JAKARTA – Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengumumkan rencana strategisnya untuk meluncurkan bursa logam domestik guna memperdagangkan kontrak berjangka nikel dan logam lainnya. Langkah ini diambil guna memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam pasar nikel global serta menciptakan mekanisme harga yang lebih mencerminkan kondisi domestik. Peluncuran bursa logam ini ditargetkan pada paruh pertama tahun 2026.
Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia dan menyimpan cadangan nikel terbesar secara global. Pemerintah telah sejak lama berupaya untuk meningkatkan nilai tambah industri nikel dalam negeri, salah satunya dengan melarang ekspor bijih nikel sejak 2020. Langkah tersebut ditujukan untuk menarik investasi besar-besaran di sektor hilirisasi, khususnya pembangunan smelter atau pabrik pemurnian.
Kini, dengan semakin dinamisnya harga nikel global yang sempat menyentuh titik terendah dalam empat tahun terakhir pada akhir 2024, Indonesia berusaha mengambil langkah lebih lanjut dengan membentuk bursa sendiri.
“APNI telah mengusulkan dan menerima persetujuan dari pemerintah untuk mendirikan Bursa Logam Indonesia,” ungkap Sekretaris Jenderal APNI, Meidy Katrin Lengkey, dalam konferensi Indonesia Critical Minerals Conference & Expo yang digelar oleh Shanghai Metals Market.
Langkah ini diharapkan menjadi upaya strategis untuk memperkuat kedaulatan harga komoditas nasional, sekaligus menjadi referensi regional baru dalam perdagangan nikel dan logam lain di masa mendatang.
Fokus Awal: Nikel Pig Iron dan Produk Turunan
Pada tahap awal implementasinya, bursa logam Indonesia akan fokus pada perdagangan kontrak nikel pig iron (NPI). Setelah sistem berjalan stabil, akan dilakukan ekspansi ke produk-produk turunan nikel lainnya serta logam-logam strategis lain yang memiliki peran penting dalam ekosistem energi baru dan terbarukan.
Meidy menyebutkan bahwa struktur dan operasional bursa tengah disusun dengan mengacu pada praktik global yang telah mapan.
“APNI tengah menggarap konsep dan struktur bursa tersebut, yang mendasarkannya pada sistem yang digunakan oleh London Metal Exchange (LME) dan Shanghai Futures Exchange,” tambah Meidy.
Dengan begitu, diharapkan bursa logam Indonesia tidak hanya menjadi pusat perdagangan lokal, tetapi juga dapat terintegrasi dengan sistem global yang telah lebih dahulu diakui pasar internasional.
Harapan Indonesia: Jadi Pemain Harga Global
Meidy menyatakan bahwa pembentukan bursa logam ini menjadi bagian dari ambisi besar Indonesia untuk mengambil peran strategis dalam pasar nikel dunia, termasuk dalam hal pembentukan harga (price maker), bukan sekadar pengikut harga (price taker).
“Ambisi kami adalah mengendalikan dunia melalui nikel,” tegas Meidy.
Hal ini tentu bukan tanpa alasan. Dengan cadangan dan produksi yang mendominasi pasar global, Indonesia memiliki daya tawar yang cukup kuat untuk menjadi pusat gravitasi baru dalam penentuan harga nikel dunia, terutama seiring meningkatnya permintaan global terhadap nikel untuk baterai kendaraan listrik (EV) dan teknologi energi bersih lainnya.
Tanggapan Positif dan Catatan Kehati-hatian
Rencana pendirian bursa logam Indonesia ini disambut positif oleh para pelaku industri global. Edric Koh dari London Metal Exchange (LME) menyebut bahwa upaya Indonesia ini sejalan dengan kebutuhan pasar akan harga yang merefleksikan kondisi regional.
“Kami menyambut baik rencana tersebut, karena ada kebutuhan akan penemuan harga regional berdasarkan dinamika permintaan dan penawaran lokal yang dapat melengkapi harga referensi global,” ujar Edric Koh.
Namun, Daniel McElduff dari Abaxx Exchange memberikan catatan penting mengenai beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam mendirikan bursa baru. Menurutnya, kesuksesan bursa tidak hanya tergantung pada struktur dan regulasi, tetapi juga pada kegunaan komersial dari produk yang diperdagangkan serta minat partisipan pasar.
“Apakah produk yang Anda tawarkan memiliki kegunaan komersial? Apakah akan menarik pembeli dan penjual untuk datang ke sana secara sukarela dan aktif di dalamnya? Jika jawabannya tidak, maka Anda benar-benar tidak menghabiskan sumber daya Anda dengan bijak,” ujarnya.
Masa Depan Industri Logam Nasional
Dengan peluncuran bursa logam domestik, Indonesia menyiapkan diri untuk memimpin pasar nikel secara komprehensif—mulai dari hulu pertambangan hingga pembentukan harga. Ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dan pelaku industri untuk mendorong hilirisasi, transparansi, dan efisiensi pasar logam nasional.
Jika rencana ini berjalan sesuai jadwal, Indonesia akan menjadi salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki bursa logam sendiri, dan berpotensi menjadi tolok ukur harga logam strategis regional yang mampu bersaing dengan LME dan Shanghai Futures Exchange di masa depan.