Petani

Penurunan NTP: Dampak dari Harga Komoditas dan Biaya Produksi

Penurunan NTP: Dampak dari Harga Komoditas dan Biaya Produksi
Penurunan NTP: Dampak dari Harga Komoditas dan Biaya Produksi

JAKARTA - Namun, ada satu subsektor yang menunjukkan peningkatan, yaitu Tanaman Hortikultura, yang naik signifikan sebesar 7,35 persen. Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh harga komoditas seperti cabai, bawang merah, dan tomat yang mengalami kenaikan harga di pasar.

Kepala BPS Sumut, Asim Saputra, menjelaskan bahwa penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 2,21 persen, dari 176,72 menjadi 172,81. Sementara itu, indeks harga yang dibayar oleh petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,99 persen, dari 121,20 menjadi 122,40. "Penurunan NTP ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara harga jual hasil pertanian yang diterima petani dengan biaya produksi yang harus mereka tanggung," ujar Asim.
 

Dampak pada Subsektor Perkebunan dan Peternakan
 

Subsektor Perkebunan Rakyat mengalami penurunan NTP yang paling tajam, yaitu sebesar 5,40 persen. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga komoditas seperti kelapa sawit dan karet yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Petani kelapa sawit, misalnya, menghadapi harga Tandan Buah Segar (TBS) yang rendah, sementara biaya produksi tetap tinggi, sehingga margin keuntungan mereka semakin tipis.

Begitu juga dengan subsektor Peternakan, yang mengalami penurunan NTP sebesar 1,05 persen. Harga pakan ternak yang terus meningkat dan harga jual produk ternak yang stagnan membuat petani kesulitan untuk mempertahankan keuntungan.
 

Kenaikan pada Subsektor Hortikultura
 

Di sisi lain, subsektor Hortikultura menunjukkan kinerja yang positif dengan kenaikan NTP sebesar 7,35 persen. Kenaikan ini didorong oleh tingginya permintaan pasar terhadap komoditas seperti cabai, bawang merah, dan tomat, yang harganya mengalami lonjakan signifikan. Petani hortikultura di Sumut memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan produksi dan pendapatan mereka.
 

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)
 

Selain NTP, BPS Sumut juga mencatat penurunan pada Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) sebesar 2,40 persen, dari 146,00 pada Maret 2025 menjadi 142,50 pada April 2025. Penurunan NTUP ini menunjukkan bahwa usaha rumah tangga pertanian juga menghadapi tantangan serupa dalam hal pendapatan dan biaya produksi.
 

Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Daya Beli Petani
 

Menanggapi penurunan NTP dan NTUP ini, pemerintah provinsi Sumut melalui Dinas Pertanian dan instansi terkait berupaya untuk meningkatkan daya beli petani dengan berbagai program. Program-program tersebut antara lain pemberian bantuan bibit unggul, pelatihan teknis pertanian, serta akses pembiayaan yang lebih mudah bagi petani.

Selain itu, pemerintah juga mendorong diversifikasi komoditas pertanian untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis tanaman, sehingga petani memiliki alternatif sumber pendapatan yang lebih stabil.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index