Pasar Modal

Pasar Modal Indonesia 48 Tahun

Pasar Modal Indonesia 48 Tahun
Pasar Modal Indonesia 48 Tahun

JAKARTA - Empat puluh delapan tahun sejak diaktifkan kembali, pasar modal Indonesia telah tumbuh menjadi salah satu pilar utama perekonomian nasional. Perannya kini jauh melampaui sekadar tempat transaksi saham; pasar modal berfungsi sebagai sarana edukasi, pemberdayaan masyarakat, dan akselerator pembangunan nasional. Tahun 2025 menjadi momentum penting, menandai serangkaian pencapaian historis yang menegaskan posisi pasar modal sebagai fondasi ekonomi yang mandiri, berdaulat, dan inklusif.

Sepanjang tahun ini, kapitalisasi pasar saham menembus Rp14.315 triliun, didukung rata-rata transaksi harian sebesar Rp13,56 triliun dengan volume 22 miliar lembar saham dan frekuensi 1,29 juta kali. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mencatat rekor tertinggi di level 7.931,251. Dengan capaian ini, pasar modal Indonesia menempati peringkat ke-17 dunia berdasarkan kapitalisasi dan posisi kedua di ASEAN dari sisi jumlah emiten. Pencapaian ini mencerminkan kepercayaan kuat investor meski ekonomi global penuh fluktuasi.

Selain pasar saham, instrumen derivatif menunjukkan lonjakan aktivitas. Volume transaksi derivatif mencapai 9.214 kontrak, naik 404% dibandingkan akhir 2024. Hal ini menunjukkan minat investor terhadap instrumen lindung nilai dan strategi perdagangan yang lebih beragam semakin meningkat.

Dalam rangka HUT ke-48 pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama tiga Self-Regulatory Organization (SRO) BEI, KPEI, dan KSEI mengusung tema “Mewujudkan Ekonomi Mandiri, Berdaulat, dan Maju Bersama.” Seremoni pembukaan perdagangan di Main Hall BEI disertai peluncuran berbagai inisiatif strategis, termasuk lisensi perdana Liquidity Provider Saham untuk PT Phintraco Sekuritas. Kehadiran liquidity provider diharapkan mempersempit bid-ask spread dan meningkatkan likuiditas saham berkapitalisasi kecil.

BEI juga memperluas layanan Pinjam Meminjam Efek (PME) dengan melibatkan efek reksa dana, mendukung aktivitas short selling, margin trading, hingga hedging, sekaligus memberi peluang pendapatan tambahan bagi pemegang efek. Inovasi ini mencerminkan upaya pasar modal menyesuaikan diri dengan dinamika kebutuhan investor dan tren perdagangan modern.

Selain inovasi perdagangan, HUT ke-48 pasar modal menyoroti aspek edukasi dan sosial. Program seperti Sekolah Rakyat, Edukasi 30.000 Mahasiswa, hingga Kampus Penggerak Literasi Pasar Modal dijalankan untuk memperluas inklusi. Generasi muda diajak terlibat melalui Virtual Trading Competition via IDX Mobile, sementara Capital Market Run menjadi cara kreatif memperkenalkan pasar modal kepada publik.

Rangkaian kegiatan tahunan lainnya meliputi SEPMT, Capital Market Summit & Expo (CMSE), Public Expose Live, kompetisi jurnalistik dan fotografi, hingga CEO Networking. SRO juga mengalokasikan Rp2,4 miliar untuk program sosial, termasuk pembangunan fasilitas kesehatan, penanganan stunting, bantuan pendidikan, dan donor darah.

Inovasi perdagangan sepanjang 2025 semakin memperkuat posisi pasar modal. BEI menghadirkan perdagangan karbon internasional, Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA), SPPA Repo, Put Warrant, hingga perluasan Single Stock Futures (SSF). Dari sisi pencatatan, terdapat tambahan 22 saham, 116 obligasi, 2 ETF, dan 288 seri Structured Warrant. Hingga 8 Agustus 2025, jumlah emiten mencapai 954 dengan total dana IPO Rp10,39 triliun, dan jumlah investor meningkat menjadi 17,59 juta, dengan 7,5 juta di antaranya investor saham.

KPEI mencatat efisiensi kliring sebesar 61% dengan nilai transaksi PME Rp29,57 miliar, serta Triparty Repo Rp503,93 miliar. Segmen DNDF mencapai nilai transaksi US$1,7 miliar. Sementara itu, KSEI terus mengembangkan layanan, termasuk CORES.KSEI, S-MULTIVEST, dan K-CASH, serta memperluas kerja sama internasional. Nilai aset tercatat di C-BEST mencapai Rp8.927 triliun, sementara AUM di S-INVEST Rp836,87 triliun.

Peran KSEI semakin vital dengan tercatat 4.727 aksi korporasi senilai Rp407 triliun yang diproses sepanjang 2025. Pertumbuhan investor di luar Jawa, termasuk Sumatra, Bali, dan Nusa Tenggara, menunjukkan potensi pemerataan pasar modal di seluruh Indonesia, meski konsentrasi masih tinggi di Pulau Jawa.

Dari semua capaian ini, terlihat jelas bahwa pasar modal Indonesia bukan sekadar sarana investasi. Pasar modal telah menjadi penggerak literasi keuangan, pemberdayaan masyarakat, dan akselerator pembangunan nasional. Melalui inovasi, ekspansi layanan, peningkatan literasi, dan komitmen sosial, pasar modal semakin mengukuhkan perannya dalam perjalanan menuju ekonomi Indonesia yang mandiri, berdaulat, dan berdaya saing global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index