun. Secara keseluruhan, dari 799 saham yang tercatat, 361 naik, 275 turun, dan 163 tidak bergerak.

Aktivitas Investor Asing

Aktivitas investor asing juga menjadi perhatian. Pada perdagangan terakhir, investor asing tercatat melakukan net buy senilai Rp424,57 miliar. Meski demikian, sepanjang tahun 2025, investor asing masih mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp52,441 triliun. “Pelaku pasar masih melihat kemungkinan pelonggaran kebijakan The Fed pada September 2025, dengan memperkirakan peluang 75,3 persen untuk penurunan sebesar 25 basis poin,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya. Prediksi ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi psikologi investor domestik maupun asing dalam mengambil keputusan beli atau jual.

Kapitalisasi Pasar dan Transaksi Harian

Selain IHSG, kapitalisasi pasar BEI selama sepekan mengalami perubahan menjadi Rp14.131 triliun, turun dari Rp14.247 triliun pekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian turun 15,95% menjadi Rp17,92 triliun, sementara rata-rata volume transaksi meningkat 10,00% menjadi 39,47 miliar lembar saham. Frekuensi transaksi harian juga naik 1,98% menjadi 2,12 juta kali transaksi, menunjukkan bahwa meski nilai transaksi menurun, antusiasme investor tetap tinggi.

Obligasi, Sukuk, dan Surat Berharga Negara

Di sisi instrumen lain, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang tahun 2025 telah mencapai 119 emisi dari 66 emiten senilai Rp135,87 triliun. Secara keseluruhan, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 650 emisi dengan nilai nominal outstanding Rp519,80 triliun dan US$117,27 juta, diterbitkan oleh 139 emiten. Surat Berharga Negara (SBN) tercatat 194 seri dengan nilai nominal Rp6.221,26 triliun dan US$502,10 juta. BEI juga mencatat tujuh emisi EBA dengan total nilai Rp2,13 triliun.

Perspektif Pelaku Pasar

Meskipun IHSG mengalami koreksi, beberapa analis menilai peluang rebound masih terbuka, terutama seiring dengan proyeksi pelonggaran suku bunga The Fed. Kenaikan di sektor transportasi & logistik dan teknologi menjadi indikasi bahwa investor tetap mencari peluang di saham-saham dengan prospek pertumbuhan jangka menengah dan panjang.

Secara keseluruhan, meski pasar mengalami koreksi kapitalisasi dan IHSG melemah, indikator lain seperti volume perdagangan, frekuensi transaksi, dan aktivitas investor asing menunjukkan dinamika pasar yang aktif. Pelaku pasar masih memantau kebijakan global, terutama keputusan The Fed, yang berpotensi memengaruhi arah perdagangan di sisa tahun 2025. Dengan pergerakan sektor-sektor tertentu yang tetap menguat, peluang bagi investor untuk menemukan saham-saham potensial masih terbuka lebar, menegaskan bahwa meski volatilitas ada, pasar Indonesia tetap menarik bagi para pelaku pasar domestik dan internasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index