Properti

Properti Pinggiran Kota Kian Diminati di 2025

Properti Pinggiran Kota Kian Diminati di 2025
Properti Pinggiran Kota Kian Diminati di 2025

JAKARTA - Memilih tempat tinggal bukan lagi soal kedekatan ke pusat kota. Di tahun 2025, kecenderungan masyarakat terutama kalangan menengah hingga atas mengarah pada hunian yang memberikan kenyamanan, ruang lebih luas, serta dukungan infrastruktur yang memadai. Transformasi gaya hidup pasca pandemi, model kerja jarak jauh, hingga kemajuan teknologi menjadi pemicu utama perubahan peta tren properti nasional.

Tak hanya menyoal lokasi, konsumen kini lebih jeli melihat nilai jangka panjang dari properti yang mereka huni atau investasikan. Seperti yang disampaikan Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Perencanaan (IAP), Adriadi Dimastanto, bahwa konsep hunian ke depan tak cukup hanya layak secara fisik, tetapi juga perlu selaras dengan prinsip keberlanjutan.

“Kalau tidak seimbang antara lingkungan, sosial, dan ekonomi, itu belum bisa disebut pembangunan berkelanjutan,” ungkap Adriadi.

Berikut adalah sejumlah tren properti yang mewarnai tahun 2025 dan menjadi pertimbangan penting bagi pencari rumah, investor properti, maupun pelaku usaha di sektor real estat.

1. Hunian Pinggiran Kota Jadi Incaran Baru

Melesatnya harga tanah dan rumah di tengah kota memicu pergeseran preferensi hunian ke wilayah pinggiran. Daerah suburban kini menjadi jawaban bagi mereka yang menginginkan rumah lebih luas, udara lebih bersih, dan suasana lebih tenang—tanpa harus mengorbankan akses ke fasilitas kota.

Fenomena ini tak lepas dari peningkatan daya beli masyarakat serta tersedianya berbagai skema pembiayaan rumah yang makin terjangkau, baik melalui subsidi maupun penawaran pengembang.

2. Infrastruktur Dorong Perluasan Hunian

Proyek-proyek besar seperti jalan tol, MRT, LRT, hingga kereta cepat Jakarta-Bandung memicu perkembangan pesat kawasan yang sebelumnya kurang dilirik. Keberadaan akses transportasi massal menjadi daya tarik tersendiri bagi hunian di area pinggiran, karena memudahkan mobilitas ke pusat aktivitas.

Pembangunan infrastruktur ini bukan hanya memperpendek waktu tempuh, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang meningkatkan nilai properti di sekitarnya.

3. Sistem Kerja Hybrid Bikin Hunian Lebih Fleksibel

Perubahan pola kerja menjadi hybrid atau sepenuhnya jarak jauh mengurangi kebutuhan tinggal dekat kantor. Para profesional kini lebih leluasa memilih tempat tinggal berdasarkan kenyamanan dan lingkungan, bukan lagi semata lokasi.

Model kerja fleksibel ini memungkinkan lebih banyak orang untuk pindah ke kawasan dengan kualitas hidup lebih baik tanpa kehilangan konektivitas digital dengan pekerjaan.

4. Kawasan Suburban Kini Makin Modern

Jika dulu suburban identik dengan keterbatasan fasilitas, kini paradigma itu bergeser. Banyak kawasan pinggiran berkembang dengan konsep kota modern yang lengkap. Fasilitas kesehatan, pendidikan, pusat belanja, ruang terbuka hijau, bahkan fitur smart home mulai jamak ditemukan di kawasan ini.

Beberapa pengembang bahkan menghadirkan kawasan tematik yang sesuai dengan gaya hidup, seperti eco-living, family-friendly neighborhood, atau smart urban village.

5. Hunian Ramah Lingkungan Jadi Prioritas

Kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan meningkat tajam, apalagi setelah pandemi COVID-19. Konsumen kini cenderung memilih rumah yang hemat energi, menggunakan bahan ramah lingkungan, memiliki sirkulasi udara baik, dan mendukung konsep green living.

Hunian berkelanjutan tak lagi dianggap sebagai gaya hidup mewah, tetapi sudah menjadi kebutuhan. Properti yang mengusung prinsip eco-friendly dinilai lebih tahan krisis dan punya nilai tambah tinggi dalam jangka panjang.

6. Investasi Properti Hijau dan Suburban Kian Menarik

Bukan hanya untuk tempat tinggal, properti di kawasan suburban dan berkonsep berkelanjutan kini menjadi portofolio menarik bagi investor. Harga tanah yang relatif rendah, ditambah potensi ROI (return on investment) yang tinggi karena perkembangan kawasan, menjadikan properti jenis ini sebagai pilihan cerdas.

Properti di lokasi berkembang cenderung mengalami kenaikan nilai yang signifikan seiring dengan peningkatan infrastruktur dan populasi.

7. Digitalisasi Ubah Cara Transaksi Properti

Satu lagi transformasi besar yang terjadi di sektor properti adalah masuknya teknologi digital ke setiap lini proses. Mencari rumah, melihat simulasi cicilan, hingga menandatangani perjanjian kini bisa dilakukan secara online.

Digitalisasi ini tak hanya mempercepat proses jual beli, tetapi juga membuka akses ke properti bagi generasi muda yang lebih melek teknologi. Platform digital, virtual tour, dan aplikasi pencarian rumah menjadikan proses lebih transparan dan efisien.

Tren properti 2025 menegaskan bahwa perubahan gaya hidup, teknologi, dan pembangunan infrastruktur berdampak besar terhadap pola hunian masyarakat. Kawasan pinggiran kota kini tampil sebagai solusi modern yang mampu menjawab tantangan harga, kenyamanan, hingga keberlanjutan.

Dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi secara bersamaan, sektor properti nasional berpeluang tumbuh ke arah yang lebih sehat dan inklusif. Seperti disampaikan Adriadi Dimastanto, keseimbangan tiga elemen tersebut adalah kunci pembangunan yang benar-benar berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index