Minyak

Harga Minyak Stabil di Tengah Gejolak

Harga Minyak Stabil di Tengah Gejolak
Harga Minyak Stabil di Tengah Gejolak

JAKARTA - Dalam situasi geopolitik dan ekonomi global yang kian dinamis, harga minyak dunia kembali menunjukkan pergerakan stabil, mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar yang tengah mencermati dua faktor utama: kebijakan tarif Amerika Serikat dan konflik yang masih membara di kawasan Laut Merah. Sentimen-sentimen ini menempatkan komoditas energi seperti minyak mentah di tengah pusaran ketidakpastian global yang penuh gejolak.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) sempat naik 1,4% dalam perdagangan sebelumnya dan kini diperdagangkan mendekati level US$68 per barel. Sementara itu, minyak Brent ditutup menguat di atas US$69 per barel. Kenaikan ini menjadi indikator bahwa pasar merespons dengan cepat berbagai sinyal yang muncul dari Washington maupun kawasan Timur Tengah.

Pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait kebijakan perdagangan terbaru turut memperkuat sentimen kehati-hatian tersebut. Trump secara resmi mengumumkan tarif pertama dari gelombang kebijakan perdagangan resiprokal terhadap negara-negara mitra dagang utama AS. Meski begitu, penerapan tarif baru itu ditunda hingga 1 Agustus melalui perintah eksekutif.

Penundaan tersebut menandakan bahwa pemerintah AS masih membuka ruang negosiasi, namun pelaku pasar menilai bahwa ketegangan dagang ini dapat memicu perlambatan aktivitas ekonomi global. Perlambatan ini, jika terjadi, pada akhirnya akan menurunkan permintaan terhadap energi, termasuk minyak mentah, yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan industri dunia.

Di sisi lain, ketegangan di kawasan Timur Tengah terus memberikan tekanan pada dinamika pasokan minyak global. Meskipun Israel dan Iran sempat mencapai gencatan senjata, situasi masih jauh dari kondusif. Serangan di wilayah Laut Merah kembali meningkatkan kekhawatiran atas gangguan distribusi energi melalui jalur pelayaran vital tersebut.

Salah satu insiden terbaru melibatkan serangan terhadap kapal kedua di dekat Yaman, hanya beberapa jam setelah kelompok Houthi yang didukung oleh Iran mengaku bertanggung jawab atas serangan sebelumnya terhadap kapal lain di area yang sama. Kejadian ini menunjukkan bahwa meskipun gencatan senjata diumumkan, eskalasi konflik masih mungkin terjadi sewaktu-waktu.

Ketegangan geopolitik seperti ini sangat diperhatikan oleh pelaku pasar energi global karena kawasan tersebut merupakan jalur penting distribusi minyak mentah dari Timur Tengah ke pasar dunia. Setiap potensi gangguan di wilayah itu bisa berdampak pada pasokan global dan, pada gilirannya, memengaruhi harga.

Meski diliputi ketidakpastian, harga minyak masih menunjukkan penguatan. Hal ini tidak lepas dari optimisme yang datang dari kelompok negara-negara produsen minyak utama dunia, OPEC+. Kelompok ini, meskipun meningkatkan pasokan untuk periode Agustus lebih besar dari proyeksi sebelumnya, tetap yakin bahwa pasar mampu menyerap tambahan tersebut.

Para pejabat OPEC+ mengungkapkan bahwa peningkatan permintaan energi di musim panas menjadi alasan utama di balik keputusan tersebut. Mereka percaya bahwa konsumsi energi yang cenderung meningkat pada musim ini akan menjadi penyangga terhadap potensi kelebihan pasokan. Keyakinan ini juga tercermin dari kebijakan Arab Saudi yang menaikkan harga minyak mentah andalannya untuk pasar Asia.

Adapun harga minyak terakhir tercatat sebagai berikut:

Minyak WTI untuk pengiriman Agustus berada di posisi US$67,81 per barel pada pukul 07.33 waktu Singapura.

Minyak Brent untuk pengiriman September ditutup naik 1,9% menjadi US$69,58 per barel.

Kestabilan harga ini tidak hanya mencerminkan optimisme, tetapi juga menunjukkan bahwa pasar sedang berada dalam fase observasi, menanti kepastian dari berbagai arah—baik dari sisi kebijakan tarif yang dicanangkan Amerika Serikat maupun potensi dampak konflik yang membara di kawasan strategis seperti Laut Merah.

Pergeseran fokus para trader dari satu isu ke isu lainnya menunjukkan betapa rapuhnya kestabilan harga energi global saat ini. Dinamika geopolitik dan kebijakan ekonomi negara-negara besar sangat menentukan arah harga minyak ke depan, dan para investor kini dituntut untuk lebih jeli membaca tren sambil tetap menjaga portofolio mereka dari potensi risiko yang tinggi.

Dengan tidak adanya kepastian penuh dari dua sisi utama—tarif dagang AS dan konflik regional Timur Tengah—pergerakan harga minyak diprediksi akan tetap fluktuatif dalam waktu dekat. Namun, potensi harga tetap stabil di level moderat bisa terjadi jika pasar mendapatkan kejelasan arah kebijakan dalam waktu dekat.

Kehati-hatian menjadi kata kunci utama bagi investor saat ini. Stabilitas harga minyak di tengah gejolak menandakan pasar sedang mencari pegangan yang pasti. Dalam kondisi seperti ini, segala keputusan yang diambil oleh pemerintah negara besar maupun aktor geopolitik akan menjadi katalis penting yang menentukan arah pasar energi global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index