Mendalami Bahasa Korea Lewat King Sejong Institute

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:02:59 WIB
Mendalami Bahasa Korea Lewat King Sejong Institute

JAKARTA - Di tengah era globalisasi dan pertukaran budaya yang semakin masif, kemampuan berbahasa asing menjadi aset penting. Bahasa Korea, yang sebelumnya hanya dikenal segelintir orang di luar Asia Timur, kini menjelma menjadi salah satu bahasa asing yang paling diminati, terutama di kalangan generasi muda. Gelombang Korea atau Hallyu—yang mencakup K-pop, drama Korea, hingga gaya hidup—telah berhasil menarik perhatian jutaan orang di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Namun, di balik popularitas yang melonjak itu, ada sebuah semangat baru yang tumbuh: keinginan untuk memahami Korea secara lebih mendalam. Tak hanya sekadar menikmati hiburan, banyak orang kini merasa perlu menguasai bahasanya sebagai bentuk apresiasi dan peluang. Dan di sinilah peran penting lembaga seperti King Sejong Institute (KSI) menjadi sangat relevan.

King Sejong Institute: Lebih dari Sekadar Kursus Bahasa

Didirikan oleh pemerintah Korea Selatan melalui Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata, King Sejong Institute memiliki tujuan untuk menyebarluaskan bahasa dan budaya Korea ke seluruh dunia. Lembaga ini mengambil nama dari Raja Sejong yang Agung, tokoh bersejarah yang menciptakan alfabet Korea (Hangeul) pada abad ke-15.

KSI tidak hanya mengajarkan Hangeul atau percakapan dasar. Di balik kelas-kelas formal yang terstruktur, lembaga ini menyuguhkan pemahaman menyeluruh tentang Korea, mulai dari budaya populer hingga nilai-nilai tradisional yang tertanam dalam masyarakat Korea. Peserta diajak mengenal Korea secara utuh—bukan hanya melalui buku teks, tetapi juga pengalaman budaya langsung.

"Kami percaya bahwa belajar bahasa bukan sekadar menghafal kosakata dan tata bahasa, tapi juga memahami konteks budaya di mana bahasa itu digunakan," ungkap salah satu pengajar di King Sejong Institute Jakarta.

Dengan pendekatan ini, KSI bukan hanya menjadi tempat kursus, tetapi juga jembatan budaya antara Korea dan negara-negara lain.

Peserta dari Berbagai Latar Belakang

Salah satu keunikan KSI adalah beragamnya latar belakang peserta. Ada pelajar yang bercita-cita kuliah di Korea, profesional yang ingin memperluas peluang karier, hingga penggemar K-pop dan K-drama yang ingin memahami lirik lagu atau dialog tanpa terjemahan.

Misalnya, Dina Putri, seorang mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di salah satu universitas negeri di Jakarta, mengaku bahwa awalnya ia tertarik belajar bahasa Korea karena menyukai drama Reply 1988 dan BTS. Namun setelah mengikuti kelas di KSI, ia justru makin tertarik dengan isu-isu sosial dan politik di Korea Selatan.

“Belajar di Sejong membuat saya melihat Korea dari perspektif yang lebih akademis. Saya jadi ingin lanjut kuliah di sana,” kata Dina.

Ada pula Arif, seorang profesional muda di bidang teknologi informasi, yang mulai belajar bahasa Korea karena perusahaan tempatnya bekerja sedang menjajaki kerja sama dengan mitra bisnis dari Seoul. Baginya, kemampuan berbahasa menjadi nilai tambah dalam dunia kerja.

“Setelah ikut kelas KSI selama dua semester, saya sudah bisa berkomunikasi dasar dengan rekan bisnis. Mereka juga menghargai usaha saya belajar bahasa mereka,” ujar Arif.

Lebih dari Bahasa: Budaya dan Etiket juga Diajarkan

Kegiatan belajar di KSI tak hanya terbatas di dalam kelas. Lembaga ini rutin menggelar kegiatan ekstrakurikuler seperti cooking class masakan Korea, pemutaran film, pameran budaya, hingga hangout budaya di mana peserta bisa berlatih bahasa sambil membuat kerajinan tradisional atau mencoba mengenakan hanbok.

Selain itu, etiket khas Korea juga diajarkan. Seperti cara menyapa orang yang lebih tua, tata cara memberi dan menerima barang, hingga kebiasaan saat makan bersama. Semua ini membentuk pemahaman holistik bahwa bahasa dan budaya tidak bisa dipisahkan.

“Banyak pelajar yang kaget karena struktur sosial di Korea sangat hierarkis. Tapi mereka belajar cepat karena ini juga dijelaskan dalam pelajaran,” jelas salah satu pengajar di KSI Bandung.

Pengakuan Internasional dan Sertifikasi

Setelah menyelesaikan kursus di KSI, peserta dapat mengikuti ujian resmi untuk mendapatkan sertifikat kemampuan bahasa Korea (TOPIK). Sertifikat ini diakui secara internasional dan dapat digunakan untuk keperluan studi, pekerjaan, atau imigrasi ke Korea Selatan.

Sebagian alumni KSI telah berhasil meraih beasiswa dari pemerintah Korea seperti Global Korea Scholarship (GKS), berkat kemampuannya berbahasa Korea yang mumpuni. Bahkan beberapa di antaranya kini melanjutkan karier di perusahaan Korea di Indonesia ataupun di Seoul.

Tantangan dan Kesabaran

Meskipun tampak menyenangkan, belajar bahasa Korea bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah perbedaan struktur kalimat yang cukup jauh dari bahasa Indonesia. Selain itu, penggunaan partikel, sistem formalitas (tingkat kesopanan dalam berbicara), serta pelafalan huruf tertentu membutuhkan waktu adaptasi.

Namun, dengan metode pengajaran yang komunikatif dan suasana kelas yang menyenangkan, peserta didorong untuk aktif berbicara sejak awal. Kesabaran dan konsistensi menjadi kunci.

“Tidak usah takut salah. Di sini kita semua belajar. Bahkan tutor kami kadang bercanda menggunakan kesalahan murid sebagai bahan lelucon untuk membuat suasana cair,” ujar Tika, salah satu peserta angkatan pertama KSI Medan.

Membangun Hubungan Antarkebudayaan

Keberadaan King Sejong Institute di berbagai kota besar di Indonesia menunjukkan adanya kebutuhan dan antusiasme yang tinggi terhadap Korea Selatan, bukan hanya sebagai negara pop culture, tetapi juga sebagai mitra strategis dalam pendidikan dan kerja sama internasional.

Lewat program-programnya, KSI telah menjadi bagian dari diplomasi budaya Korea Selatan yang disebut dengan istilah soft power. Ini adalah bentuk kerja sama kultural yang secara tidak langsung memperkuat hubungan antarnegara.

Mempelajari bahasa Korea bukan sekadar tren sesaat karena demam K-pop. Bagi banyak orang, ini adalah langkah awal untuk membangun jembatan yang lebih luas menuju pemahaman lintas budaya, peluang akademik, serta pertumbuhan pribadi.

Dengan pendekatan yang menyeluruh, King Sejong Institute membuktikan bahwa bahasa adalah lebih dari sekadar alat komunikasi—ia adalah kunci untuk memahami dunia yang lebih luas. Dan bagi siapa pun yang siap menyambut tantangan ini, bahasa Korea bisa menjadi pintu menuju banyak kesempatan.

Terkini