Dokter: Transplantasi Ginjal Tanpa Tunggu Cuci Darah

Rabu, 02 Juli 2025 | 08:16:23 WIB
Dokter: Transplantasi Ginjal Tanpa Tunggu Cuci Darah

JAKARTA - Transplantasi ginjal selama ini sering dianggap sebagai langkah terakhir yang baru dilakukan setelah pasien gagal ginjal kronik menjalani cuci darah (dialisis) dalam waktu lama. Namun, pandangan ini mulai berubah seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran dan rekomendasi para ahli yang mendorong transplantasi sebagai solusi awal, bahkan sebelum pasien terlalu lama bergantung pada dialisis.

Dr. dr. Maruhum Bonar Hasiholan Marbun, Sp.PD-KGH, dokter spesialis penyakit dalam dengan subspesialis ginjal hipertensi dan Ketua Indonesian Transplantation Society (Inats), menegaskan bahwa transplantasi ginjal tidak harus menunggu pasien lama menjalani cuci darah. Menurutnya, dialisis adalah terapi pengganti sementara yang merupakan bagian dari program transplantasi ginjal, bukan prasyarat mutlak.

"Kadang-kadang suka menjadi perdebatan, apakah seseorang harus menjalani dialisis bertahun-tahun dulu baru dapat transplantasi. Itu sebenarnya salah kaprah. Setiap pasien gagal ginjal tahap akhir sudah menjadi kandidat untuk transplantasi," jelas dr. Marbun saat diskusi di Jakarta.

Pendekatan terbaru yang makin diperhatikan adalah transplantasi ginjal pre-emptif, yakni transplantasi dilakukan sebelum pasien mulai menjalani dialisis. Pasien yang sudah divonis gagal ginjal kronik tahap akhir, tetapi belum memulai dialisis, justru dapat menjadi calon ideal untuk transplantasi ginjal. Cara ini dinilai memiliki banyak keuntungan, mulai dari meminimalkan risiko komplikasi akibat dialisis, sampai meningkatkan kualitas hidup pasien secara signifikan.

Salah satu alasan kuat mendukung transplantasi lebih awal adalah risiko komplikasi yang meningkat seiring lama pasien menjalani dialisis. Komplikasi metabolik dan medis yang bisa muncul dari dialisis jangka panjang dapat memperberat kondisi pasien dan menyulitkan proses transplantasi di kemudian hari.

"Semakin lama pasien menjalani dialisis, potensi komplikasi makin besar, sehingga transplantasi menjadi lebih sulit dilakukan. Kita sering menemui pasien terlambat datang untuk mempersiapkan transplantasi ginjal," tambah dr. Marbun.

Selain itu, transplantasi ginjal juga diharapkan mampu mengurangi beban perawatan jangka panjang yang harus ditanggung pasien dan keluarganya. Dengan ginjal yang baru dan berfungsi dengan baik, pasien dapat menjalani hidup lebih sehat dan produktif, sehingga meningkatkan angka harapan hidup dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Bagi masyarakat, penting untuk lebih peka terhadap gejala dan gangguan fungsi ginjal. Dr. Marbun menyarankan agar setiap orang yang mengalami masalah dengan fungsi ginjal segera memeriksakan diri ke rumah sakit untuk evaluasi lebih lanjut. Penanganan yang cepat dan tepat dapat memperbesar peluang pasien untuk menjalani transplantasi ginjal dengan hasil yang optimal.

Di tengah pandemi dan berbagai tantangan kesehatan, edukasi tentang transplantasi ginjal pre-emptif ini menjadi penting. Masyarakat perlu memahami bahwa gagal ginjal kronik bukan akhir dari segalanya, dan bahwa opsi transplantasi bukan hanya untuk pasien yang sudah lama menjalani dialisis, melainkan bisa dilakukan lebih awal demi hasil yang lebih baik.

Keberadaan fasilitas transplantasi yang semakin berkembang di rumah sakit, seperti di RSU Bunda yang dipimpin oleh dr. Marbun, juga menjadi harapan bagi pasien ginjal di Indonesia. Penguatan sistem transplantasi dan dukungan penuh dari tenaga medis berpengalaman akan membantu mewujudkan harapan hidup baru bagi pasien gagal ginjal kronik.

Transplantasi ginjal tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga memberikan harapan akan kehidupan yang lebih bermutu. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat dan dukungan pemerintah dalam memperluas akses transplantasi sangat diperlukan agar semakin banyak pasien yang mendapat manfaat dari teknologi medis ini.

Sebagai penutup, dr. Marbun mengingatkan agar jangan menunggu sampai cuci darah menjadi rutinitas panjang. Segera konsultasikan kondisi ginjal dan siapkan diri untuk transplantasi yang lebih awal, sehingga risiko komplikasi dapat diminimalkan dan kualitas hidup tetap terjaga.

Terkini