OJK

OJK: Investor Muda Jadi Pilar Utama Pasar Modal Indonesia

OJK: Investor Muda Jadi Pilar Utama Pasar Modal Indonesia
OJK: Investor Muda Jadi Pilar Utama Pasar Modal Indonesia

JAKARTA - Pasar modal Indonesia terus menunjukkan perkembangan positif yang luar biasa, salah satunya ditandai dengan dominasi besar investor muda. Data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 8 Agustus 2025 mengungkapkan, lebih dari setengah dari total 17,6 juta investor di pasar modal adalah generasi di bawah usia 30 tahun. Fenomena ini menegaskan bahwa anak muda kini menjadi motor utama dalam pertumbuhan dan perkembangan investasi pasar modal nasional.

Deputi Komisioner Pengawas Emiten, Transaksi Efek, dan Pemeriksaan Khusus OJK, IB Aditya Jayaantara, menjelaskan bahwa dari total investor yang tercatat melalui Single Investor Identification (SID), sebanyak 54,25 persen berasal dari kelompok usia muda tersebut. “Berdasarkan demografinya, kebanyakan atau 54,25 persen berasal dari usia di bawah 30 tahun,” ujarnya saat konferensi pers di Jakarta.

Tren peningkatan jumlah investor ini juga sangat signifikan jika dibandingkan dengan tahun lalu. Total investor pasar modal tumbuh hingga 18,15 persen secara year to date (ytd), meningkat dari 14,87 juta investor pada periode yang sama di tahun 2024. Aditya menilai pencapaian ini sangat membanggakan, karena tidak hanya menunjukkan kenaikan kuantitas investor, tetapi juga kualitas pasar modal yang semakin inklusif dengan keterlibatan usia muda.

Sementara itu, Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Samsul Hidayat, menambahkan bahwa dominasi anak muda ini merupakan modal kuat untuk masa depan pasar modal Indonesia. “Dominasi anak muda di pasar modal menjadi modal kuat untuk menumbuhkan optimisme bahwa capital market ke depan akan semakin maju dan berkembang,” jelas Samsul.

Dari sisi pertumbuhan jangka panjang, Samsul mencatat lonjakan jumlah investor sangat pesat dalam lima tahun terakhir. Jika per 8 Agustus 2025 jumlah SID mencapai 17,6 juta, maka angka tersebut melonjak 134,6 persen dibandingkan dengan 7,49 juta investor pada tahun 2021. “Saya kira lompatan yang dilalui oleh pasar modal kita dalam 5 tahun terakhir jauh melebihi di tahun-tahun sebelumnya, yang tentunya ini disebabkan dan didukung oleh segala infrastruktur yang sudah ada maupun perkembangan ekonomi Indonesia secara keseluruhan,” katanya.

Jika ditambah data SID untuk non-capital market, total SID yang tercatat mencapai 22,4 juta pada periode yang sama, dengan pertumbuhan 14 persen ytd. Persebaran investor juga semakin merata ke seluruh Indonesia. Pulau Jawa masih menjadi wilayah dengan jumlah investor terbanyak, yakni mencapai 70,50 persen dari total 17,57 juta investor, diikuti Sumatra dengan 14,92 persen, Kalimantan 4,76 persen, Sulawesi 5,09 persen, Bali, NTB, dan NTT 3,50 persen, serta Maluku dan Papua 1,23 persen.

Dari sisi kepemilikan aset, data KSEI mencatat bahwa sebagian besar aset di pasar modal Indonesia masih dikuasai oleh institusi, sebesar 79,04 persen, sementara investor individu hanya menguasai 20,96 persen. Dari segi kepemilikan lokal dan asing, investor lokal memiliki 62,19 persen aset, sedangkan investor asing memegang 37,81 persen.

Nilai aset yang tersimpan di sistem Central Depository and Book-Entry Settlement System (C-BEST) juga mencapai angka fantastis, yakni Rp8.927 triliun, sedangkan nilai asset under management di sistem S-INVEST tercatat sebesar Rp836,87 triliun. Ini menegaskan bahwa pasar modal Indonesia tidak hanya aktif dari sisi investor, tapi juga dari sisi pengelolaan aset secara profesional.

Pasar modal Indonesia juga semakin menegaskan perannya sebagai pilar penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Kapitalisasi pasar saham mencetak rekor baru pada 29 Juli 2025 dengan posisi tertinggi mencapai Rp13.701 triliun. Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) di pasar modal mencapai Rp13,56 triliun, dengan volume transaksi saham harian sebesar 22 miliar lembar dan frekuensi transaksi harian mencapai 1,29 juta kali.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 8 Agustus 2025 juga menunjukkan tren positif, dengan peningkatan 6,41 persen secara ytd dan ditutup pada level 7.533,385, serta kapitalisasi pasar sebesar Rp13.434 triliun. Data ini mengindikasikan bahwa berbagai indikator utama perdagangan di pasar modal terus mengalami pertumbuhan signifikan dan berpotensi semakin berkembang.

Posisi pasar modal Indonesia juga sudah cukup kuat di kancah internasional, menempati peringkat ke-17 berdasarkan nilai kapitalisasi pasar dan posisi kedua di ASEAN dari segi jumlah perusahaan tercatat. Hal ini semakin memperkuat optimisme terhadap prospek jangka panjang pasar modal dalam mendukung perekonomian nasional.

Kesuksesan melibatkan anak muda sebagai investor utama juga menjadi indikator bahwa literasi dan inklusi keuangan di Indonesia terus meningkat. Hal ini memberi harapan bahwa generasi muda tidak hanya menjadi pengguna teknologi digital semata, tetapi juga aktif mengelola kekayaan melalui instrumen pasar modal. Dengan dukungan infrastruktur dan regulasi yang semakin matang, pasar modal Indonesia diyakini akan terus menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di masa depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index