Pasar Modal

Pasar Modal Kian Menguat

Pasar Modal Kian Menguat
Pasar Modal Kian Menguat

JAKARTA - Di tengah ketidakpastian global yang terus bergulir akibat tekanan geopolitik dan perubahan kebijakan perdagangan dunia, pasar modal Indonesia justru menunjukkan ketahanan yang semakin mengesankan. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menegaskan bahwa pergerakan saham domestik pada triwulan kedua tahun ini mampu mencatatkan penguatan yang signifikan, memberikan sinyal optimisme bagi investor dan pelaku pasar.

Tak hanya dari sisi indeks, penghimpunan dana di pasar modal juga tetap berada dalam jalur pertumbuhan yang stabil. Kondisi ini mengindikasikan bahwa meskipun ekonomi global diliputi ketegangan, pasar keuangan Indonesia tetap menjadi destinasi menarik untuk investasi jangka panjang.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK), Mahendra Siregar, mengungkapkan bahwa kinerja pasar domestik membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut tercermin pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencatatkan kenaikan sebesar 6,41 persen secara quarter to quarter (qtq) dan ditutup di level 6.927,68. Meskipun secara year to date (ytd) mengalami penurunan 2,15 persen, kenaikan kuartalan tersebut tetap menjadi pencapaian penting yang menunjukkan potensi pemulihan.

Selain itu, nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp12.178 triliun, sebuah capaian yang turut menunjukkan kekuatan pasar modal nasional dalam menampung minat investasi di tengah tekanan eksternal. Mahendra menambahkan, “Sementara itu, investor nonresiden di triwulan II/2025 membukukan net sell sebesar Rp23,65 triliun qtq (ytd: net sell sebesar Rp59,33 triliun),” ujarnya dalam konferensi pers hasil rapat KSSK triwulan II.

Meski terdapat aksi jual dari investor asing, sentimen positif tampaknya kembali tumbuh. Memasuki bulan Juli, IHSG memperlihatkan tren penguatan yang lebih meyakinkan, ditutup pada level 7.543,50 dengan kenaikan year to date sebesar 6,55 persen. Hal ini mengisyaratkan kepercayaan investor terhadap stabilitas fundamental ekonomi domestik yang tetap kokoh di tengah tekanan global.

Tidak hanya dari sisi indeks saham, kinerja penghimpunan dana di pasar modal juga menjadi sorotan. Data OJK menunjukkan bahwa nilai penawaran umum telah mencapai Rp142,62 triliun, di mana Rp8,49 triliun berasal dari kegiatan fundraising oleh 16 perusahaan yang baru melantai di bursa. Ini menjadi penanda bahwa minat pelaku usaha untuk memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pendanaan terus meningkat.

“Masih terdapat 13 pipeline penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp9,80 triliun,” lanjut Mahendra. Artinya, tren positif ini kemungkinan besar masih akan berlanjut hingga kuartal berikutnya, seiring dengan banyaknya entitas bisnis yang tengah bersiap untuk mengakses pembiayaan publik.

Di tengah upaya menuju ekonomi rendah karbon, pasar modal Indonesia juga mencatatkan kemajuan pada sektor bursa karbon. Sejak peluncurannya pada 26 September 2023 hingga 2025, tercatat sebanyak 112 pengguna jasa telah mendapatkan izin resmi, dengan total volume transaksi sebesar 1.599.322 ton karbon dioksida ekuivalen (tCO2e). Dari aktivitas ini, akumulasi nilai transaksi telah mencapai Rp77,95 miliar.

Pencapaian ini mencerminkan langkah nyata Indonesia dalam mendorong transisi energi dan mendukung pembangunan berkelanjutan melalui pendekatan pasar. Kehadiran bursa karbon diharapkan mampu memperluas peran sektor keuangan dalam mendukung target pengurangan emisi karbon nasional.

Di sisi lain, stabilitas sistem keuangan tetap dijaga melalui sinergi antar lembaga di bawah payung KSSK. Kolaborasi antara Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, OJK, dan Lembaga Penjamin Simpanan menjadi fondasi penting dalam memitigasi risiko eksternal serta menjaga kepercayaan investor domestik maupun global.

Melalui koordinasi yang kuat, KSSK terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap berbagai dinamika perekonomian, termasuk dampak dari perlambatan global, tekanan inflasi, fluktuasi suku bunga internasional, serta dampak dari ketegangan geopolitik terhadap aliran modal.

Langkah antisipatif juga ditempuh dengan menyediakan bauran kebijakan yang akomodatif, baik dari sisi moneter, fiskal, maupun makroprudensial. Dengan pendekatan ini, pemerintah dan otoritas keuangan berharap pemulihan ekonomi nasional dapat terus berlangsung secara berkelanjutan, diiringi oleh pertumbuhan sektor keuangan yang inklusif dan resilien.

Secara keseluruhan, kinerja pasar modal Indonesia di triwulan kedua menunjukkan sinyal yang kuat bahwa stabilitas dan daya tahan ekonomi nasional terus membaik. Di tengah tekanan global, pencapaian tersebut menjadi bukti bahwa fondasi pasar keuangan Indonesia cukup kuat untuk menghadapi berbagai tantangan.

Meskipun masih terdapat sejumlah tantangan seperti pelemahan permintaan global dan potensi volatilitas pasar, optimisme tetap tinggi bahwa dengan sinergi kebijakan yang konsisten serta kepercayaan dari pelaku usaha dan investor, pasar modal Indonesia dapat terus melaju menuju pemulihan yang lebih solid dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index