JAKARTA - Di tengah upaya pemerataan kesejahteraan dan penguatan ekonomi berbasis komunitas, sinergi antara sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan Koperasi Desa Merah Putih Randugading di Kabupaten Malang, Jawa Timur, menunjukkan dampak konkret. Melalui berbagai dukungan seperti penyediaan komoditas bersubsidi hingga pendampingan operasional, kolaborasi ini mendorong tumbuhnya kemandirian ekonomi warga desa.
Koperasi yang berlokasi di Kecamatan Tajinan itu perlahan tapi pasti menjelma menjadi contoh sukses penguatan ekonomi lokal. Ketua Koperasi, Crah Handayani, menyampaikan bahwa koperasi yang dipimpinnya saat ini tengah menikmati dukungan dari sejumlah BUMN besar, antara lain Kimia Farma, ID Food, Pupuk Indonesia, Bulog, BRI, dan Pertamina.
"Alhamdulillah, karena mock up itu ada hikmahnya. Perizinan kami banyak dibantu. Semua BUMN memang datang support kami, termasuk LPG itu sudah benar-benar jalan dalam hitungan hari. Pertamina, Pupuk Indonesia, kemudian ID Food, gula dan minyakkita," ujar Crah.
Dampak dari kehadiran BUMN tersebut sangat terasa. Tidak hanya mendorong percepatan distribusi produk seperti LPG dan pangan bersubsidi, tetapi juga memperkuat eksistensi koperasi dalam menyediakan layanan yang dibutuhkan masyarakat. Crah menambahkan bahwa selain menjual barang bersubsidi, koperasinya tetap menjalankan penjualan produk non-subsidi sebagai strategi menjaga keberlanjutan bisnis.
"Karena bagaimanapun koperasi harus profit. Nah, profit-nya ya dari non-subsidi," ujarnya menegaskan prinsip dasar koperasi sebagai entitas usaha.
Melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), Bulog ikut berperan dalam menyalurkan beras premium serta minyak goreng. Peran ini makin memperkuat posisi koperasi sebagai garda terdepan dalam menjaga akses pangan warga di desa.
Tak berhenti di situ, Crah juga mengungkapkan bahwa ke depan, beberapa BUMN lain telah menyatakan komitmennya untuk ikut terlibat. Salah satunya adalah BNI, yang dijadwalkan mengunjungi koperasi dalam waktu dekat.
“BNI mau ke sini, Senin besok. Beberapa waktu lalu juga ada BCA, tapi saya bilang nanti dulu ya, biar yang BUMN-BUMN dulu,” tuturnya.
Salah satu aspek penting dari pertumbuhan koperasi Randugading adalah kemampuan untuk mengakses sumber pendanaan terjangkau. Crah menyampaikan bahwa pihaknya tengah menanti pencairan dana pinjaman sebesar Rp1 miliar dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) di bawah Kementerian Koperasi dan UKM. Dana ini akan diperoleh dengan bunga hanya 3 persen per tahun serta masa tenggang satu tahun.
"Keuntungannya dibiayai LPDB, jasanya hanya 3 persen per tahun. Kita ada grace period satu tahun, hanya bayar bunga dulu," jelas Crah.
Sambil menunggu pencairan dana utama tersebut, koperasi memanfaatkan pinjaman sementara sebesar Rp200 juta dari KPRI sebagai modal kerja, antara lain untuk kerja sama dengan Indogrosir dan pengadaan logistik pada unit LPG serta alat tulis kantor.
Kini, dengan total aset koperasi yang mencapai sekitar Rp3 miliar, Koperasi Merah Putih Randugading terus memperluas cakupan usahanya. Beberapa unit yang telah berjalan meliputi gerai sembako, apotek desa, kantor koperasi, unit simpan pinjam, klinik desa, cold storage, serta layanan logistik.
"Rencana kami begitu dana LPDB turun, ini langsung geser ke sini, diperluas. Kami memang sedikit mengharuskan untuk setiap anggota belanja. Selain itu memang harga kita relatif lebih murah, apalagi yang subsidi-subsidi, bersaing," terang Crah.
Lebih lanjut, koperasi juga tengah mempersiapkan perluasan jaringan distribusi produk pelaku UMKM lokal. Produk-produk seperti kerupuk, rengginang, keripik pisang, dan buah menjadi bagian dari upaya membangun rantai pasok yang kuat dan menguntungkan secara ekonomi.
Keberhasilan Koperasi Randugading menjalankan tujuh unit usaha sekaligus menjadi magnet bagi dukungan lintas sektor. Selain menjual produk secara langsung kepada warga desa, koperasi juga mampu mengelola sistem simpan pinjam secara tertib dan akuntabel.
Sebagai bagian dari transformasi ekonomi desa, pola kerja sama antara BUMN dan koperasi semacam ini dinilai dapat menjadi model penguatan ekonomi inklusif. BUMN tidak hanya berperan sebagai korporasi besar, tetapi juga sebagai mitra pembangunan ekonomi kerakyatan di tingkat paling bawah.
Meningkatnya kepercayaan masyarakat dan para mitra terhadap koperasi juga tidak lepas dari kepemimpinan yang visioner. Crah Handayani membuktikan bahwa kepemimpinan perempuan di sektor koperasi mampu menghadirkan inovasi dan ketegasan dalam membangun ekonomi lokal.
Dengan berbagai inisiatif dan dukungan yang terus mengalir, Koperasi Merah Putih Randugading berada di jalur yang tepat menuju penguatan ekonomi berkelanjutan. Dan bila konsistensi serta kolaborasi ini terjaga, bukan tidak mungkin koperasi tersebut akan menjadi inspirasi nasional dalam mewujudkan kemandirian ekonomi desa berbasis kolaborasi.