BURSA

Optimisme Bursa Asia Menguat

Optimisme Bursa Asia Menguat
Optimisme Bursa Asia Menguat

JAKARTA - Optimisme investor kembali mewarnai perdagangan saham di kawasan Asia. Mayoritas bursa di wilayah ini mencatat penguatan, dipicu kabar perpanjangan penangguhan tarif perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. Langkah tersebut dinilai meredakan ketegangan dagang yang telah berlangsung lama, sekaligus membuka ruang bagi pergerakan positif di pasar modal.

Salah satu sorotan datang dari Jepang, di mana indeks Nikkei mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Kenaikan ini didorong lonjakan saham teknologi, memanfaatkan momentum setelah libur panjang akhir pekan. Sementara itu, di Australia, indeks acuan ASX 200 juga menorehkan rekor baru, walau kenaikannya relatif tipis di tengah antisipasi rapat kebijakan moneter bank sentral.

Mengutip Reuters, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk memperpanjang penangguhan tarif dengan China selama 90 hari. Keputusan ini mencegah pemberlakuan bea masuk tiga digit terhadap berbagai produk China. Langkah tersebut sudah diantisipasi oleh pelaku pasar, namun tetap memberi dorongan sentimen positif karena mengurangi risiko gangguan rantai pasok global.

Dalam beberapa pekan terakhir, investor global memang telah mendapatkan dukungan dari berbagai faktor. Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed), kinerja solid laba korporasi AS, serta kepastian kebijakan tarif perdagangan AS terhadap mitra dagang utama menjadi kombinasi yang memperkuat optimisme.

Indeks Nikkei Jepang melonjak 2,51 persen, menegaskan tren positif yang juga terjadi di bursa global sepanjang tahun ini. Di sisi lain, ASX 200 di Australia bertambah 0,15 persen, bergerak hati-hati menjelang keputusan suku bunga Reserve Bank of Australia (RBA) yang diperkirakan akan memangkas suku bunga.

Pergerakan Indeks Asia Lainnya
Di luar Jepang, MSCI Asia Pasifik (tanpa Jepang) mencatat penguatan tipis. Saham unggulan China CSI 300 tumbuh 0,47 persen, Shanghai Composite naik 0,39 persen, sementara Kospi Korea Selatan menguat 0,82 persen. Berbeda dengan bursa lain, Hang Seng Hong Kong justru terkoreksi tipis 0,18 persen pada awal perdagangan.

Meski ada sentimen positif, sebagian pelaku pasar menilai pergerakan masih dalam kisaran terbatas. Mereka menunggu kepastian apakah AS dan China benar-benar dapat mencapai kesepakatan dagang berkelanjutan atau kembali memicu ketidakpastian melalui kebijakan tarif tinggi.

“Perpanjangan penangguhan tarif ini untuk sementara mempertahankan status quo, sehingga tidak ada dampak langsung bagi pasar investasi,” ujar Shane Oliver, Kepala Ekonom sekaligus Kepala Strategi Investasi AMP di Sydney.

AS dan China telah terjebak dalam perang tarif yang melibatkan serangkaian balasan bea masuk sepanjang tahun ini. Sejumlah pertemuan tingkat tinggi di Jenewa, London, dan Stockholm sejak Mei difokuskan untuk menurunkan bea balasan yang mencapai level tiga digit.

Agenda Penting Pekan Ini
Keputusan untuk memperpanjang penangguhan tarif juga memberi ruang bagi investor untuk memusatkan perhatian pada agenda ekonomi yang padat pekan ini. Beberapa fokus utama meliputi rilis data inflasi AS, keputusan suku bunga RBA, hingga pertemuan puncak pertama antara pemimpin AS dan Rusia sejak 2021.

Pasar memperkirakan RBA akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, diikuti satu kali pemangkasan lagi pada November. Namun, pelaku pasar masih menunggu panduan dari bank sentral tersebut terkait kemungkinan langkah selanjutnya.

“Ketidakpastian terletak pada arah panduannya, terutama apakah mereka masih melihat ruang pemangkasan lebih lanjut dan apakah langkahnya akan tetap bertahap,” ujar Oliver.

Inflasi AS Jadi Sorotan
Secara global, perhatian juga tertuju pada rilis data inflasi konsumen (CPI) AS. Survei Reuters memperkirakan inflasi inti bulanan naik 0,3 persen pada Juli, lebih tinggi dari 0,2 persen di bulan sebelumnya.

“Data CPI akan menjadi ujian penting bagi arah pasar. Data yang lebih lemah bisa mengangkat saham berkapitalisasi kecil, tetapi untuk saat ini, saham mega-cap masih memimpin,” kata Marc Velan, Kepala Investasi Lucerne Investment Management.

Apabila inflasi tercatat lebih tinggi dari perkiraan, pasar mungkin akan lebih berhati-hati dalam memperhitungkan peluang pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini. Saat ini, pelaku pasar memperkirakan sedikitnya dua kali pemangkasan suku bunga pada 2025, sementara J.P. Morgan memproyeksikan empat kali pemangkasan beruntun mulai September.

Perpanjangan penangguhan tarif AS–China telah memberikan ruang bernapas bagi pasar Asia, setidaknya untuk sementara. Meskipun kenaikan indeks bursa bervariasi dan beberapa bergerak dalam kisaran terbatas, sentimen positif tetap terlihat jelas. Kombinasi antara ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter, data ekonomi yang akan dirilis, dan p

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index