Peduli Korban Banjir dengan Perbaiki Kompor Gas

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:45:46 WIB
Peduli Korban Banjir dengan Perbaiki Kompor Gas

JAKARTA - Di tengah situasi krisis akibat banjir yang melanda Kota Mataram pada Minggu, 6 Juli 2025, muncul kisah inspiratif dari akar rumput. Bencana alam yang memporakporandakan sejumlah wilayah, khususnya Kelurahan Selagalas, tak hanya memunculkan kesulitan, tetapi juga menyatukan warga dalam kepedulian. Lingkungan Kebun Duren, salah satu titik terdampak paling parah, menjadi saksi atas semangat gotong royong yang ditunjukkan oleh sekelompok pemuda lokal yang menamakan diri mereka Bajang Selagalas.

Alih-alih hanya fokus pada penyaluran bantuan logistik, kelompok relawan ini mengambil langkah berbeda: memperbaiki peralatan memasak warga, seperti kompor gas, yang rusak akibat banjir dan lumpur. Sebuah langkah kecil yang berdampak besar bagi keberlangsungan kehidupan rumah tangga di masa pemulihan pasca-bencana.

Dampak Banjir yang Tak Hanya Soal Genangan

Banjir yang terjadi awal Juli lalu tak hanya menyebabkan kerusakan infrastruktur atau memaksa warga mengungsi. Bagi masyarakat Selagalas, dampak yang paling terasa justru hadir dalam bentuk yang lebih personal: kerusakan pada peralatan rumah tangga esensial, khususnya dapur.

Di wilayah padat penduduk seperti Lingkungan Kebun Duren, dapur bukan sekadar ruang memasak, tetapi simbol keberlangsungan keluarga. Ketika kompor rusak, keluarga tak bisa menyiapkan makanan hangat. Dalam kondisi darurat, ini menjadi beban ganda, apalagi bagi mereka yang tak punya cadangan keuangan untuk membeli alat baru.

Pemuda yang Tak Hanya Datang Membawa Bantuan

Mengisi kekosongan yang tidak dijangkau oleh bantuan resmi, Bajang Selagalas melangkah lebih jauh. Dengan keterampilan seadanya, mereka menyisir rumah-rumah warga, mengecek peralatan memasak yang rusak, membersihkan, dan memperbaiki semampu mereka.

“Kami melihat bukan hanya makanan yang dibutuhkan warga, tapi bagaimana mereka bisa kembali memasak,” ujar salah satu anggota relawan. “Kompor gas yang rusak bisa kami bantu bersihkan dan cek agar bisa digunakan lagi. Itu juga bagian dari bantuan.”

Kegiatan ini menyasar puluhan rumah. Sebagian besar warga merasa bersyukur karena tidak semua memiliki kemampuan teknis atau biaya untuk memperbaiki sendiri peralatan mereka. Para relawan yang umumnya adalah pemuda berusia 20-an tahun ini rela kotor-kotoran membersihkan lumpur dari peralatan dapur.

Sinergi Bantuan Logistik dan Pemulihan Fasilitas Rumah Tangga

Tentu, bantuan logistik tetap dilakukan. Bajang Selagalas turut menyalurkan makanan siap saji, air bersih, dan kebutuhan pokok. Namun pendekatan yang mereka lakukan memperlihatkan pemahaman mendalam bahwa pemulihan pasca-bencana bukan hanya soal bantuan sekali datang, melainkan bagaimana memastikan warga bisa kembali menjalani rutinitas dasar sehari-hari.

“Satu-satunya kompor gas saya rusak total karena lumpur, dan saya tidak punya uang untuk beli baru,” kata Fatimah, salah satu warga Kebun Duren. “Anak-anak belum makan pagi, tapi berkat bantuan adik-adik relawan, sekarang kompor saya bisa menyala lagi. Saya bisa masak nasi untuk keluarga.”

Kesaksian seperti itu menggambarkan dampak nyata yang mungkin tak selalu terlihat oleh pemerintah atau lembaga bantuan besar. Pemuda lokal seperti Bajang Selagalas memiliki keunggulan karena mereka tahu medan, mengenal warga secara pribadi, dan peka terhadap kebutuhan yang sering luput dari radar bantuan formal.

Mengangkat Martabat Pemuda Lokal

Aksi Bajang Selagalas tak hanya menyentuh soal bantuan, tapi juga memunculkan kembali diskusi penting: bagaimana potensi pemuda lokal bisa menjadi kekuatan utama dalam respons kebencanaan? Mereka membuktikan bahwa menjadi relawan tak harus datang dengan rompi institusi besar. Cukup dengan niat tulus, waktu, dan sedikit keterampilan, mereka mampu menghadirkan harapan di tengah lumpur.

Di saat banyak anak muda di kota besar mencari jati diri di dunia maya, para pemuda Selagalas justru menunjukkan jati diri mereka di dunia nyata. Melalui tindakan sederhana namun bermakna, mereka tidak hanya membantu orang lain, tapi juga membangun kembali solidaritas sosial yang mungkin sempat mengendur.

Ajakan untuk Replikasi di Wilayah Lain

Cerita dari Selagalas seharusnya menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia yang rawan bencana. Pendekatan mikro—menyentuh langsung kebutuhan praktis warga—patut menjadi bagian dari strategi besar pemulihan pascabencana.

Lembaga pemerintah dan organisasi kemanusiaan bisa mengambil pelajaran dari ini: libatkan pemuda lokal, beri mereka pelatihan ringan, dan biarkan mereka menjadi jembatan antara warga dan sistem bantuan. Dalam banyak kasus, keberhasilan bantuan bukan hanya tergantung pada jumlah bantuan, tetapi pada cara bantuan itu menjangkau kebutuhan terdalam masyarakat.

Dari Kompor Gas, Sebuah Harapan Baru Menyala

Apa yang dilakukan Bajang Selagalas mengingatkan kita bahwa dapur yang menyala adalah simbol harapan. Ketika kompor bisa kembali berfungsi, keluarga bisa berkumpul, makan bersama, dan perlahan-lahan melupakan trauma banjir.

Banjir bisa merendam rumah, tetapi tidak bisa memadamkan semangat gotong royong dan kepedulian. Dari puing-puing itulah, para pemuda Selagalas membantu menyalakan kembali semangat warga. Dan siapa tahu, mungkin dari aksi sederhana itu, akan lahir relawan-relawan baru di penjuru Nusantara.

Terkini