Suhu Malam di NTT Menurun Tajam Ini Analisis Ilmiah BMKG

Senin, 14 Juli 2025 | 09:17:58 WIB
Suhu Malam di NTT Menurun Tajam Ini Analisis Ilmiah BMKG

JAKARTA - Dalam beberapa hari terakhir, warga Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai merasakan perubahan suhu yang cukup mencolok. Suasana malam yang biasanya hangat perlahan berubah menjadi menusuk tulang, membuat banyak orang bertanya-tanya: ada apa dengan cuaca?

Fenomena suhu dingin seperti ini memang terasa berbeda dari biasanya, namun bukanlah sesuatu yang luar biasa. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengidentifikasi penyebabnya dan memastikan bahwa kondisi ini adalah bagian dari pola musiman yang lazim terjadi di wilayah Indonesia bagian selatan setiap tahunnya.

Fenomena Bediding: Dingin yang Bukan Sekadar Angin Lalu

Mereka yang tinggal di dataran tinggi atau wilayah selatan Indonesia mungkin sudah tidak asing dengan istilah bediding. Kata ini berasal dari bahasa lokal, khususnya di wilayah Jawa, yang digunakan untuk menggambarkan suhu udara yang sangat dingin pada malam hingga pagi hari saat musim kemarau.

Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramudawardani, menjelaskan bahwa bediding adalah fenomena wajar yang muncul bersamaan dengan puncak musim kemarau. Di tahun ini, kondisi tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga awal September, sesuai dengan puncak kemarau yang sedang terjadi di banyak wilayah selatan Indonesia.

“Ini adalah kejadian yang rutin terjadi setiap musim kemarau, terutama di wilayah selatan Indonesia. Tidak perlu panik, karena ini bagian dari siklus cuaca tahunan,” ujar Ida.

Dengan penjelasan ini, masyarakat NTT tak perlu khawatir berlebihan. Penurunan suhu yang terjadi adalah hal yang normal dalam konteks iklim tropis Indonesia saat kemarau.

Mitos Aphelion: Klarifikasi dari BMKG

Seiring dengan merosotnya suhu udara, berbagai spekulasi pun muncul di masyarakat. Salah satunya mengaitkan fenomena dingin ini dengan peristiwa Aphelion, yaitu kondisi ketika bumi berada pada titik terjauh dari matahari dalam orbitnya.

Namun BMKG dengan tegas membantah hal tersebut. Melalui akun Instagram resminya, BMKG menyampaikan bahwa Aphelion tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap suhu udara di wilayah tropis seperti Indonesia.

“Aphelion tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan suhu udara di wilayah tropis seperti Indonesia,” tulis BMKG dalam unggahannya.

Dengan demikian, pendinginan udara yang terjadi belakangan ini lebih berkaitan dengan dinamika atmosfer lokal daripada fenomena astronomis global.

Tiga Penyebab Ilmiah di Balik Udara Dingin

Alih-alih Aphelion, BMKG menjelaskan bahwa ada tiga faktor utama yang menjadi penyebab suhu dingin di wilayah-wilayah seperti NTT saat musim kemarau:

Angin Monsun Australia
Angin ini berasal dari Benua Australia yang pada musim kemarau sedang mengalami tekanan tinggi. Angin bergerak menuju wilayah Indonesia bagian selatan, membawa udara yang kering dan dingin. Inilah yang membuat suhu malam dan dini hari terasa jauh lebih rendah.

Langit Cerah Tanpa Awan
Ketika malam hari langit cerah dan minim awan, panas dari permukaan bumi dengan mudah terlepas ke atmosfer. Proses ini membuat bumi kehilangan panas lebih cepat di malam hari, sehingga suhu udara pun turun drastis menjelang dini hari.

Hujan Sporadis di Musim Kemarau
Meskipun musim kemarau dikenal kering, hujan ringan masih bisa terjadi secara sporadis. Ketika hujan turun, ia membawa udara dingin dari lapisan awan ke permukaan. Selain itu, awan yang menutupi langit pada siang hari bisa menghalangi sinar matahari, menyebabkan suhu tetap rendah sepanjang hari.

Kombinasi ketiga faktor ini menjadikan malam-malam di wilayah seperti NTT terasa lebih dingin dibandingkan biasanya.

Kesehatan Warga Jadi Prioritas

Mengingat kondisi suhu yang terus menurun dan bisa bertahan hingga dua bulan ke depan, BMKG mengimbau masyarakat untuk lebih waspada, terutama saat malam dan dini hari. Kesehatan fisik perlu dijaga dengan baik, khususnya bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.

Pakaian hangat, selimut, serta nutrisi yang cukup menjadi hal penting untuk menghadapi musim dingin ini. Selain itu, warga juga disarankan untuk menghindari aktivitas di luar rumah saat malam jika tidak mendesak.

Cuaca Dingin dan Potensi Wisata Alam

Menariknya, suhu dingin yang melanda NTT ini juga bisa menjadi daya tarik tersendiri dalam sektor pariwisata. Banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang tertarik dengan sensasi udara sejuk tropis yang jarang ditemui di kawasan Indonesia lainnya.

Fenomena ini bisa menjadi momentum promosi wisata alam NTT, terutama destinasi pegunungan dan perbukitan yang kini menawarkan pengalaman berbeda. Bagi pelaku pariwisata, ini menjadi peluang untuk merancang paket wisata bertema musim dingin tropis.

Fenomena yang Akan Terulang

BMKG menggarisbawahi bahwa bediding adalah bagian dari siklus cuaca tahunan dan kemungkinan besar akan terus berulang pada musim kemarau di tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami karakteristik cuaca lokal agar dapat beradaptasi dengan baik.

Dengan adanya pemahaman ilmiah yang disampaikan secara jelas oleh BMKG, masyarakat diharapkan bisa tetap tenang dan menyesuaikan aktivitas harian mereka. Cuaca ekstrem seperti dingin yang menusuk bukanlah ancaman, melainkan bagian dari keragaman alam yang bisa kita antisipasi dan manfaatkan dengan bijak.

Terkini