JAKARTA - Upaya untuk memperkuat industri susu dalam negeri kini memasuki babak baru dengan lahirnya kolaborasi internasional yang berfokus pada peningkatan kapasitas peternak lokal. Program U.S. Indonesia Dairy Partnership (USIDP) resmi memperluas jangkauannya ke Jawa Timur, menjadikan provinsi ini sebagai episentrum pengembangan sektor persusuan Indonesia berbasis kemitraan global.
Bertempat di Grand Mercure Malang, program ini diluncurkan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) serta Seminar Internasional bertajuk Indonesia Dairy Farming Scale-Up Strategy. Momen ini menandai awal dari transformasi besar dalam pengelolaan peternakan sapi perah yang tidak hanya fokus pada peningkatan kuantitas produksi, tetapi juga kualitas dan keberlanjutan industri susu secara keseluruhan.
USIDP merupakan hasil sinergi antara U.S. Dairy Export Council (USDEC), New Mexico Department of Agriculture (NMDA), dan New Mexico State University (NMSU), dengan dukungan dari DairyPro Indonesia serta Universitas Brawijaya (UB) sebagai mitra akademis lokal. Kolaborasi ini diharapkan menjadi jembatan pertukaran ilmu dan teknologi peternakan terbaik dari Amerika Serikat ke Indonesia.
Dalam seremoni peluncuran, Jonathan Gardner, Senior Vice President of Market Access and Regulatory Affairs USDEC, menyampaikan optimismenya terhadap ekspansi ini. “Kami sangat antusias membawa program USIDP ke Jawa Timur, salah satu sentra produksi susu di Indonesia. Melalui kemitraan ini, kami berharap dapat berkontribusi signifikan terhadap peningkatan produktivitas, kualitas, dan keberlanjutan industri susu, serta mendukung pemerintah dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa tujuan utama program ini adalah untuk memberdayakan peternak agar mampu meningkatkan performa usahanya secara menyeluruh. “Ini semua tentang membantu para peternak menjadi lebih baik dalam apa yang mereka lakukan. Kami ingin program ini pada akhirnya dapat menyentuh seluruh peternak di Indonesia,” ujarnya menegaskan.
Peran Strategis Perguruan Tinggi
Kemitraan yang terjalin antara USDEC dan Universitas Brawijaya memberikan ruang kolaboratif bagi pengembangan riset dan teknologi peternakan. Prof. Widodo, Rektor UB, menyambut baik kolaborasi ini. Menurutnya, kemitraan ini sangat penting untuk menjembatani akademisi, peneliti, dan pelaku usaha peternakan.
“Kita hanya mampu menyuplai 20 persen kebutuhan susu nasional. Tanpa usaha strategis, kita tidak bisa memenuhinya,” katanya. UB telah menyiapkan dua lokasi riset, yaitu UB Forest di dataran tinggi dan Jatikerto di dataran rendah, guna mengembangkan adaptasi sapi perah terhadap berbagai kondisi lingkungan di Indonesia.
Kemitraan ini menjadi langkah nyata dalam menjawab tantangan nasional terhadap ketergantungan pada susu impor yang masih mendominasi sekitar 80 persen kebutuhan dalam negeri.
Dukungan Pemerintah untuk Ketahanan Gizi
Dari sisi pemerintah pusat, dukungan terhadap program USIDP ini disampaikan oleh Dr. Drh. Agung Suganda, M.Si., Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian RI. Ia menilai program ini sejalan dengan agenda nasional untuk meningkatkan gizi masyarakat, salah satunya melalui Program Makan Bergizi Gratis yang akan menjadi pasar tetap bagi susu produksi peternak lokal.
“Kami menilai program ini sejalan dengan Program Makan Bergizi Gratis yang digagas pemerintah, yang akan menjadi pasar pasti bagi susu segar produksi peternak lokal. Susu memiliki nilai nutrisi lengkap yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan fisik dan kecerdasan anak-anak kita menuju Indonesia Emas 2045,” jelasnya.
Program USIDP dipandang sebagai titik awal dalam menciptakan konsolidasi peternak rakyat yang lebih profesional dan menarik minat generasi muda, khususnya peternak milenial.
Potensi Besar Jawa Timur
Sebagai wilayah dengan populasi sapi perah terbesar di Indonesia, peran Jawa Timur dalam ekosistem industri susu nasional sangat strategis. Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur, Dr. Ir. Indyah Aryani, MM, menekankan bahwa provinsi ini menyumbang sekitar 62 persen dari populasi sapi perah nasional.
“Kami sangat menyambut baik kerja sama ini sebagai pembelajaran bagi peternak kami,” ujarnya. Ia mendorong adanya pola kemitraan antara investor dan peternak rakyat guna memperluas skala kepemilikan dan meningkatkan efisiensi produksi.
Pemerintah daerah juga menyiapkan regulasi untuk memastikan kualitas produksi susu, salah satunya melalui sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) sebagai standar higiene.
Seminar dan Pelatihan Berkelanjutan
Selain peluncuran program, acara ini juga menghadirkan seminar dengan sejumlah pembicara terkemuka dari kalangan akademisi dan praktisi. Di antaranya, Prof. Dr. Ir. Tri Eko Susilorini membahas transformasi sistem peternakan, dan Prof. Dr. Ir. Epi Taufik memaparkan prospek industri susu dalam mendukung program nasional makan bergizi.
Sementara itu, Dr. Robert Hagevoort dari NMSU berbagi wawasan tentang sistem pendidikan untuk mencetak peternak progresif, serta drh. Cecep Muhammad Wahyudin, Prof. Dr. Aulanni’am, dan Evi Zainal Abidin yang menyampaikan perspektif kebijakan, biologi molekuler, dan praktik koperasi peternak.
Rangkaian kegiatan ini juga mencakup pelatihan teknis bagi 40 peternak dari GKSI serta pelatihan untuk 20 pelatih dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pelatihan ini bertujuan membekali mereka dengan teknik dan metode pembelajaran yang modern dan aplikatif.