JAKARTA - Latihan militer bersama kerap menjadi sarana penting untuk memperkuat kepercayaan antarnegara sekaligus meningkatkan kemampuan tempur prajurit. Hal itu juga terlihat dalam Latihan Bersama Elang Ausindo 2025, yang mempertemukan dua kekuatan udara berbeda generasi: F-16 Fighting Falcon milik TNI Angkatan Udara dan F-35 Lightning II kepunyaan Royal Australian Air Force (RAAF).
Bagi Indonesia, kesempatan ini bukan hanya sekadar ajang manuver atau pertarungan simulasi di udara. Lebih jauh, latihan ini menjadi ruang bagi penerbang TNI AU untuk beradaptasi dengan teknologi modern sekaligus mengukur sejauh mana strategi tempur yang mereka kuasai dapat diaplikasikan menghadapi pesawat generasi kelima yang dikenal unggul dalam avionik dan teknologi siluman.
Pertemuan Dua Generasi Pesawat Tempur
Di langit Pekanbaru, dua “burung besi” berbeda generasi saling berhadapan dalam simulasi pertempuran udara. F-16 Fighting Falcon, pesawat generasi keempat yang sudah lama menjadi andalan TNI AU, harus berhadapan dengan F-35 Lightning II, pesawat tempur generasi kelima dengan keunggulan sistem sensor canggih, kemampuan stealth, serta avionik mutakhir.
Kehadiran F-35 milik Australia membawa tantangan tersendiri. Bagi TNI AU, pertemuan ini memberikan kesempatan langka untuk memahami karakteristik lawan yang jauh lebih modern. Sebaliknya, bagi RAAF, latihan ini menjadi ajang menguji kemampuan interoperabilitas bersama mitra regional, sekaligus memperkuat sinergi pertahanan udara kawasan.
Tujuan Latihan Lebih dari Sekadar Pertempuran
Direktur Latihan Bersama Elang Ausindo dari TNI AU, Kolonel Pnb Adhi Safarul Akbar, menegaskan bahwa kegiatan ini lebih dari sekadar uji kemampuan tempur. Latihan tersebut menjadi wahana pembelajaran berharga bagi para penerbang Indonesia.
“Melalui latihan ini, para penerbang kami dapat mengevaluasi kekuatan dan kelemahan lawan secara langsung,” ujar Kolonel Adhi.
Dengan menghadapi F-35, para penerbang TNI AU dapat merasakan langsung bagaimana perbedaan signifikan antara pesawat tempur generasi keempat dan kelima. Hal ini penting untuk memperkaya taktik tempur sekaligus meningkatkan pemahaman terhadap teknologi baru yang belum dimiliki Indonesia.
Apresiasi Penuh dari Pimpinan TNI AU
Latihan ini juga mendapat dukungan penuh dari Komandan Lanud Roesmin Nurjadin, Marsma TNI Abdul Haris, yang menekankan arti penting kerja sama dengan Australia.
“Latihan Ausindo 2025 adalah bukti komitmen TNI AU dan RAAF dalam memperkuat kerja sama pertahanan udara kawasan,” jelasnya.
Menurut Abdul Haris, kegiatan semacam ini bukan hanya mempererat hubungan diplomatik, melainkan juga memberikan keuntungan nyata bagi kesiapan tempur prajurit. Ke depan, diharapkan latihan rutin semacam ini dapat terus berlangsung sehingga kedua negara semakin solid dalam menghadapi dinamika keamanan regional.
Dukungan Logistik Australia
Selain menghadirkan pesawat tempur F-35, Australia juga memboyong pesawat tanker KC-30A. Pesawat ini berperan vital dalam mendukung kelancaran operasi latihan, membawa kru tambahan, logistik, serta peralatan penting bagi ferry flight. Kehadiran KC-30A memperlihatkan keseriusan RAAF dalam mendukung keberhasilan latihan gabungan ini.
Interoperabilitas Sebagai Fokus
Salah satu tujuan utama dari Latihan Elang Ausindo 2025 adalah mengasah interoperabilitas—kemampuan dua angkatan udara berbeda negara untuk bekerja sama dalam operasi gabungan. Dalam konteks kawasan Indo-Pasifik yang dinamis, interoperabilitas menjadi faktor strategis untuk menghadapi berbagai potensi ancaman.
Dengan memahami prosedur komunikasi, taktik, dan koordinasi operasi bersama, baik TNI AU maupun RAAF dapat memperkuat kemampuan kolaborasi. Hal ini selaras dengan upaya menjaga stabilitas dan keamanan regional, di mana kerja sama antarnegara sahabat semakin diperlukan.
Pengalaman Berharga bagi Penerbang Indonesia
Latihan ini memberi tantangan besar bagi penerbang TNI AU. Berhadapan langsung dengan pesawat generasi kelima memungkinkan mereka untuk mengevaluasi strategi, mengasah refleks, serta menyesuaikan pola manuver udara.
Pengalaman tersebut sangat penting mengingat teknologi siluman yang dimiliki F-35 membuatnya sulit terdeteksi radar. Dengan begitu, pilot F-16 dituntut mengoptimalkan seluruh kemampuan pesawat dan keahlian tempurnya agar tetap kompetitif.
Momentum Perkuat Pertahanan Kawasan
Latihan Elang Ausindo yang berlangsung hampir sepekan ini tak hanya menjadi arena uji kemampuan teknis. Lebih jauh, kegiatan ini juga memperkuat kepercayaan strategis antara Indonesia dan Australia. Di tengah perkembangan geopolitik yang dinamis di kawasan Asia-Pasifik, kerja sama militer seperti ini menciptakan sinyal positif bahwa kedua negara memiliki komitmen kuat dalam menjaga keamanan udara regional.
Dengan melibatkan alutsista modern, latihan ini membuktikan bahwa diplomasi pertahanan dapat berjalan beriringan dengan penguatan kapasitas tempur. Kombinasi keduanya menjadi kunci menghadapi tantangan masa depan, termasuk potensi konflik maupun ancaman nontradisional di kawasan.
Latihan Bersama Elang Ausindo 2025 bukan hanya soal duel antara F-16 TNI AU dan F-35 RAAF. Lebih dari itu, latihan ini adalah bentuk nyata komitmen kedua negara dalam memperkuat persahabatan sekaligus meningkatkan kesiapan tempur.
Bagi TNI AU, setiap manuver dan evaluasi yang diperoleh dari latihan ini adalah investasi berharga. Sementara bagi RAAF, kegiatan ini menunjukkan keseriusan dalam menjaga interoperabilitas dengan mitra strategis.
Pada akhirnya, langit Pekanbaru menjadi saksi bagaimana kerja sama Indonesia dan Australia terbang tinggi, tidak hanya dalam uji kemampuan militer, tetapi juga dalam memperkokoh kepercayaan untuk menjaga keamanan kawasan.