JAKARTA - Masyarakat di wilayah Jawa Tengah diminta untuk lebih waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem yang diperkirakan akan terjadi usai puncak musim kemarau pada Agustus 2025. Peringatan ini disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, menyusul prakiraan bahwa wilayah tersebut akan segera memasuki masa pancaroba atau peralihan musim.
Meski musim kemarau yang berlangsung sejak Mei ini relatif singkat dibanding tahun sebelumnya, intensitas hujan yang tercatat justru lebih tinggi. Kondisi tersebut membuat transisi ke musim hujan berpotensi membawa cuaca yang berubah cepat dan ekstrem, termasuk hujan lebat disertai angin kencang hingga hujan es.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Noor Jannah, menyampaikan bahwa masyarakat perlu bersiap menghadapi perubahan cuaca yang tidak menentu, terutama saat masa pancaroba. “Setelah puncak kemarau, cuaca akan memasuki periode pancaroba, kemudian langsung beralih ke awal musim hujan,” ujarnya.
Masa Pancaroba: Cuaca Cerah Bisa Berubah Jadi Hujan Deras
BMKG menjelaskan bahwa masa pancaroba ditandai dengan cepatnya perubahan kondisi atmosfer. Dalam satu hari, cuaca bisa berubah drastis dari cerah menjadi hujan deras disertai angin kencang atau bahkan hujan es. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya awan jenis kumulonimbus yang biasa muncul di masa transisi antar-musim.
Karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap siaga dan berhati-hati, terutama bagi yang banyak beraktivitas di luar ruangan. "Kami mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati terhadap perubahan cuaca yang tiba-tiba," kata Noor.
BMKG juga menyarankan agar masyarakat memantau prakiraan cuaca harian dan mengikuti informasi resmi dari lembaga terkait untuk menghindari dampak buruk dari kondisi cuaca ekstrem.
Cuaca Ekstrem Mulai Terjadi di Beberapa Wilayah Jateng
Fenomena cuaca ekstrem ini sebenarnya sudah mulai dirasakan dalam beberapa hari terakhir. Di sejumlah wilayah Jawa Tengah, termasuk Kota Semarang, telah terjadi hujan lebat yang disertai angin kencang. Padahal, beberapa hari sebelumnya wilayah tersebut mengalami cuaca cerah dan kering.
BMKG mencatat bahwa perubahan ini bukan tanpa sebab. Sejumlah gangguan atmosfer diketahui tengah aktif di kawasan Indonesia bagian tengah, termasuk Jawa Tengah. "Penyebabnya adalah gangguan cuaca biasa karena adanya gelombang Kelvin dan Madden-Julian Oscillation (MJO) yang sedang aktif di wilayah Jawa Tengah. Selain itu, bibit siklon tropis di barat daya Sumatera turut mengubah pola angin," jelas Noor.
Hujan Belum Merata, Tapi Intensitas Akan Meningkat
Meski curah hujan sudah mulai dirasakan di beberapa wilayah, intensitas hujan yang terjadi masih bersifat harian dan belum merata. Menurut BMKG, kondisi kering masih akan terjadi di sebagian besar wilayah Jawa Tengah dalam tiga hari ke depan. Namun, masyarakat perlu bersiap karena diperkirakan hujan dengan intensitas lebih tinggi akan kembali turun pada pertengahan bulan ini.
“Noor menambahkan bahwa hujan yang terjadi saat ini belum berlangsung terus-menerus. Namun, pola ini akan berubah dalam beberapa hari mendatang, tepatnya sekitar tanggal 12 Agustus 2025, ketika intensitas hujan diperkirakan kembali meningkat.”
Pola cuaca seperti ini memang kerap terjadi saat masa pancaroba, dan bisa berlangsung selama beberapa minggu hingga sistem cuaca yang lebih stabil — yaitu awal musim hujan — terbentuk secara merata di seluruh wilayah.
Pentingnya Kesiapsiagaan Masyarakat
BMKG menggarisbawahi pentingnya kesiapsiagaan masyarakat, terutama terhadap potensi bencana yang sering menyertai masa pancaroba seperti banjir lokal, pohon tumbang akibat angin kencang, hingga sambaran petir. Aktivitas luar ruang seperti pertanian, perikanan, atau transportasi darat dan laut juga perlu mengantisipasi gangguan akibat cuaca yang tidak stabil.
Bagi pemerintah daerah dan lembaga terkait, BMKG mendorong agar koordinasi dengan pihak meteorologi ditingkatkan untuk memantau perkembangan cuaca secara berkala. Informasi yang akurat dan cepat diharapkan bisa membantu pengambilan kebijakan mitigasi bencana.
Menyambut Musim Hujan Lebih Dini
Tahun ini, musim kemarau diperkirakan akan berakhir lebih cepat, dan sebagian wilayah di Jawa Tengah bahkan mulai mengalami tanda-tanda awal musim hujan. Berakhirnya musim kemarau lebih dini ini menjadi indikator bahwa pola iklim global masih cukup dinamis, dan masyarakat perlu terus menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
Dengan masa pancaroba yang akan berlangsung setelah Agustus 2025, diharapkan masyarakat dapat mengantisipasi berbagai dampaknya sedari dini. Menurut BMKG, kesadaran akan pentingnya memahami perubahan iklim dan cuaca lokal menjadi kunci dalam menjaga keselamatan dan kenyamanan hidup, terutama di tengah kondisi alam yang semakin tidak menentu.