JAKARTA - Di tengah dinamika harga pangan yang kerap berubah akibat berbagai faktor, kondisi harga sembako di wilayah Jawa Timur saat ini terpantau relatif stabil. Tidak banyak lonjakan atau penurunan drastis yang terjadi, dan perubahan yang ada pun hanya berkisar tipis, umumnya di bawah Rp500 per kilogram atau liter.
Salah satu contoh pergerakan harga yang tercatat adalah daging ayam kampung yang kini berada pada angka Rp67.908 per kilogram, serta cabai merah keriting yang dijual dengan harga Rp34.241 per kilogram. Angka ini tidak terlalu jauh berbeda dari hari sebelumnya, mencerminkan bahwa distribusi dan pasokan masih berjalan lancar dalam beberapa hari terakhir.
Meski begitu, konsumen tetap diimbau untuk memantau harga secara rutin. Mengingat fluktuasi harga sembako bisa terjadi sewaktu-waktu, dipengaruhi oleh berbagai variabel seperti cuaca ekstrem, kenaikan harga bahan bakar, dinamika pasokan, hingga kebijakan pemerintah. Situasi seperti gagal panen akibat hujan deras berkepanjangan atau distribusi logistik yang terganggu bisa menjadi penyebab utama terjadinya lonjakan harga di pasar.
Menariknya, harga beras medium di Jawa Timur juga masih cukup terkendali. Bahkan terjadi variasi antarwilayah, dengan Bangkalan mencatat harga terendah, sementara Sidoarjo menempati posisi harga tertinggi dengan kisaran Rp14.000 per kilogram. Perbedaan harga antardaerah ini bisa terjadi karena perbedaan biaya transportasi, kondisi pasar lokal, dan aksesibilitas terhadap sumber pasokan utama.
Untuk melihat lebih lengkap bagaimana distribusi harga sembako di wilayah ini, berikut adalah daftar harga pangan pokok di Jawa Timur sebagaimana dilaporkan dari laman resmi Siskaperbapo Jatim pada pukul 10.37 WIB:
Harga Bahan Pokok Jawa Timur (Rata-rata Provinsi)
Beras premium: Rp14.857 per kg
Beras medium: Rp12.813 per kg
Gula kristal putih: Rp16.675 per kg
Minyak goreng curah: Rp18.453 per liter
Minyak goreng kemasan premium: Rp20.062 per liter
Minyak goreng kemasan sederhana: Rp17.316 per liter
Minyakita: Rp16.539 per liter
Daging sapi paha belakang: Rp118.875 per kg
Daging ayam ras: Rp31.657 per kg
Daging ayam kampung: Rp67.908 per kg
Telur ayam ras: Rp27.232 per kg
Telur ayam kampung: Rp46.553 per kg
Cabai merah keriting: Rp34.241 per kg
Cabai merah besar: Rp32.320 per kg
Cabai rawit merah: Rp61.377 per kg
Bawang merah: Rp39.142 per kg
Bawang putih: Rp30.812 per kg
Tomat: Rp24.986 per kg
Ikan teri: Rp76.019 per kg
Daftar harga tersebut bisa menjadi acuan penting tidak hanya bagi konsumen rumah tangga, tetapi juga pelaku usaha kecil seperti pedagang pasar tradisional dan pelaku UMKM di bidang kuliner. Dengan memiliki data harga terkini, para pelaku ekonomi skala kecil bisa menyusun strategi belanja yang lebih efisien dan menekan potensi kerugian akibat naiknya harga bahan baku secara mendadak.
Secara umum, kondisi harga yang stabil seperti saat ini memberikan ruang gerak lebih nyaman bagi masyarakat dalam mengatur anggaran rumah tangga. Terlebih di tengah situasi ekonomi pasca-pandemi, kestabilan harga pangan menjadi salah satu faktor krusial yang memengaruhi daya beli masyarakat secara langsung.
Namun demikian, stabilnya harga hari ini bukan jaminan untuk hari esok. Para ahli pertanian dan analis ekonomi pangan kerap mengingatkan bahwa musim tanam dan pola cuaca ekstrem bisa menjadi penentu utama pasokan pangan dalam jangka pendek. Oleh sebab itu, ketahanan pangan daerah tetap harus menjadi perhatian bersama antara pemerintah, petani, dan pelaku distribusi.
Di sisi lain, pemerintah daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur terus melakukan pemantauan harga secara real time melalui sistem daring seperti Siskaperbapo. Sistem ini menjadi kanal penting untuk menyampaikan informasi harga yang aktual kepada masyarakat. Dengan begitu, konsumen tidak perlu bergantung pada informasi pasar konvensional yang sering kali terlambat atau tidak akurat.
Sistem pemantauan ini juga memberi sinyal dini apabila terjadi gejolak harga yang signifikan. Ketika harga tiba-tiba melonjak dalam hitungan hari, data dari Siskaperbapo dapat menjadi dasar bagi pemerintah untuk melakukan intervensi pasar seperti operasi pasar murah atau distribusi bantuan pangan. Ini penting untuk mencegah keresahan sosial yang kerap muncul saat harga sembako, khususnya beras, minyak goreng, dan cabai, melonjak tajam.
Bagi masyarakat umum, mengikuti perkembangan harga sembako sebenarnya bisa menjadi langkah cerdas untuk merencanakan pengeluaran dengan lebih bijak. Di era digital ini, informasi harga bisa diakses dengan mudah melalui smartphone atau situs resmi pemerintah. Apalagi, fluktuasi harga bahan pokok kerap menjadi barometer ekonomi mikro yang langsung dirasakan masyarakat sehari-hari.
Dengan kondisi harga yang masih terjaga, pemerintah daerah bersama pelaku pasar kini diharapkan terus menjaga momentum ini. Ketersediaan stok, efisiensi distribusi, dan koordinasi lintas sektor menjadi kunci agar stabilitas harga tetap terjaga, terutama menjelang musim panen dan libur akhir tahun yang biasanya diwarnai lonjakan permintaan.