JAKARTA - Pembangunan infrastruktur jalan tol di Indonesia tidak lagi sekadar mempercepat perjalanan antarkota. Di Provinsi Jambi, proyek Tol Betung–Simpang Sekayu–Tempino menjadi contoh nyata bagaimana jaringan transportasi bisa mengubah wajah logistik, menurunkan biaya distribusi, dan menciptakan ekosistem ekonomi baru bagi petani serta pelaku usaha lokal.
PT Hutama Karya (Persero) tengah mempercepat pembangunan jalan tol sepanjang 170 kilometer ini sebagai bagian dari visi besar pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Jalan tol tersebut bukan sekadar penghubung antarwilayah, tetapi berfungsi sebagai jalur distribusi strategis yang menghubungkan sentra produksi pangan dengan pusat distribusi dan konsumsi di Palembang, Lampung, hingga Jakarta.
Dengan infrastruktur ini, distribusi produk pertanian seperti beras, jagung, dan sayuran dari wilayah Jambi akan berlangsung lebih cepat, murah, dan efisien. Sebelumnya, waktu tempuh dari Betung ke Jambi melalui jalur nasional bisa mencapai 6,5 jam untuk jarak sekitar 271 kilometer. Namun, begitu jalan tol ini beroperasi penuh, waktu tersebut dipangkas drastis menjadi hanya dua jam. Penghematan waktu hingga 70 persen ini berdampak langsung pada kesegaran produk sampai ke tangan konsumen dan berpotensi mengurangi biaya logistik secara signifikan.
- Baca Juga Erick Thohir Bawa Turnamen ke Medan
Data teknis dari pembangunan menunjukkan bahwa proyek ini dibagi ke dalam empat seksi. Untuk seksi non-dana dukungan pemerintah, rata-rata progres konstruksi mencapai 28,02 persen, sedangkan pengadaan lahannya berada di angka 38,8 persen dari total panjang 135,2 kilometer.
Menariknya, dari empat seksi yang dibangun, seksi 4 Tempino menjadi yang paling pesat pembangunannya, dengan progres fisik mencapai 97,8 persen dan pembebasan lahan hampir tuntas di angka 98,86 persen. Sebaliknya, seksi 1 Betung–Tungkal Jaya yang membentang sepanjang 62,38 kilometer baru rampung 22,22 persen untuk konstruksi dan 30,92 persen untuk pembebasan lahan. Sementara itu, seksi 2 Tungkal Jaya–Bayung Lencir mencatatkan progres konstruksi sebesar 10,28 persen dan lahan 22,30 persen. Adapun seksi Bayung Lencir–Tempino telah beroperasi penuh dan dilalui ribuan kendaraan setiap harinya.
Tol ini dirancang bukan hanya untuk memperlancar arus kendaraan, tetapi juga mendukung distribusi hasil pertanian dan perikanan di Provinsi Jambi. Lima simpang susun akan dibangun dan terintegrasi dengan pusat-pusat produksi pangan. Dengan fasilitas tersebut, waktu distribusi tidak hanya lebih cepat, tapi juga lebih hemat. Diperkirakan biaya logistik bisa ditekan hingga 30 persen.
Penurunan biaya ini tentu saja menguntungkan petani. Produk hasil tani mereka bisa dijual dengan harga lebih baik karena risiko kerusakan saat pengiriman menurun. Artinya, petani tidak hanya sekadar memproduksi, tetapi kini berpeluang menikmati margin keuntungan lebih besar karena logistik yang efisien.
Efisiensi juga dirasakan oleh konsumen. Dengan distribusi yang lancar, harga bahan pokok bisa lebih stabil karena pasokan tetap terjaga. Fluktuasi harga akibat keterlambatan distribusi bisa diminimalkan. Kondisi ini tentu berperan penting dalam menjaga daya beli masyarakat sekaligus kestabilan ekonomi di tingkat akar rumput.
Tak hanya petani, pelaku UMKM juga turut dilibatkan dalam pengembangan proyek ini. Rest area yang dibangun di sepanjang jalan tol akan memberi ruang bagi mereka untuk menjual hasil panen dan produk lokal langsung ke pengguna jalan. Ini membuka peluang pasar baru, mempertemukan produsen dan konsumen tanpa rantai distribusi panjang.
Aspek sosial juga tidak luput dari perhatian. Pemerintah memastikan aktivitas warga yang tinggal di sekitar proyek tidak terganggu. Pembangunan overpass dan underpass dirancang agar kegiatan pertanian tetap berjalan normal. Akses ke ladang dan sawah tidak diputus oleh keberadaan jalan tol.
Lebih jauh, proyek tol ini dinilai sebagai investasi jangka panjang yang akan memberi kontribusi besar terhadap kedaulatan pangan nasional. Dengan mempercepat distribusi pangan, Indonesia semakin siap menghadapi tantangan krisis pasokan dan gejolak harga global. Jalan tol bukan lagi sekadar infrastruktur keras, tapi juga instrumen strategis dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Penjadwalan pembangunan dilakukan secara bertahap. Seksi-seksi yang memiliki peran penting dalam distribusi pangan menjadi prioritas utama. Dengan penyelesaian yang ditargetkan dalam beberapa tahap, diharapkan seluruh ruas bisa segera dinikmati masyarakat dan pelaku industri.
Tol Betung–Simpang Sekayu–Tempino membuktikan bahwa infrastruktur dapat menjadi motor perubahan ekonomi. Jika selama ini petani dan nelayan berada di ujung rantai pasok yang paling rentan, proyek ini memberikan mereka peran yang lebih kuat dalam sistem distribusi nasional. Harapan besar pun mengiringi rampungnya pembangunan tol ini: bukan hanya memangkas waktu dan biaya, tetapi juga mendekatkan kesejahteraan kepada mereka yang selama ini jauh dari akses infrastruktur modern.