Makanan Tradisional

Solo: Kota dengan Warisan Makanan Tradisional yang Legendaris

Solo: Kota dengan Warisan Makanan Tradisional yang Legendaris
Solo: Kota dengan Warisan Makanan Tradisional yang Legendaris

JAKARTA - Solo, atau Surakarta, bukan hanya terkenal dengan kekayaan budayanya, tetapi juga sebagai surga bagi para pencinta makanan tradisional. Kota ini menyimpan berbagai hidangan yang telah diwariskan secara turun-temurun, menjaga cita rasa asli dari generasi ke generasi. Keberadaan kuliner legendaris Solo bukan sekadar soal rasa, tetapi juga menjadi bagian dari identitas dan sejarah kota yang kaya budaya ini.

Hampir setiap sudut Solo memiliki warung atau tempat makan yang menyajikan makanan tradisional dengan resep autentik. Para pengunjung, baik lokal maupun wisatawan internasional, sering rela mengantri demi merasakan kelezatan yang telah teruji oleh waktu. Konsistensi rasa, pemilihan bahan berkualitas tinggi, serta teknik memasak tradisional menjadi kunci bertahannya kuliner-kuliner ini.

Sate Kere Yu Rebi: Sederhana tapi Legendaris

Salah satu ikon kuliner legendaris Solo adalah Sate Kere Yu Rebi, yang berdiri sejak tahun 1986 di belakang Stadion Sriwedari. Istilah “kere” yang berarti miskin menunjukkan bahan utama, yakni tempe gambus dan jeroan sapi, bukan daging biasa. Meskipun sederhana, kombinasi tempe lembut dan jeroan kenyal, disiram sambal kacang khas, membuat hidangan ini sangat menarik.

Dihidangkan bersama lontong, sate kere Yu Rebi menawarkan pengalaman kuliner yang berbeda dari sate konvensional. Warung ini buka dari pukul 10.00 hingga 21.00 WIB, dan menjadi salah satu tujuan utama wisata kuliner di Solo.

Serabi Notosuman: Makanan Tradisional Sejak 1923

Serabi Notosuman berdiri sejak 1923 dan menjadi bukti panjangnya tradisi kuliner Solo. Terbuat dari tepung beras dan santan, serabi ini dimasak dengan tungku tradisional, mempertahankan rasa autentiknya. Tersedia varian polos dan coklat, serabi ini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Letaknya di Jalan Mohammad Yamin No 28, warung buka mulai pukul 7 pagi, menjadi destinasi wajib bagi pencinta makanan tradisional Solo.

Tengkleng Klewer Bu Edi: Dari Hidangan Rakyat ke Kuliner Legendaris

Tengkleng Bu Edi, berdiri sejak 1971 di Pasar Klewer, awalnya adalah makanan rakyat sederhana berbahan tulang kambing dengan sedikit daging. Namun, Bu Edi berhasil mengubahnya menjadi kuliner legendaris Solo. Mirip gulai dengan rempah kuat, tengkleng ini kaya rasa dan aroma khas. Warung buka pukul 13.00 dan biasanya habis dalam 2–3 jam, menunjukkan tingginya minat pengunjung terhadap makanan tradisional ini.

Nasi Pecel dan Sambal Tumpang Bu Kis: Konsistensi Rasa Sejak 1951

Nasi Pecel Bu Kis, yang beroperasi sejak 1951 di Jalan Gleges, Priyobadan, menawarkan pengalaman kuliner tradisional yang autentik. Dengan aneka sayuran segar dan bumbu kacang, serta sambal tumpang dari tempe busuk, hidangan ini memberikan kombinasi rasa gurih, manis, dan pedas yang khas. Warung buka pukul 7 pagi hingga 14.00, menjadi pilihan sarapan dan makan siang yang lezat.

Soto Gading: Kehangatan Kuah Legendaris Sejak 1974

Soto Gading, di Jalan Brigjen Sudiarto No 75, dikenal dengan kuah kental, gurih, dan isian ayam serta bihun yang melimpah. Berdiri sejak 1974, soto ini pernah dinikmati pejabat hingga Presiden. Dengan harga mulai 10 ribu rupiah, Soto Gading tetap menjadi primadona makanan tradisional Solo untuk sarapan hangat.

Gudeg Ceker Bu Kasno: Kuliner Malam Legendaris

Gudeg Ceker Bu Kasno, buka mulai pukul 01.00, populer sebagai hidangan malam sejak 1970-an. Nasi gurih, gudeg nangka, ceker ayam, sambal krecek, dan kuah santan menciptakan rasa manis dan gurih khas Solo. Harga terjangkau 10–15 ribu rupiah menjadikan gudeg ini favorit berbagai kalangan.

Es Dawet Telasih Bu Dermi: Minuman Segar Sejak 1930

Es Dawet Telasih Bu Dermi di Pasar Gede telah menyegarkan pengunjung sejak 1930. Bubur ketan hitam, cendol, tape ketan, dan biji telasih menghadirkan rasa manis dan segar. Harga 8 ribu rupiah, menjadikannya pilihan tepat untuk menghilangkan dahaga di Solo.

Nasi Liwet Wongso Lemu: Warisan Kuliner Sejak 1950

Nasi Liwet Wongso Lemu, di Jalan Teuku Umar, menawarkan nasi gurih dengan santan, sayur labu, suwiran ayam, dan telur rebus. Dibuka sejak 1950, warung ini menjadi destinasi utama bagi pecinta makanan tradisional yang ingin merasakan nasi liwet autentik Solo.

Timlo Sastro: Kuah Bening Hangat Sejak 1952

Timlo Sastro di sudut Pasar Gedhe menyajikan potongan hati ampela, telur pindang, sosis solo dalam kuah bening gurih. Berdiri sejak 1952, warung ini selalu ramai pengunjung, terutama untuk sarapan atau makan siang hangat.

Selat Solo Mbak Lies: Inovasi Kuliner Sejak 1985

Selat Solo Mbak Lies memadukan cita rasa lokal dan pengaruh Barat. Irisan daging sapi lembut disajikan dengan kuah manis gurih, kentang goreng, dan sayuran rebus. Sejak 1985, warung ini tetap mempertahankan kualitas makanan tradisional sambil menghadirkan inovasi rasa.

Rahasia Bertahannya Kuliner Legendaris Solo

Keaslian resep, pemilihan bahan berkualitas, teknik memasak tradisional, dan konsistensi rasa membuat kuliner Solo tetap legendaris. Harga rata-rata terjangkau, antara 8.000–25.000 rupiah, menjadikan kuliner ini dapat dinikmati semua kalangan. Jam kunjungan terbaik adalah saat warung buka awal, karena beberapa hidangan cepat habis.

Kota Solo membuktikan bahwa makanan tradisional tidak hanya sekadar hidangan, tetapi juga warisan budaya yang tetap relevan di era modern, menjadi daya tarik wisata kuliner dan simbol identitas kota.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index