JAKARTA - Kekalahan di partai final ASEAN U-23 Championship tidak menyurutkan semangat para pemain Timnas Indonesia U-23, begitu pula dukungan dan apresiasi dari para petinggi sepak bola nasional. Meski gagal membawa pulang trofi juara, semangat juang yang ditunjukkan para pemain tetap mendapat penghargaan tinggi dari Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.
Timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Vietnam dengan skor tipis 0-1 dalam pertandingan puncak yang penuh ketegangan. Gol tunggal Nguyen Cong Phuong di babak pertama menjadi penentu kemenangan sekaligus memastikan Vietnam mencatatkan hattrick juara dalam ajang bergengsi tersebut.
Namun, hasil akhir itu tidak menyurutkan nilai perjuangan yang sudah ditorehkan oleh anak asuh pelatih Michael Weiss Vanenburg sepanjang turnamen. Erick Thohir, dalam pernyataannya di media sosial, menyampaikan rasa terima kasihnya atas kerja keras seluruh elemen tim.
- Baca Juga Erick Thohir Bawa Turnamen ke Medan
“Terima kasih untuk pemain, pelatih dan ofisial Timnas Indonesia U-23 yang sudah bekerja keras dalam ASEAN U-23 Championship. Tentunya juga terima kasih kepada suporter,” ungkap Erick.
Rasa Bangga di Balik Kekalahan
Apresiasi yang diberikan Erick Thohir menggambarkan bahwa keberhasilan dalam sepak bola tak melulu soal kemenangan semata. Proses dan perjuangan dalam setiap laga juga menjadi indikator keberhasilan sebuah tim.
Dalam turnamen ini, Timnas U-23 tidak hanya menunjukkan kekuatan fisik dan teknik, tetapi juga mentalitas bertanding yang luar biasa. Berkali-kali tertinggal, namun mampu bangkit dan memberikan perlawanan sengit, termasuk ketika menghadapi Thailand dan Malaysia di babak sebelumnya.
Semangat ini menjadi cerminan dari arah baru yang dibawa Erick Thohir sejak memimpin PSSI—yakni pembangunan jangka panjang dan pembinaan karakter pemain muda yang tidak hanya andal di lapangan, tetapi juga tangguh dalam menghadapi tekanan.
Dua Bintang Bersinar: Jens Raven dan Muhammad Ardiansyah
Kendati harus puas dengan status runner-up, Timnas Indonesia U-23 tidak pulang tanpa kebanggaan. Dua pemainnya berhasil mengukir prestasi individu yang menunjukkan potensi besar sepak bola Indonesia di level usia muda.
Penyerang muda Jens Raven tampil mengesankan dengan torehan tujuh gol dari lima pertandingan. Ia pun dinobatkan sebagai top skor turnamen versi Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF). Torehan tersebut termasuk enam gol yang ia cetak saat melawan Brunei Darussalam dan satu gol penting ke gawang Thailand.
Tidak hanya sektor penyerangan, lini pertahanan Indonesia pun menunjukkan performa yang solid. Muhammad Ardiansyah, penjaga gawang utama Timnas U-23, mendapat penghargaan sebagai kiper terbaik turnamen. Ia hanya kebobolan dua kali sepanjang turnamen dan mencatat dua kali clean sheet, sebuah pencapaian luar biasa yang menunjukkan ketangguhan lini belakang tim.
Kedua penghargaan tersebut menjadi penanda bahwa Indonesia masih memiliki pemain-pemain muda berbakat yang siap mengisi skuad senior di masa mendatang.
Dukungan Berlanjut dari Pemerintah
Selain Erick Thohir, apresiasi juga datang dari pemerintah. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) turut memberikan pujian atas semangat juang yang ditunjukkan tim. Dalam pernyataannya, ia menilai bahwa performa Timnas U-23 patut diapresiasi karena telah membawa harapan besar kepada publik sepak bola nasional.
Kehadiran Menpora dan pejabat lain dalam laga-laga Timnas di stadion juga menjadi bentuk dukungan nyata terhadap perkembangan sepak bola tanah air. Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung program PSSI, termasuk pengembangan akademi, liga usia muda, hingga peningkatan infrastruktur dan teknologi pelatihan.
Vanenburg Tetap Dipercaya
Pelatih kepala Timnas U-23, Michael Weiss Vanenburg, meski gagal mempersembahkan gelar juara, tetap dipercaya untuk terus menangani skuad muda Indonesia. PSSI menilai proses pengembangan pemain yang dilakukan pelatih asal Belanda tersebut sudah berada di jalur yang benar.
Keputusan untuk tetap mempercayakan Timnas kepada Vanenburg mencerminkan pendekatan jangka panjang yang diusung oleh federasi—yakni membangun skuad yang solid dan kompetitif, bukan hanya sekadar memburu gelar.
Vanenburg sendiri menyatakan rasa bangganya terhadap anak-anak asuhnya. Ia menilai para pemain telah memberikan segalanya dan menunjukkan semangat pantang menyerah sepanjang turnamen. Ia juga berkomitmen untuk terus membenahi kelemahan tim serta meningkatkan kualitas permainan mereka.
Membangun Momentum Menuju Turnamen Berikutnya
Kekalahan di final ini bisa menjadi titik balik yang berharga bagi Timnas Indonesia U-23. Pengalaman bermain di partai puncak turnamen besar tentu akan menjadi bekal penting bagi para pemain muda untuk tumbuh dan berkembang, baik secara teknis maupun mental.
Banyak pihak menilai, keberhasilan masuk final dan performa meyakinkan sepanjang turnamen menjadi sinyal positif bagi masa depan sepak bola Indonesia. Dengan dukungan berkelanjutan dari federasi, pemerintah, dan masyarakat, bukan tidak mungkin generasi ini akan membawa Indonesia meraih prestasi lebih tinggi di level Asia, bahkan dunia.
Erick Thohir sendiri menegaskan bahwa perjuangan belum berakhir. Turnamen demi turnamen akan terus menjadi ujian sekaligus panggung pembuktian bagi sepak bola Indonesia. Dan seperti yang ditunjukkan dalam ASEAN U-23 Championship kali ini, harapan itu tetap hidup, menyala dari semangat para Garuda Muda.