JAKARTA - Upaya memberikan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) terus menunjukkan progres signifikan di wilayah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. Salah satu perbankan daerah yang menjadi motor penggerak program ini adalah PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sumatera Selatan dan Bangka Belitung (Sumsel Babel), yang mencatat penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebanyak 1.118 unit hingga Mei 2025.
Dalam keterangan resminya, Humas Bank Sumsel Babel, Berry Satria Wilson, mengungkapkan bahwa realisasi penyaluran KPR FLPP tersebut menunjukkan tren positif. Penyerapan mencapai 44% dari total kuota yang diberikan oleh Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) untuk tahun ini.
“KPR FLPP yang sudah tersalurkan sebanyak 1.118 unit dan pertumbuhannya terus meningkat serta telah terserap 44% dari kuota yang diberikan BP Tapera,” jelas Berry.
Wujud Nyata Komitmen Bank Daerah untuk Rakyat
Sebagai bank milik pemerintah daerah, Bank Sumsel Babel menjalankan peran strategis dalam menjembatani kebutuhan perumahan masyarakat kecil dengan skema pembiayaan yang terjangkau. Dengan menggandeng program subsidi FLPP dari pemerintah pusat, bank ini turut berkontribusi langsung dalam menurunkan backlog perumahan nasional, terutama di wilayah yang kerap terkendala oleh disparitas infrastruktur dan keterjangkauan harga rumah.
Skema FLPP yang digulirkan pemerintah melalui BP Tapera memberikan manfaat berupa suku bunga tetap yang rendah, tenor panjang, dan uang muka ringan. Sasaran utama program ini adalah keluarga muda, pekerja sektor informal, serta kalangan MBR yang selama ini kesulitan mendapatkan akses KPR komersial karena keterbatasan penghasilan dan persyaratan kredit.
“Program ini adalah bukti bahwa negara, melalui perbankan daerah, hadir dalam kehidupan masyarakat. Kami tidak hanya menawarkan produk perbankan, tetapi juga solusi nyata terhadap kebutuhan dasar seperti papan,” tambah Berry.
Angka 1.118: Lebih dari Sekadar Statistik
Capaian 1.118 unit KPR FLPP bukan sekadar angka, melainkan representasi dari lebih seribu keluarga yang kini memiliki tempat tinggal sendiri. Hal ini tentu membawa dampak besar terhadap kualitas hidup penerima manfaat, mulai dari stabilitas sosial hingga peningkatan produktivitas.
Di berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Selatan serta Bangka Belitung, program ini menjangkau kawasan yang sebelumnya jarang tersentuh proyek perumahan bersubsidi. Dengan demikian, persebaran akses hunian menjadi lebih merata dan tidak hanya terpusat di kota besar seperti Palembang atau Pangkalpinang.
Bank Sumsel Babel juga memastikan bahwa proses pengajuan KPR FLPP dilakukan secara akuntabel dan transparan, dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam perbankan serta melakukan verifikasi menyeluruh terhadap calon debitur. Dengan pendekatan ini, diharapkan risiko kredit bermasalah dapat ditekan dan keberlanjutan program tetap terjaga.
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Penyaluran KPR FLPP tidak hanya berdampak pada sektor perumahan, tetapi juga memberikan multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Setiap unit rumah yang dibangun memicu aktivitas konstruksi, menyerap tenaga kerja lokal, serta meningkatkan permintaan terhadap material bangunan dan jasa terkait.
Tak hanya itu, pemilikan rumah juga mendorong stabilitas keluarga dan membuka peluang ekonomi baru, seperti usaha kecil berbasis rumah tangga atau penyewaan sebagian rumah untuk pendapatan tambahan.
Bank Sumsel Babel, sebagai institusi keuangan lokal, mengambil peran dalam mendorong sinergi antara dunia perbankan, pengembang lokal, dan pemerintah daerah untuk memastikan bahwa pembangunan hunian subsidi berjalan lancar dan sesuai target.
Peran BP Tapera sebagai Regulator Dana FLPP
Capaian Bank Sumsel Babel tidak terlepas dari kerja sama erat dengan BP Tapera, yang berfungsi sebagai regulator sekaligus penyalur dana subsidi. BP Tapera memberikan kuota KPR FLPP kepada bank pelaksana setiap tahunnya, berdasarkan performa, akurasi data, dan kecepatan realisasi penyaluran.
Dengan capaian 44% dari kuota hingga Mei 2025, Bank Sumsel Babel berada dalam jalur yang tepat untuk menyelesaikan penyaluran hingga akhir tahun. Ini juga membuka peluang bagi bank tersebut untuk mendapatkan tambahan kuota jika performanya dinilai baik oleh BP Tapera.
Ke depan, BP Tapera dan bank pelaksana akan semakin memperkuat kolaborasi, termasuk dalam penggunaan teknologi digital untuk mempercepat proses pengajuan dan verifikasi KPR. Hal ini penting agar program subsidi semakin inklusif dan menjangkau masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil sekalipun.
Masyarakat Didorong Manfaatkan KPR FLPP
Melalui berbagai saluran komunikasi, Bank Sumsel Babel juga gencar melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai manfaat KPR subsidi FLPP. Banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa mereka sebenarnya memenuhi syarat sebagai penerima program ini.
Kriteria penerima KPR FLPP antara lain adalah Warga Negara Indonesia (WNI) berusia minimal 21 tahun atau sudah menikah, belum pernah menerima subsidi perumahan sebelumnya, dan memiliki penghasilan maksimal sesuai ketentuan program (saat ini sekitar Rp8 juta tergantung wilayah). Rumah yang dibeli juga harus digunakan untuk tempat tinggal dan tidak boleh dijual kembali dalam jangka waktu tertentu.
Bank Sumsel Babel menyediakan unit layanan khusus yang membantu calon debitur memahami prosedur, mengumpulkan dokumen, hingga menilai kemampuan membayar cicilan secara berkelanjutan.
Kolaborasi untuk Keadilan Sosial
Penyaluran 1.118 unit KPR FLPP oleh Bank Sumsel Babel hingga Mei 2025 merupakan bukti bahwa kolaborasi antara pemerintah pusat, lembaga keuangan daerah, dan masyarakat dapat menciptakan dampak sosial yang nyata. Di tengah tantangan backlog perumahan nasional, langkah-langkah nyata seperti ini menjadi solusi konkrit yang langsung menyentuh akar persoalan.
Dengan komitmen berkelanjutan dan semangat pelayanan, Bank Sumsel Babel diharapkan terus menjadi pelopor dalam pembiayaan perumahan rakyat dan memperluas akses kepemilikan rumah di seluruh wilayah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. Seiring waktu, lebih banyak keluarga akan merasakan manfaat dari rumah pertama mereka—bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai simbol harapan dan masa depan yang lebih baik.