UMKM

Perempuan Penggerak UMKM

Perempuan Penggerak UMKM
Perempuan Penggerak UMKM

JAKARTA - Di mata Menteri UMKM Maman Abdurrahman, perempuan bukan sekadar pelaku usaha mikro—mereka adalah kekuatan ekonomi yang nyata. Dengan fakta bahwa 64,5 persen UMKM Indonesia dijalankan oleh perempuan, peta perekonomian mikro nasional bisa dikatakan tengah dikuasai oleh tangan kreatif mereka.

Maman mengungkapkan hal tersebut saat meluncurkan Program LAKSMI (Langkah Aksi Kapasitas Sosial Mikro untuk Inklusi), sebuah inisiatif kolaboratif antara Kementerian UMKM, YCAB, dan Eramet, yang ditujukan untuk memperkuat perempuan pengusaha mikro. “Ini bukan angka yang kecil, ini adalah kekuatan ekonomi yang nyata, dan sudah sepatutnya kita berikan tepuk tangan untuk perempuan Indonesia,” ucapnya, melalui siaran pers KemenUMKM.

Mengapa Perempuan Menjadi Motor Pertumbuhan UMKM?

Data menggambarkan gambaran yang mengejutkan: dari setiap 100 UMKM, hampir 65 dikelola oleh perempuan. Namun popularitas ini belum diimbangi dukungan struktur yang memadai. Lewat LAKSMI, pemerintah ingin memastikan perempuan pengusaha tak hanya berdaya lewat penjualan, tapi juga mampu naik kelas secara sistemik — dari sekadar bertahan hingga berkembang.

Maman menyoroti dua tantangan utama: akses keuangan dan mentorship. “UMKM perempuan masih menghadapi tantangan serius, terutama terkait akses keuangan dan kemampuan manajerial. Sebanyak 740 juta perempuan di dunia … belum memiliki rekening bank,” ujarnya, mengutip data Bank Dunia dan WEF. Kekurangan ini menghambat peluang permodalan dan kemitraan strategis. Masalah berikutnya: mentoring bisnis kurang merata, dengan 73 persen pelaku usaha perempuan tidak memiliki akses bagi pertumbuhan kapasitas usaha dan jaringan.

LAKSMI: Jalan Demi Meretas Tantangan

Program ini hadir sebagai tanggapan konkret. Dengan menyatukan pelatihan, pendampingan, dan dukungan dana dalam satu kendaraan bernama LAKSMI, pemerintah mendorong agar perempuan UMKM bisa “naik kelas”. Pelatihan tahap awal diikuti 1.200 perempuan: 800 dari Jakarta dan 400 dari Ternate.

Di DKI, peserta menjalani proses seleksi ketat: dari 800 di tahap kurasi, 380 lanjut ke masterclass (literasi keuangan dan pemasaran digital), dan 200 akan mendapat mentoring intensif. Akhirnya, 50 perempuan terbaik akan lolos menerima dana hibah dan tampil dalam demo day. Di Ternate, skema serupa dijalankan, namun jumlahnya lebih kecil: 400 peserta disaring menjadi 25 penerima hibah.

“Program LAKSMI adalah bentuk nyata dari komitmen kami untuk menghadirkan ekosistem usaha yang inklusif dan berkelanjutan,” tegas Maman. Ia berharap DD yang berlangsung bisa menjadi ajang pengenalan terhadap peluang baru, serta meningkatkan visi bisnis para pelaku agar mampu bersaing di level lebih tinggi.

Kolaborasi Lintas Sektor: Menjawab Ancaman Kekerasan

Kolaborasi ini tidak berdiri sendiri. LAKSMI turut memperkuat sinergi setelah nota kesepahaman antara KemenUMKM dan Kemen PPPA. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Choiri Fauzi, menyoroti aspek ekonomi karena ia menyadari ada kaitan nyata antara kemandirian finansial perempuan dengan pengurangan kekerasan berbasis gender.

“Dari Januari hingga 12 Juni saja, tercatat ada 11.850 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak … korban terbanyak adalah perempuan, dan bentuk kekerasan yang paling banyak terjadi adalah seksual dan itu paling banyak terjadi di ranah rumah tangga,” ungkapnya. Di sini terlihat jelas, bahwa perdagangan mikro bukan hanya soal ekonomi, tapi juga alat untuk memberikan keamanan dan martabat.

Ia menegaskan bahwa kekerasan — terutama dalam rumah tangga — sering rooted pada tekanan ekonomi. “Kalau perempuan kuat secara ekonomi, kalau mereka berdaya dan mandiri, maka rumah tangga akan jauh lebih aman dan sejahtera.” Menguatkan pengusaha perempuan sama artinya memperkuat pondasi sosial.

Ruang Aman & Pemimpin Masa Depan

Menurut Arifah, keberadaan LAKSMI membuka ruang aman bagi perempuan: tempat mereka belajar, membangun usaha, dan mengasah peran sebagai pemimpin kecil-menemukan titik tumpu dalam komunitas wirausaha. Pendekatan ini setara dengan memberi mereka tongkat estafet untuk membawa usaha mikro ke tingkat yang lebih bermakna — bukan cuma bertahan, tetapi berkembang dan memberi solusi ekonomi.

Sebuah Visi Pemerintah

Bangun usaha mikro perempuan dan banjir ekonomi bukan hanya slogan. Lewat sinkronisasi beragam program, seperti KUR untuk sektor produksi, penghapusan piutang macet, hingga integrasi UMKM dalam program makan bergizi dan pembangunan rumah rakyat, pemerintah membentuk semesta inklusif dan pemulihan ekonomi pasca pandemi.

LAKSMI hadir sebagai proyek unggulan: menghubungkan pelatihan dasar, dukungan modal, hingga pemetaan usaha agar siap tidak hanya di pasar lokal tapi juga di medium digital dan global.

Mengabdi Lewat UMKM Perempuan

Pada akhirnya, peran perempuan dalam UMKM bukan sekadar mencatat angka besar. Ini adalah panggung kolaboratif antara ekonomi dan sosial. Dari tepi warung sampai platform digital, perjalanan mereka menunjukkan kekuatan transformasi komprehensif: mandiri secara finansial, mandiri sosial, dan — paling penting — mandiri secara martabat.

Program LAKSMI tak sekadar membayar biaya pelatihan atau hibah. Ia memberi ruang dan massa kepada perempuan untuk mengubah cerita: dari pelaku ekonomi mikro menjadi sosok pemimpin berkemampuan luas, penyambung harapan keluarga, serta motor penggerak perubahan. Ini kisah tentang bagaimana memberdayakan satu perempuan UMKM bisa menghasilkan gelombang yang menyentuh seluruh ekosistem masyarakat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index