JAKARTA - Transformasi sektor industri menuju arah yang lebih ramah lingkungan kini menjadi perhatian serius pemerintah. Komitmen ini ditunjukkan lewat penyusunan peta jalan (roadmap) dekarbonisasi oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang menargetkan sembilan sektor industri utama sebagai prioritas utama.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upaya mempercepat transisi menuju net zero emission di sektor industri. Adapun sembilan sektor yang dipilih adalah industri semen, pupuk, logam, pulp dan kertas, tekstil, kimia, otomotif, makanan dan minuman, serta kaca dan keramik.
Sembilan sektor ini dinilai sebagai penyumbang signifikan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Indonesia. Oleh karena itu, perlu langkah strategis dan terstruktur agar aktivitas produksi di sektor-sektor tersebut dapat bertransformasi menjadi lebih ramah lingkungan.
“Sebagai upaya nasional menuju net zero emission, Kemenperin telah menetapkan sembilan sektor industri prioritas yang menjadi fokus percepatan dekarbonisasi. Ini menunjukkan keseriusan pemerintah mentransformasi sektor industri menjadi lebih hijau atau ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujar Andi.
Langkah ambisius ini juga selaras dengan target Kemenperin untuk mencapai net zero emission di sektor industri pada 2050. Target tersebut bahkan lebih cepat 10 tahun dari target nasional secara keseluruhan.
Untuk mewujudkannya, Kemenperin kini tengah menyusun roadmap dekarbonisasi yang komprehensif bagi masing-masing sektor prioritas. Peta jalan tersebut tidak hanya memuat panduan teknis, tetapi juga kebijakan pendukung, kebutuhan teknologi, pendanaan, serta strategi kolaborasi lintas pemangku kepentingan.
"Ini artinya, kami harus siapkan arah atau roadmap untuk industri nasional bisa cepat bertransformasi ke arah produksi yang rendah emisi dan ramah lingkungan dalam 25 tahun ke depan,” jelas Andi.
Penyusunan roadmap ini dilakukan secara inklusif, melibatkan berbagai pihak seperti asosiasi industri, pelaku usaha, akademisi, hingga lembaga internasional. Tujuannya agar strategi yang dirancang benar-benar relevan, dapat diimplementasikan, dan memberikan dampak yang nyata.
Sebagai bagian dari implementasi dan sosialisasi peta jalan tersebut, Kemenperin juga menyelenggarakan Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS). Gelaran AIGIS 2025 dijadwalkan berlangsung pada 20–22 Agustus 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC).
AIGIS merupakan ajang strategis yang mempertemukan kebijakan, teknologi, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat transformasi industri hijau. Forum ini menjadi ruang konsolidasi antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat guna memperkuat komitmen bersama menuju industri rendah karbon yang kompetitif secara global.
Salah satu inisiatif penting yang akan diluncurkan pada AIGIS 2025 adalah pembentukan Green Industry Service Company (GISCO). Lembaga ini dirancang menjadi penghubung antara kebutuhan sektor industri dan akses terhadap teknologi rendah karbon maupun pendanaan hijau.
“GISCO akan menjadi motor penggerak dekarbonisasi industri dalam negeri, terutama bagi pelaku usaha yang menghadapi kendala investasi dalam penerapan teknologi hijau. Dengan GISCO, kita akan mempercepat transformasi industri menuju dekarbonisasi yang lebih masif dan efektif, terutama bagi sektor manufaktur yang menjadi tulang punggung industri dalam negeri,” kata Andi.
Tak hanya menyasar dunia usaha, upaya edukasi dan pelibatan generasi muda juga menjadi fokus Kemenperin. Melalui program AIGIS Goes to Campus, pemerintah ingin membuka ruang dialog aktif dengan kalangan perguruan tinggi, memperkenalkan konsep industri hijau, serta menumbuhkan semangat inovasi di kalangan mahasiswa.
Kegiatan ini telah diselenggarakan di berbagai universitas seperti Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Trisakti, dan terbaru di Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta.
“Kampus adalah lingkungan yang strategis dalam menciptakan solusi berbasis teknologi dan kreativitas untuk masa depan Indonesia hijau. Generasi muda memiliki peran strategis sebagai katalis transformasi industri hijau," pungkas Andi.
Melalui strategi ini, Kemenperin berharap Indonesia tidak hanya mampu memenuhi komitmen global terkait penurunan emisi, tetapi juga menjadikan sektor industri sebagai motor penggerak pembangunan berkelanjutan di masa depan.