Dokter

Unusa Siap Buka Prodi Dokter Spesialis

Unusa Siap Buka Prodi Dokter Spesialis
Unusa Siap Buka Prodi Dokter Spesialis

JAKARTA - Dalam upaya menjawab kekurangan dokter spesialis di Indonesia, pemerintah melalui dua kementerian strategis mengambil langkah konkret: menunjuk Fakultas Kedokteran (FK) terpilih sebagai pusat percepatan. Salah satunya adalah FK Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), yang berada di bawah pendampingan FK Universitas Airlangga (Unair).

Langkah ini bukan sekadar rutinitas administratif, melainkan bentuk dukungan nyata agar lulusan FK Unusa bisa melanjutkan pendidikan spesialis tanpa terkendala ketatnya persaingan. Rencana ini mengemuka dalam forum Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), dan dikuatkan oleh Dekan FK Unusa, Dr. dr. Handayani, MKes.

Pembinaan Berlapis untuk Penuhi Kebutuhan Spesialis

Program percepatan dokter spesialis ini melibatkan delapan FK negeri sebagai pembina—mulai dari Unair, UI, hingga Unhas—dan tujuh FK mitra untuk program subspesialis. FK Unusa dipilih sebagai salah satu dari 33 FK, baik negeri maupun swasta, yang akan membuka program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Program ini ditempatkan di bawah binaan Unair, sehingga Unusa mendapat panduan dalam pengembangan kurikulum, dosen, dan fasilitas.

Menurut Dekan Handayani, skema pembinaan ini sudah lama direncanakan oleh Unusa. “Kami memang berniat membuka prodi spesialis, namun saat ini kami hanya siap untuk Spesialis Paru dan Obgin,” jelasnya. Padahal, kementerian meminta setiap FK dapat membuka lima program spesialis sekaligus—sebuah tantangan besar mengingat persyaratan yang ketat.

Persyaratan Ketat: SDM dan Fasilitas di Titik Fokus

Menjadi tuan rumah program spesialis bukan sekadar mencakup kurikulum dan literatur. Setiap FK harus memenuhi persyaratan sumber daya manusia yang memadai:

Minimal 5 konsultan, atau

3 konsultan + 2 dokter bergelar doktor.

Handayani menegaskan, tidak mudah memenuhi standar tersebut. “Memang harus bisa bekerjasama dengan FK lain, dengan kolegium dan sebagainya,” ujarnya. Ini menunjukkan bahwa FK Unusa perlu menjalin kerjasama erat dengan institusi dan organisasi profesi guna memenuhi kualifikasi dosen dan tenaga pendukung.

Yarsis dan Rumah Sakit Pendidikan Jadi Kunci

Faktor lain yang tak kalah penting adalah keterlibatan Rumah Sakit Pendidikan. FK Unusa berada di bawah yayasan yang sama dengan dua rumah sakit besar: RSI Surabaya Ahmad Yani dan RSI Jemursari. Handayani mengatakan, “Kesiapan rumah sakit itu sangat penting untuk menyukseskan program ini. Antara lembaga pendidikan dan rumah sakit harus sama-sama punya komitmen tinggi.”

Kolaborasi ini bertujuan memastikan mahasiswa PPDS memiliki tempat praktikum dan cek langsung terhadap pasien. Jika rumah sakit siap, maka pembelajaran klinik akan berjalan efektif, dan kebutuhan sertifikasi praktis bisa terpenuhi.

Izin Prodi Akan Keluar Bertahap

Soal waktu, pemerintah memberi kebebasan penuh. Tidak ada batas wajib kapan izin harus turun. Handayani memastikan bahwa izin untuk Spesialis Paru dan Obgin kemungkinan besar akan keluar dalam waktu dekat. Namun untuk tiga prodi tambahan lain, FK Unusa masih harus mematangkan persyaratan SDM dan fasilitas.

Mengatasi Persaingan Ketat dan Meningkatkan Akses Spesialisasi

Salah satu manfaat program ini adalah membuka akses spesialisasi bagi lulusan FK Unusa yang selama ini tersendat akibat ketatnya seleksi. “Banyak dokter lulusan Unusa yang ingin meneruskan ke program spesialis yang terkendala karena persaingan yang sangat ketat,” imbuh Handayani.

Jika prodi spesialis dibuka, maka efektivitas jalur pendidikan dokter S1 dan program profesi dokter Unusa juga meningkat. FK Unusa akan menjadi lebih komprehensif, efektif, dan menarik bagi calon mahasiswa baru.

Skema Percepatan Nasional

Program percepatan ini hanya salah satu dari rangkaian besar yang digagas pemerintah. Sebelumnya, delapan FK negeri dipercaya sebagai pembina utama, dan tujuh mitra subspesialis dibina oleh delapan institusi tersebut. Ini membangun struktur pembinaan akademik dan klinis yang sistematis.

Dengan total 33 FK—termasuk Unusa—turut serta, pemerintah berharap target peningkatan jumlah dokter spesialis dan subspesialis bisa tercapai dalam waktu tidak terlalu lama.

Tantangan dan Prospek

Meski mendapat dukungan penuh, FK Unusa memiliki tantangan nyata:

Memenuhi syarat jumlah dan kualifikasi konsultan/dosen.

Menyiapkan fasilitas riset dan rumah sakit pendidikan.

Membangun kolaborasi intensif dengan kolegium dan FK pembina.

Namun, jika birokrasi dan persetujuan selesai, FK Unusa akan menjadi pusat pembentukan dokter spesialis di Jawa Timur, sekaligus menjadi alternatif baru bagi dokter muda yang ingin cepat menempuh spesialisasi.

Langkah Strategis untuk Jangka Panjang

Program percepatan dokter spesialis bukan hanya solusi jangka pendek. Ini adalah strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan layanan kesehatan nasional. FK Unusa, dengan dukungan Yarsis dan binaan Unair, memiliki potensi besar untuk menjawab tantangan ini secara nyata.

Dari menyiapkan SDM berkualitas hingga membangun fasilitas memadai, FK Unusa kini berada di ambang perubahan paradigma dalam pendidikan kedokteran. Jika tahapan awal berhasil, ini akan membuka babak baru: mahasiswa S1 dokter bisa menempuh keahlian lebih dalam tanpa halangan besar, dan dokter muda dapat lebih mudah mengakses jalur spesialis.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index