JAKARTA - Upaya lembaga keuangan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan terus menunjukkan tren positif. Salah satu bank syariah terbesar di Indonesia, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI, menunjukkan komitmennya dengan menyalurkan Rp72,6 triliun untuk pembiayaan berkelanjutan hanya dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Angka tersebut tak sekadar mencerminkan performa finansial, namun juga menjadi wujud nyata peran BSI dalam mengintegrasikan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) ke dalam praktik bisnisnya.
Senior Vice President ESG BSI, Rima Dwi Permatasari, menjelaskan bahwa pembiayaan berkelanjutan tersebut terbagi ke dalam dua kategori utama, sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan Lingkungan (KUBL) dan Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan Sosial (KUBS).
“Komposisi pembiayaan berkelanjutan ini terdiri dari pembiayaan hijau senilai Rp14,6 triliun dan Rp58 triliun pembiayaan sosial,” jelas Rima.
Menyasar Sektor Prioritas ESG
Adapun pembiayaan hijau (KUBL) diarahkan ke sektor-sektor seperti energi terbarukan, produk yang mampu mengurangi penggunaan sumber daya serta menghasilkan polusi yang lebih sedikit, pengelolaan sumber daya alam hayati secara berkelanjutan, hingga penggunaan lahan yang lebih efisien. Pendekatan ini selaras dengan tren global yang menekankan pentingnya dekarbonisasi dan adaptasi iklim dalam kegiatan ekonomi.
Sementara itu, pembiayaan sosial (KUBS) menyasar kegiatan yang berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ini termasuk penciptaan lapangan kerja, pengurangan angka pengangguran, pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta program-program inklusif lain yang mendukung kemajuan sosial.
“Pembiayaan UMKM termasuk pembiayaan mikro, KUR, hingga program pemberdayaan sosio ekonomi adalah bagian penting dari misi sosial kami,” ujar Rima.
Inovasi Produk Keuangan Berkelanjutan
BSI tak hanya berhenti pada penyaluran pembiayaan, namun juga aktif dalam mengembangkan produk berbasis ESG yang selaras dengan prinsip syariah. Salah satu inovasi terbaru yang dikembangkan adalah Sustainability Linked Loan (SLL) sebuah pendekatan pembiayaan yang memberikan insentif kepada nasabah untuk mencapai target-target keberlanjutan.
“Ke depan, BSI berharap dapat terus mengembangkan inovasi produk yang mendukung keberlanjutan, termasuk Sustainability Linked Loan (SLL),” tutur Rima.
Produk semacam ini memungkinkan BSI untuk memperluas segmen pembiayaan hijau dan sosial, sekaligus mendorong nasabah korporasi untuk ikut serta dalam agenda keberlanjutan global.
Antusiasme Pasar terhadap Sukuk Berkelanjutan
Selain pembiayaan konvensional, BSI juga melakukan aksi korporasi dengan menerbitkan Sustainability Sukuk Tahap I dan II, yang masing-masing menyasar investor yang mendukung prinsip ESG dan syariah. Total dana yang berhasil dihimpun dari kedua sukuk tersebut mencapai Rp8 triliun, dari total rencana penerbitan Rp10 triliun.
Animo pasar terhadap sukuk ini sangat tinggi, tercermin dari status oversubscribed pada kedua tahap penerbitan. Tahap I mencatat kelebihan permintaan lebih dari tiga kali lipat, sedangkan Tahap II bahkan mencapai 4,4 kali lipat dari jumlah yang ditawarkan.
“Sukuk sustainability ini tidak jauh berbeda dengan green bond. Selain menerapkan prinsip keberlanjutan, produk hijau kami juga tetap berlandaskan prinsip-prinsip syariah,” jelas Rima.
Dampak Positif bagi Lingkungan dan Sosial
Penyaluran dana dari sukuk maupun pembiayaan langsung BSI telah membawa dampak nyata bagi masyarakat. Lebih dari 300.000 orang menjadi penerima manfaat langsung, termasuk di antaranya lebih dari 200.000 penerima program pendidikan dan layanan kesehatan esensial.
Selain itu, dukungan terhadap UMKM juga menjadi bagian krusial dari strategi ini. Lebih dari 700 pelaku usaha kecil, termasuk penerima KUR, telah menikmati manfaat dari program pembiayaan BSI.
Tidak hanya aspek sosial, dampak lingkungan juga diperhatikan. Pembiayaan pada sektor energi terbarukan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), telah berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 130.000 tCO2e.
BSI juga mendukung pengelolaan air berkelanjutan yang mampu menyuplai air bersih ke 28.000 rumah dan menjangkau 84.000 orang. Program-program seperti ini menjadi bukti konkret bahwa pembiayaan bank bukan sekadar urusan angka, tetapi juga investasi terhadap masa depan yang lebih baik.
Peran Strategis dalam Ekosistem Keuangan Syariah
Dengan pendekatan ESG yang terintegrasi ke dalam nilai-nilai syariah, BSI memainkan peran penting dalam memperkuat ekosistem keuangan berkelanjutan di Indonesia. Bank ini membuktikan bahwa prinsip syariah tidak bertentangan, bahkan justru komplementer terhadap agenda keberlanjutan global.
Langkah-langkah yang diambil BSI mencerminkan komitmen jangka panjang terhadap keuangan inklusif, pembangunan sosial, dan pelestarian lingkungan, menjadikan institusi ini sebagai pionir dalam penerapan ESG di sektor perbankan syariah.
Dengan terus mengembangkan produk yang relevan dan berdampak, serta mempertahankan momentum positif seperti saat ini, BSI diharapkan dapat menginspirasi institusi lain untuk ikut serta dalam mendukung agenda pembangunan berkelanjutan di Indonesia.