JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) nasional mengalami peningkatan tipis sebesar 0,07 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Angka ini menunjukkan indeks NTP sebesar 121,15, meningkat dari 121,06. Kenaikan ini meskipun kecil, menjadi sinyal positif terkait kesejahteraan petani di Indonesia, yang merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur kondisi ekonomi sektor pertanian.
Nilai Tukar Petani sendiri merupakan sebuah indeks yang mencerminkan tingkat kesejahteraan petani, dihitung dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani atas hasil produksi mereka dengan indeks harga yang harus dibayarkan petani untuk kebutuhan produksi. Dengan kata lain, NTP mengukur kemampuan petani mendapatkan penghasilan yang sepadan dari hasil usahanya. Kenaikan NTP menandakan bahwa petani memperoleh harga hasil panen yang lebih baik relatif terhadap biaya produksi yang mereka keluarkan.
Kepala Badan Pusat Statistik menjelaskan, “Peningkatan nilai tukar petani pada Mei 2025 didorong oleh tiga subsektor utama dalam sektor pertanian, yaitu tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat, dan peternakan.” Ketiga subsektor ini menjadi penggerak utama yang memengaruhi naiknya indeks NTP secara nasional.
Detail kontribusi kenaikan nilai tukar petani dari ketiga subsektor tersebut adalah sebagai berikut:
-Tanaman pangan mengalami kenaikan sebesar 1,07 persen, menunjukkan perbaikan harga hasil panen dan efisiensi produksi.
-Tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,96 persen, didorong oleh harga komoditas perkebunan seperti kelapa sawit, karet, dan kopi yang relatif stabil dan meningkat.
-Peternakan mencatat kenaikan paling signifikan, yakni sebesar 1,42 persen, akibat meningkatnya permintaan produk peternakan dan harga jual yang lebih baik.
-Kontribusi positif dari ketiga subsektor tersebut menjadi faktor utama yang mengangkat nilai tukar petani secara keseluruhan di tingkat nasional.
Sebagai gambaran aktivitas di lapangan, di Kecamatan Jekan Raya, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, para petani tengah sibuk menyiram tanaman terong, salah satu komoditas hortikultura yang potensial di wilayah tersebut. Aktivitas ini menunjukkan bahwa meskipun menghadapi tantangan seperti perubahan iklim dan fluktuasi harga pasar, sektor pertanian tetap berjalan aktif dan memberikan penghidupan bagi masyarakat setempat.
Peningkatan NTP ini memperlihatkan adanya tren positif bagi kesejahteraan petani di Indonesia, terutama di tengah kondisi ekonomi global dan domestik yang masih dinamis dan tidak menentu. Dengan harga hasil panen yang relatif membaik dan biaya produksi yang terkendali, para petani diharapkan dapat meningkatkan pendapatan serta kemampuan investasi mereka dalam usaha tani.
Meski demikian, Kepala BPS juga mengingatkan bahwa kenaikan ini masih bersifat tipis dan perlu didukung oleh kebijakan pemerintah serta berbagai upaya strategis. “Kenaikan NTP yang masih kecil harus menjadi perhatian kita bersama agar dapat ditingkatkan secara berkelanjutan melalui perbaikan infrastruktur pertanian, penyediaan pupuk dan benih berkualitas, serta akses teknologi pertanian modern,” ungkapnya.
Perbaikan infrastruktur seperti irigasi, jalan usaha tani, dan fasilitas pasca panen menjadi kunci untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Selain itu, peningkatan akses terhadap teknologi pertanian canggih, pelatihan bagi petani, serta pembukaan akses pasar yang lebih luas juga sangat diperlukan agar petani dapat bersaing di pasar lokal maupun global.
Dari sisi kebijakan, pemerintah perlu terus mendorong program-program yang mendukung ketahanan pangan dan peningkatan nilai tambah produk pertanian. Misalnya, program subsidi pupuk, penguatan kelembagaan petani, serta promosi produk-produk unggulan daerah.
Secara keseluruhan, data terbaru dari BPS ini memberikan gambaran bahwa sektor pertanian Indonesia masih menunjukkan ketahanan dan potensi besar untuk terus tumbuh. Pertanian tetap menjadi sumber penghidupan utama bagi jutaan petani di seluruh pelosok nusantara, yang berkontribusi signifikan pada perekonomian nasional dan ketahanan pangan.
Peningkatan nilai tukar petani diharapkan dapat memicu semangat para petani untuk terus mengembangkan usaha tani mereka, menjaga produktivitas, dan beradaptasi dengan tantangan perubahan iklim serta dinamika pasar. Dengan demikian, produktivitas pertanian diharapkan tidak hanya bertahan, tapi juga mampu berinovasi dan memberikan nilai tambah lebih besar.
Dalam jangka panjang, upaya bersama antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan inklusif. Fokus pada peningkatan kesejahteraan petani menjadi hal yang tidak bisa ditawar, karena mereka adalah ujung tombak ketahanan pangan dan penggerak ekonomi pedesaan.
Dengan komitmen kuat dan dukungan tepat sasaran, diharapkan sektor pertanian Indonesia semakin maju, modern, dan mampu mendukung cita-cita pembangunan nasional menuju kesejahteraan seluruh masyarakat.