JAKARTA - Peningkatan layanan transportasi publik kembali menjadi perhatian Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dalam sebuah kesempatan, ia menekankan bahwa pembangunan fasilitas umum harus lebih mengedepankan kebutuhan keluarga, khususnya ibu hamil, ibu menyusui, balita, lansia, dan penyandang disabilitas, ketimbang memberikan ruang khusus bagi perokok.
Menurut Gibran, pelayanan transportasi tidak hanya soal kelancaran perjalanan, melainkan juga soal kenyamanan dan keberpihakan pada kelompok masyarakat yang rentan. Ia menyebut bahwa penggunaan ruang fiskal negara seyogianya diarahkan untuk kepentingan publik yang lebih luas.
“Kalau ada ruang fiskal, menurut saya pribadi lebih baik digunakan untuk kepentingan ibu hamil, ibu menyusui, balita, lansia, maupun penyandang disabilitas,” ujar Gibran ketika meninjau revitalisasi Stasiun Solo Balapan.
Respons terhadap Usulan Gerbong Perokok
Pernyataan Gibran muncul setelah adanya usulan dari seorang anggota DPR yang mendorong PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyediakan gerbong khusus bagi perokok. Menanggapi hal tersebut, Gibran dengan tegas menyampaikan bahwa skala prioritas harus menjadi pegangan utama dalam menyusun kebijakan publik.
Ia menekankan bahwa keberpihakan pada kelompok yang benar-benar membutuhkan jauh lebih mendesak dibandingkan dengan menyediakan fasilitas tambahan yang bersifat opsional. “Saya kira itu lebih prioritas. Sekali lagi, dalam setiap kebijakan pasti ada skala prioritas,” tegasnya.
Bagi Gibran, ide menghadirkan ruang perokok di dalam layanan KAI memang merupakan masukan yang sah dan patut dihargai. Namun, ia melihat ada kebutuhan yang lebih mendesak dan menyentuh langsung hajat hidup orang banyak.
Contoh Fasilitas yang Lebih Bermanfaat
Wakil Presiden memberikan gambaran mengenai fasilitas publik yang bisa membawa manfaat nyata bagi masyarakat. Misalnya, ketersediaan ruang laktasi di dalam gerbong, sehingga ibu menyusui dapat lebih leluasa merawat anaknya selama perjalanan. Selain itu, ia menilai bahwa memperluas fasilitas kamar mandi di stasiun maupun gerbong akan sangat membantu orang tua ketika harus mengganti popok bayi.
Menurut Gibran, hal-hal sederhana seperti itu sering kali luput dari perhatian, padahal memiliki pengaruh besar dalam meningkatkan kualitas layanan publik. Transportasi umum, khususnya kereta api yang menjadi moda pilihan jutaan masyarakat, idealnya bisa menghadirkan kenyamanan bagi seluruh kalangan tanpa terkecuali.
Apresiasi Disertai Tegasnya Prioritas
Meski berbeda pandangan dengan usulan anggota DPR mengenai gerbong khusus perokok, Gibran tetap menjaga sikap apresiatif. Ia menyampaikan permohonan maaf kepada pihak yang melontarkan gagasan tersebut. Bagi Gibran, masukan apa pun tetap bernilai dan patut dicatat, meski pada akhirnya harus melalui proses penyaringan berdasarkan skala prioritas yang jelas.
“Masukan tetap kami tampung, tetapi ada hal-hal lain yang lebih penting untuk peningkatan pelayanan KAI ke depan,” tuturnya.
Dengan pernyataan itu, Gibran menunjukkan bagaimana pemerintah berupaya mendengarkan berbagai pandangan, sekaligus tetap menempatkan kebutuhan masyarakat luas sebagai acuan utama dalam kebijakan.
Menguatkan Konsep Transportasi Inklusif
Pernyataan Gibran sejalan dengan arah kebijakan pemerintah yang mendorong pembangunan fasilitas publik inklusif. Transportasi yang ramah bagi keluarga dan penyandang disabilitas menjadi bagian dari upaya memperluas akses masyarakat terhadap layanan dasar.
KAI sebagai salah satu penyedia transportasi terbesar di Indonesia dituntut untuk terus berinovasi, tidak hanya dalam aspek teknologi dan kecepatan, tetapi juga dalam penyediaan fasilitas yang mendukung kenyamanan sosial. Dengan demikian, kereta api dapat semakin menjadi moda transportasi yang bukan hanya efisien, tetapi juga humanis.
Menempatkan Skala Prioritas dalam Kebijakan
Poin penting dari pernyataan Gibran adalah penekanan pada skala prioritas dalam setiap kebijakan publik. Menurutnya, penyediaan ruang untuk kelompok rentan adalah bentuk tanggung jawab negara dalam melindungi warganya. Hal ini mencerminkan prinsip dasar bahwa kebijakan seharusnya membawa manfaat langsung bagi mereka yang paling membutuhkan.
Jika ruang fiskal terbatas, Gibran menyarankan agar dana digunakan pada hal-hal yang berdampak luas dan berjangka panjang. Misalnya, dengan menambah ruang khusus untuk ibu dan anak, memperluas toilet dengan desain ramah keluarga, serta menghadirkan jalur akses yang lebih baik untuk penyandang disabilitas di stasiun.
Transportasi untuk Semua
Melalui sikapnya, Gibran ingin menegaskan bahwa transportasi publik bukan sekadar moda perjalanan, melainkan juga ruang kebersamaan yang harus mencerminkan nilai kepedulian. Menyediakan fasilitas ramah keluarga dan ramah disabilitas berarti memberi kesempatan yang sama kepada seluruh masyarakat untuk menikmati layanan publik dengan nyaman dan bermartabat.
Dengan menempatkan prioritas pada kelompok yang membutuhkan, Gibran mendorong agar kebijakan pemerintah tidak hanya berfokus pada inovasi, tetapi juga pada sisi humanitas. Transportasi yang inklusif akan menjadi cermin dari keberpihakan negara terhadap rakyatnya.