Harga Minyak Dunia Stabil

Selasa, 05 Agustus 2025 | 14:16:12 WIB
Harga Minyak Dunia Stabil

JAKARTA - Ketidakpastian di pasar minyak global kembali mencuat, kali ini dipicu oleh kombinasi antara kekhawatiran kelebihan pasokan dan ketegangan geopolitik yang terus meningkat. Di tengah kondisi tersebut, harga minyak mentah dunia menunjukkan pergerakan yang nyaris stagnan, mempertahankan level harga meski telah mengalami penurunan selama tiga hari sebelumnya.

Pasar mencermati keputusan terbaru Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang tergabung dalam kelompok OPEC+, untuk kembali menaikkan volume produksi. Keputusan ini memicu kekhawatiran akan banjir pasokan di tengah permintaan global yang masih dalam tahap pemulihan pascapandemi dan ketidakpastian ekonomi makro.

Mengutip laporan Reuters, harga minyak mentah Brent tercatat stabil di kisaran US$68,76 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi acuan harga minyak di Amerika Serikat, berada di angka US$66,27 per barel. Penurunan tipis sebesar 2 sen atau 0,03 persen pada WTI menandakan sentimen pasar yang masih cenderung hati-hati.

Kedua kontrak utama tersebut sempat mengalami koreksi lebih dari 1 persen pada sesi perdagangan sebelumnya, yang membuat harga ditutup pada level terendah dalam satu pekan terakhir. Penurunan ini turut mencerminkan kekhawatiran investor terhadap kebijakan produksi minyak yang lebih longgar.

OPEC+ sebelumnya telah menempuh strategi pemangkasan produksi untuk menjaga keseimbangan harga dan mencegah kejatuhan pasar. Namun, strategi tersebut mulai mengalami pergeseran sejak awal tahun, seiring keinginan kelompok tersebut untuk merebut kembali pangsa pasar yang sempat hilang akibat pembatasan produksi.

Dalam keputusan teranyarnya, OPEC+ menyetujui penambahan produksi sebesar 547 ribu barel per hari yang akan mulai berlaku pada bulan September mendatang. Langkah ini sekaligus menandai pembalikan arah dari kebijakan pengurangan produksi besar-besaran yang sebelumnya mencapai 2,5 juta barel per hari sekitar 2,4 persen dari total permintaan minyak global.

Meskipun demikian, sejumlah analis memperkirakan bahwa realisasi dari penambahan pasokan tersebut tidak akan sepenuhnya sesuai dengan angka yang diumumkan. Volume aktual yang masuk ke pasar diperkirakan akan lebih rendah, mengingat beberapa negara anggota menghadapi keterbatasan teknis dan tantangan logistik.

Selain dinamika dari sisi produksi, pasar minyak global juga dipengaruhi oleh tensi geopolitik yang melibatkan Rusia dan negara-negara Barat. Amerika Serikat, yang terus menekan Moskow agar menghentikan agresinya di Ukraina, kini mengalihkan tekanan ke negara-negara mitra yang masih membeli minyak Rusia, termasuk India.

India menjadi sorotan utama karena perannya sebagai pembeli terbesar minyak mentah Rusia melalui jalur laut. Selama India tercatat membeli sekitar 1,75 juta barel per hari dari Rusia meningkat 1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Langkah India tersebut menuai reaksi keras dari Amerika Serikat. Pemerintahan Presiden Donald Trump bahkan mengancam akan memberlakukan tarif sekunder sebesar 100 persen terhadap negara-negara yang tetap membeli minyak dari Rusia. Sebelumnya, AS telah lebih dulu menetapkan tarif 25 persen atas impor minyak dari India pada bulan Juli.

Kondisi ini menciptakan kekhawatiran tambahan di pasar mengenai potensi disrupsi pasokan, terutama jika India terpaksa mengurangi impor dari Rusia. Dalam catatannya, analis senior komoditas di ANZ, Daniel Hynes, menyatakan bahwa tekanan terhadap India dapat berdampak luas.

“India telah menjadi pembeli utama minyak Rusia sejak invasi ke Ukraina pada 2022. Gangguan terhadap pembelian ini akan memaksa Rusia mencari pembeli baru dari kelompok sekutu yang semakin kecil,” tulis Hynes.

Sementara itu, pelaku pasar juga mencermati kebijakan tarif Amerika Serikat secara keseluruhan terhadap mitra dagang utamanya. Ketidakpastian mengenai potensi penerapan tarif tambahan dikhawatirkan dapat menekan pertumbuhan ekonomi global. Jika hal itu terjadi, maka permintaan energi, termasuk minyak mentah, kemungkinan besar akan ikut melambat.

Dengan kombinasi antara ancaman kelebihan pasokan dari OPEC+, potensi disrupsi geopolitik, serta ketidakpastian ekonomi global, investor saat ini memilih sikap tunggu dan lihat. Stabilitas harga minyak dalam beberapa hari terakhir mencerminkan situasi pasar yang rapuh dan sensitif terhadap perkembangan terkini.

Pada akhirnya, arah pergerakan harga minyak dunia dalam waktu dekat akan sangat bergantung pada bagaimana keseimbangan antara produksi dan permintaan terjaga. Jika produksi meningkat signifikan tanpa diiringi pertumbuhan permintaan yang memadai, maka risiko kelebihan pasokan akan semakin besar. Sebaliknya, jika terjadi gangguan pasokan akibat kebijakan geopolitik, maka harga bisa kembali melonjak.

Kondisi tersebut menjadikan sektor energi sebagai salah satu indikator utama yang perlu diperhatikan dalam membaca arah perekonomian global ke depan. Pasar minyak yang stabil bukan hanya mencerminkan kondisi pasokan dan permintaan, tetapi juga mencerminkan ketegangan diplomatik, kebijakan ekonomi, dan arah pertumbuhan dunia secara umum.

Terkini

Erick: Pelatih Harus Pahami Sepak Bola ASEAN

Selasa, 05 Agustus 2025 | 15:11:34 WIB

Olahraga Ringan, Manfaat Besar: Cukup 30 Menit Sehari

Selasa, 05 Agustus 2025 | 15:15:17 WIB

Asaba Gelar Turnamen Basket Veteran ASEAN

Selasa, 05 Agustus 2025 | 15:18:02 WIB

Timnas Voli Putri Siap Tampil di Kejuaraan Dunia

Selasa, 05 Agustus 2025 | 15:21:01 WIB