KAI

Enam Stasiun Kecil Diaktifkan KAI

Enam Stasiun Kecil Diaktifkan KAI
Enam Stasiun Kecil Diaktifkan KAI

JAKARTA - Sebagai bentuk respons terhadap gangguan mobilitas akibat penutupan jalur kereta api Gumitir yang menghubungkan Jember dan Banyuwangi, PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 9 Jember menghadirkan solusi praktis dengan mengaktifkan kembali enam stasiun kecil di jalur tersebut. Langkah ini merupakan bentuk nyata pelayanan KAI kepada masyarakat yang terdampak langsung oleh penutupan jalur tersebut.

Langkah ini sekaligus menjadi bagian dari adaptasi operasional untuk memastikan konektivitas tetap terjaga, khususnya bagi masyarakat yang bergantung pada transportasi kereta api lokal. KAI menyatakan bahwa layanan tambahan ini akan membantu menjaga aksesibilitas masyarakat di wilayah-wilayah yang sebelumnya tidak dilalui kereta api, terutama kereta lokal Pandanwangi yang melayani relasi Jember-Ketapang dan sebaliknya.

Manajer Hukum dan Humas KAI Daop 9 Jember, Cahyo Widiantoro, menjelaskan bahwa enam stasiun kecil tersebut akan kembali melayani penumpang selama masa penutupan jalur Gumitir. Enam stasiun ini tersebar di dua wilayah administratif, yakni Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Di wilayah Jember, stasiun yang diaktifkan kembali adalah Ledokombo, Sempolan, dan Garahan. Sementara di Banyuwangi, masyarakat dapat memanfaatkan layanan di Stasiun Glenmore, Sumberwadung, dan Argopuro.

“Penambahan layanan berhenti ini mulai diberlakukan pada 11 Agustus 2025 hingga 30 September 2025 dan akan dievaluasi lebih lanjut sesuai perkembangan kondisi di lapangan,” ungkap Cahyo.

Langkah ini diambil sebagai bentuk antisipasi terhadap terbatasnya akses transportasi darat masyarakat yang terdampak akibat penutupan jalur Gumitir. KAI berupaya menjembatani kebutuhan masyarakat untuk tetap dapat beraktivitas, terutama bagi mereka yang menggantungkan kegiatan sehari-hari melalui jalur rel.

Menurut Cahyo, kebijakan aktivasi stasiun kecil ini bersifat sementara dan akan terus dipantau serta dievaluasi. Namun, tujuan utamanya adalah memastikan bahwa masyarakat tidak kehilangan akses terhadap layanan transportasi kereta api selama masa darurat tersebut berlangsung. Terlebih lagi, layanan kereta lokal Pandanwangi menjadi salah satu moda transportasi utama yang dimanfaatkan masyarakat di wilayah Jember dan Banyuwangi.

“Kami hadir untuk menjembatani kebutuhan transportasi masyarakat di tengah situasi yang cukup menantang ini,” ujarnya.

Masyarakat yang berada di sekitar enam stasiun tersebut kini bisa kembali menggunakan moda transportasi kereta api dengan mudah. Tiket dapat dibeli secara langsung melalui loket yang tersedia di masing-masing stasiun, atau melalui aplikasi Access by KAI. Selain untuk pembelian tiket, aplikasi ini juga dapat digunakan untuk mengecek jadwal keberangkatan dan ketersediaan tempat duduk.

Adanya perubahan pola operasi dan tambahan pemberhentian ini, kata Cahyo, tidak dilakukan secara sepihak. KAI telah melakukan koordinasi intensif dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) serta melibatkan pemerintah daerah setempat. Koordinasi ini penting untuk memastikan bahwa semua langkah yang diambil tetap berada dalam koridor regulasi dan mendukung kebutuhan masyarakat secara luas.

Sebelumnya, langkah ini juga didorong oleh aspirasi masyarakat yang disampaikan melalui pemerintah daerah. Dinas Perhubungan Jember, misalnya, telah mengajukan permohonan kepada KAI untuk membuka kembali pemberhentian di sejumlah stasiun kecil. Permohonan tersebut mencakup layanan kereta lokal maupun non-lokal untuk lintas Surabaya–Banyuwangi, khususnya pada ruas antara Kalisat di Jember dan Kalibaru di Banyuwangi.

Meski permohonan itu cukup luas, KAI Daop 9 memfokuskan implementasi kebijakan pada layanan kereta lokal Pandanwangi terlebih dahulu. Fokus ini diambil karena jalur Pandanwangi secara langsung melayani penumpang antardaerah dalam skala lebih kecil namun vital bagi mobilitas harian masyarakat lokal.

“KAI berkomitmen untuk terus memberikan layanan yang aman, nyaman, dan tepat waktu dalam berbagai kondisi, termasuk saat menghadapi situasi darurat atau force majeure seperti saat ini,” tegas Cahyo.

Penutupan jalur Gumitir memang memberikan dampak signifikan terhadap arus transportasi antara Jember dan Banyuwangi. Jalur tersebut dikenal sebagai salah satu rute utama penghubung wilayah tapal kuda Jawa Timur. Kerusakan yang terjadi membuat sebagian layanan kereta api terganggu, sehingga diperlukan upaya cepat agar mobilitas masyarakat tetap terfasilitasi dengan baik.

Langkah yang diambil oleh KAI ini juga sekaligus menjadi bukti kesiapan perusahaan dalam menangani kondisi tidak terduga. Dengan mengaktifkan kembali stasiun kecil dan membuka layanan tambahan, KAI tidak hanya menyikapi situasi ini sebagai hambatan, tetapi juga sebagai momentum untuk mendekatkan diri dengan masyarakat serta memberikan akses yang lebih inklusif.

Ke depannya, KAI akan terus mengevaluasi efektivitas dari layanan ini. Jika kondisi di lapangan memungkinkan dan ada kebutuhan lanjutan, tidak menutup kemungkinan layanan ini akan diperpanjang atau bahkan dijadikan opsi tetap untuk mendukung transportasi lokal di kawasan Jember dan Banyuwangi.

Dengan demikian, keputusan untuk mengaktifkan enam stasiun kecil di sepanjang jalur Jember–Banyuwangi menjadi angin segar bagi masyarakat lokal yang selama ini mengandalkan kereta api sebagai moda transportasi utama. Selain menjaga konektivitas, langkah ini juga menunjukkan komitmen nyata KAI dalam menjawab kebutuhan publik secara cepat dan tepat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index