JAKARTA - Ketika bulan suci Ramadhan tiba, banyak desa di Indonesia menghadirkan suasana yang khas: lebih religius, lebih guyub, dan penuh semangat berbagi. Namun, di Desa Sukosewu, Kabupaten Blitar, Ramadhan tahun ini tak hanya diisi dengan kegiatan ibadah dan rutinitas biasa. Ada nuansa berbeda yang terasa sejak kedatangan para mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Kehadiran mereka membawa warna baru yang memperkuat semangat kebersamaan serta menebar nilai-nilai kebaikan yang menjadi inti bulan Ramadhan. Bukan hanya sekadar menjalankan program kerja, tetapi juga mengintegrasikan semangat sosial, edukatif, dan spiritual dalam aktivitas mereka bersama warga.
Kolaborasi Spiritual dan Sosial
Para mahasiswa KKM ini tak datang dengan tangan kosong. Mereka membawa berbagai program kerja yang dirancang untuk menyentuh kebutuhan masyarakat setempat, mulai dari kegiatan edukasi agama, pelatihan keterampilan, hingga kegiatan sosial seperti berbagi takjil dan membantu kegiatan keagamaan di masjid-masjid sekitar.
Salah satu program yang mendapat perhatian besar dari warga adalah pelaksanaan pesantren kilat untuk anak-anak yang dilakukan setiap sore menjelang buka puasa. Di sinilah mahasiswa menjadi pengajar dan pendamping bagi anak-anak yang ingin memperdalam ilmu agama, membaca Al-Qur’an, serta belajar nilai-nilai moral dan sosial yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
“Anak-anak sangat antusias. Bahkan mereka datang lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Ini membuktikan bahwa kehadiran mahasiswa membawa dampak positif bagi masyarakat kami,” ujar salah satu tokoh masyarakat Desa Sukosewu.
Menumbuhkan Jiwa Kepedulian
Tak hanya berkutat dalam ruang lingkup religius, para mahasiswa juga aktif menginisiasi kegiatan sosial seperti berbagi sembako, membersihkan tempat ibadah, serta membantu warga lanjut usia dalam pekerjaan sehari-hari. Mereka menyatu dengan masyarakat dan mencoba memahami tantangan serta kebutuhan desa secara langsung.
“Ramadhan itu bukan sekadar menahan lapar. Lebih dari itu, Ramadhan mengajarkan kita untuk peduli dan peka terhadap sekitar. Inilah yang kami coba wujudkan dalam pengabdian kami,” ungkap salah satu peserta KKM.
Dengan pendekatan semacam ini, Ramadhan bukan hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga waktu yang ideal untuk memperkuat solidaritas sosial antara mahasiswa dan masyarakat desa. Aktivitas mereka menjadikan ibadah tidak hanya bersifat vertikal antara individu dan Tuhan, tetapi juga horizontal melalui tindakan nyata kepada sesama.
Belajar dari Warga, Belajar dari Kehidupan
Menariknya, proses belajar tidak hanya terjadi satu arah. Mahasiswa KKM juga mengakui bahwa mereka banyak belajar dari masyarakat. Hidup bersama warga, ikut merasakan denyut kehidupan desa, dan menjalani ibadah bersama memberikan pengalaman hidup yang tidak bisa mereka dapatkan di ruang kelas.
“Saya pribadi sangat terkesan dengan kesederhanaan dan kekompakan warga. Mereka saling membantu, apalagi di bulan Ramadhan ini. Kami merasa seperti bagian dari keluarga besar,” tutur mahasiswa lainnya.
Pengalaman tinggal di desa selama Ramadhan juga membantu para mahasiswa mengasah nilai empati, kemandirian, dan komunikasi lintas generasi. Mereka berinteraksi tidak hanya dengan anak-anak, tetapi juga orang tua dan tokoh masyarakat setempat, yang memperkaya perspektif mereka dalam melihat realitas sosial.
Program Inovatif: Dari Edukasi Digital hingga Ramadhan Bersih
Tak berhenti pada program klasik, kelompok KKM UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga menyisipkan inovasi dalam kegiatan mereka. Salah satunya adalah edukasi literasi digital kepada remaja desa, yang diarahkan agar mereka dapat memanfaatkan internet secara positif—terutama untuk belajar dan mencari informasi islami yang terpercaya selama Ramadhan.
Selain itu, mereka juga menggelar program "Ramadhan Bersih" yang bertujuan meningkatkan kesadaran lingkungan. Mahasiswa bersama warga bahu-membahu membersihkan jalan desa, area sekitar masjid, serta selokan untuk mencegah genangan air dan menjaga kenyamanan selama pelaksanaan ibadah.
“Lingkungan yang bersih adalah bagian dari kebersihan hati dan pikiran, terlebih di bulan suci. Kami ingin nilai ini bisa terus berlanjut meski Ramadhan telah usai,” kata koordinator program tersebut.
Meninggalkan Jejak, Menyemai Harapan
Bagi warga Desa Sukosewu, kehadiran mahasiswa KKM di bulan Ramadhan bukan hanya menghadirkan kegiatan baru, tetapi juga menyemai harapan. Harapan bahwa kolaborasi antara dunia pendidikan dan masyarakat akan terus terjalin dalam bentuk-bentuk pengabdian lainnya di masa depan.
Sementara bagi para mahasiswa, pengalaman ini adalah perjalanan spiritual dan sosial yang akan mereka kenang seumur hidup. Sebuah fase pembelajaran nyata yang mempertemukan teori kampus dengan praktik kehidupan masyarakat.
Dengan berakhirnya masa KKM, hubungan emosional yang terbangun antara mahasiswa dan warga tetap terasa erat. Banyak di antara mereka yang mengungkapkan harapan agar kegiatan serupa bisa terus dilakukan dan bahkan diperluas cakupannya.
Ramadhan sebagai Momentum Kolaborasi Nyata
Ramadhan sejatinya adalah waktu yang penuh berkah—bukan hanya karena limpahan pahala, tetapi juga karena potensi besar untuk menciptakan perubahan sosial. Apa yang dilakukan mahasiswa KKM UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Desa Sukosewu adalah contoh nyata bagaimana ibadah, edukasi, dan aksi sosial bisa berjalan beriringan.
Dalam suasana desa yang hangat dan religius, mereka tidak hanya belajar, tetapi juga mengajar. Tidak hanya memberi, tetapi juga menerima. Ramadhan di Sukosewu tahun ini menjadi simbol dari kolaborasi dan pengabdian yang membumi, menegaskan bahwa menebar kebaikan bisa dilakukan siapa saja—asal ada niat dan keikhlasan.