Wisata

Kayu Jao, Lanskap Wisata Penuh Cerita di Jantung Solok

Kayu Jao, Lanskap Wisata Penuh Cerita di Jantung Solok
Kayu Jao, Lanskap Wisata Penuh Cerita di Jantung Solok

JAKARTA - Bukan hanya panorama yang memanjakan mata, Desa Wisata Kayu Jao di Kabupaten Solok menawarkan pengalaman menyeluruh bagi wisatawan yang ingin meresapi keindahan alam, sejarah, hingga edukasi dalam satu kawasan. Terletak di Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, desa ini menjadi destinasi yang makin dikenal karena integrasi antara kekayaan alam, budaya, dan aktivitas wisata yang mudah dijangkau.

Menurut Bima Eka Saputra, seorang penggiat wisata lokal, daya tarik Kayu Jao terletak pada keberagaman destinasi yang bisa dinikmati dalam jarak dekat. “Destinasi kita di sini lengkap, ada kebun teh, hutan pinus, air terjun, sungai, wisata religi seperti Masjid Tuo Kayu Jao, serta wisata peternakan dan homestay,” ujarnya.

Kebun teh menjadi salah satu lanskap pertama yang menyambut wisatawan. Hamparan hijau yang sejuk dan asri ini semakin menawan saat musim hujan, khususnya antara September hingga Desember, ketika pucuk teh tumbuh lebat dan udara terasa lebih segar. Pengunjung biasanya menyempatkan diri berjalan kaki di antara jalur-jalur kebun untuk menikmati suasana alam yang menenangkan.

Tak jauh dari kebun teh, gemericik air memanggil dari Air Terjun Sarasah—lokasi favorit bagi mereka yang ingin menikmati pemandian alami. Aliran air yang jernih dan segar menjadikannya tempat bersantai yang pas setelah berjalan kaki atau menjelajah.

Selain menikmati air terjun, wisatawan juga bisa memacu adrenalin melalui aktivitas arung jeram. Sungai yang berada tepat di bawah area Masjid Tuo Kayu Jao menjadi titik utama untuk kegiatan ini. “Kita punya sungai induk di bawah Masjid Tuo, itu juga jadi lokasi wisata arung jeram,” jelas Bima.

Bergeser ke sisi budaya, Kayu Jao juga dikenal sebagai rumah bagi salah satu masjid tertua di Indonesia—Masjid Tuo Kayu Jao. Dibangun pada tahun 1597 Masehi, masjid ini masih berdiri kokoh dengan 24 tiang kayu asli dan arsitektur khas Minangkabau. Fungsi religiusnya pun tetap terjaga, menjadi pusat aktivitas keagamaan warga setempat hingga hari ini.

Bagi keluarga dan wisatawan yang membawa anak-anak, kawasan ini juga menawarkan edukasi menarik melalui wisata peternakan. Daima Moosa Farm adalah tempat di mana pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan sapi perah. Di sana, wisatawan diajak belajar memerah susu, mengenal cara merawat ternak, dan bahkan membawa pulang susu segar dengan harga terjangkau.

“Di sana nanti ada pemandu yang mengajarkan cara memerah susu, cara mengelola sapi, bahkan memilih sapi yang siap diperah. Tapi susunya tetap harus dimasak dulu sebelum dikonsumsi,” terang Bima.

Semua titik wisata di desa ini terletak dalam radius tempuh yang tidak jauh. Dalam waktu 20 hingga 30 menit, wisatawan bisa menyusuri seluruh kawasan tanpa harus berpindah kendaraan berkali-kali. “Semuanya saling berdekatan, dalam satu kawasan. Dari wisata peternakan, kita lanjut ke kebun teh, lalu ke air terjun, dan terakhir ke Masjid Tuo,” tambahnya.

Harmonisasi antara alam dan aktivitas manusia di Kayu Jao tidak hanya memberi manfaat ekonomi bagi warga, tetapi juga memperkuat identitas lokal. Desa ini menjadi contoh nyata bagaimana potensi wisata bisa dikembangkan tanpa harus mengorbankan nilai-nilai tradisi dan kelestarian lingkungan.

Dengan semangat kolektif masyarakat, kawasan ini terus berbenah. Ke depan, Bima berharap pengelolaan wisata bisa lebih profesional, khususnya pada sektor air terjun dan sungai. Ia menilai, pengembangan wisata berbasis alam seperti ini perlu ditopang oleh sistem yang berkelanjutan agar manfaatnya terus dirasakan lintas generasi.

“Saya ingin nanti ke depannya pengelolaan air terjun dan sungai bisa lebih tertata, jadi bagian dari konsep wisata berkelanjutan. Kita punya potensi luar biasa di sini, tinggal bagaimana dikelola,” ungkapnya.

Desa Wisata Kayu Jao kini bukan sekadar tempat singgah, melainkan menjadi tujuan utama bagi mereka yang mencari ketenangan, inspirasi, sekaligus pembelajaran. Dengan akses yang makin mudah dan ragam pengalaman yang ditawarkan, desa ini menjadi bukti bahwa pariwisata berbasis kearifan lokal memiliki daya pikat yang tak kalah dengan destinasi besar lainnya di Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index