Erick Thohir

Erick Thohir: NDRC Pilar Keadilan Sepak Bola Nasional

Erick Thohir: NDRC Pilar Keadilan Sepak Bola Nasional
Erick Thohir: NDRC Pilar Keadilan Sepak Bola Nasional

JAKARTA - Keberadaan National Dispute Resolution Chamber (NDRC) Indonesia semakin memperkuat struktur penegakan hukum dalam ekosistem sepak bola nasional. Sebagai lembaga yang menangani penyelesaian sengketa antara pemain, klub, pelatih, hingga sekolah sepak bola, NDRC kini diakui sebagai elemen penting dalam menciptakan iklim kompetisi yang sehat dan profesional di tanah air.

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyatakan kebanggaannya atas kiprah NDRC Indonesia yang kian diakui secara internasional. Keberadaan lembaga ini tidak hanya menjadi jawaban atas beragam persoalan hukum dalam dunia sepak bola, tetapi juga mencerminkan komitmen Indonesia untuk menata sepak bola secara transparan dan akuntabel.

“Kita patut bangga dengan diakuinya NDRC Indonesia, di dunia baru ada lima. Dan di Asia kita adalah satu-satunya. NDRC akan mendorong transparansi, check and balance. Berharap setiap putusan NDRC wajib dipatuhi baik oleh klub atau pemain demi keberlanjutan ekosistem sepak bola nasional. Kami siap mengawal agar iklim sepak bola kita makin sehat dan profesional,” ungkap Erick dalam jumpa pers di Hotel Fairmont, Jakarta.

Sejak mendapat pengakuan dari FIFA pada 2023, NDRC Indonesia menjadi satu dari sedikit lembaga arbitrase sengketa sepak bola nasional yang mendapat legitimasi global. Erick menekankan bahwa hal ini merupakan langkah maju dalam reformasi sepak bola, sekaligus sebagai instrumen legal yang memfasilitasi penyelesaian konflik secara tertib dan adil.

NDRC sendiri telah menjalankan peran aktif dalam menegakkan hak dan kewajiban antara pihak-pihak yang terlibat di dunia sepak bola. Dalam dua tahun terakhir sejak diakui FIFA, NDRC telah menangani lebih dari 200 kasus, mayoritas berupa sengketa pembayaran gaji antara pemain dan klub.

Ketua NDRC Indonesia, Togi Pangaribuan, menjelaskan bahwa lembaga ini sesungguhnya sudah dibentuk sejak 2019, namun baru mendapat pengakuan FIFA empat tahun kemudian. Menurut Togi, sebelum hadirnya NDRC, penyelesaian sengketa kerap dilakukan secara terpisah dan tidak seragam, mulai dari pengadilan negeri hingga pengadilan hubungan industrial, yang pada praktiknya sering menyulitkan pihak-pihak yang terlibat.

“NDRC Indonesia adalah forum netral, tidak semata membela pemain tetapi juga membela klub. Karena tidak hanya klub yang nakal tetapi ada juga pemain yang nakal. Kita akan terus melakukan sosialisasi NDRC Indonesia kepada stakeholder sepak bola Indonesia,” ujar Togi menegaskan.

Dengan netralitas sebagai prinsip dasar, NDRC memastikan keadilan ditegakkan tanpa memihak. Baik klub maupun pemain diberi ruang yang setara dalam proses hukum, sehingga penyelesaian kasus dapat dilakukan dengan profesional dan tanpa konflik kepentingan.

Togi juga mengungkapkan bahwa banyak sengketa yang sebelumnya diselesaikan secara sporadis, kini dapat ditangani secara lebih terstruktur. Dengan demikian, kehadiran NDRC menghilangkan kebingungan mengenai jalur hukum yang harus ditempuh ketika terjadi permasalahan.

Pentingnya peran NDRC turut ditegaskan oleh Direktur Utama I.League, Ferry Paulus. Ia menilai bahwa kehadiran NDRC menjadi landasan dalam membangun sistem sepak bola yang lebih bertanggung jawab.

“Ini bukan lagi wacana, melainkan langkah konkret untuk menjamin hak-hak pemain, klub, hingga ofisial,” ujar Ferry.

Ia juga menambahkan bahwa upaya ini sejalan dengan visi besar I.League untuk menjadikan kompetisi di Indonesia sebagai liga yang berkualitas tinggi, berintegritas, dan mampu bersaing di tingkat regional maupun internasional.

“Ini sejalan dengan misi kami untuk menjadikan liga Indonesia sebagai kompetisi yang berkualitas dan berintegritas tinggi,” tambah Ferry.

Sementara itu, dari sisi pemain, Wakil Presiden Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI), Achmad Jufriyanto, turut memberikan apresiasi atas keberadaan dan peran strategis NDRC Indonesia. Menurutnya, NDRC merupakan solusi yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh para pemain agar hak-hak mereka terlindungi secara hukum.

"NDRC Indonesia terobosan besar, demi kepastian hukum pemain," kata pemain Persib Bandung tersebut.

Ia mengakui bahwa sebelum adanya lembaga ini, penyelesaian sengketa antara pemain dan klub kerap berjalan tidak efektif dan tidak pasti. Kini, dengan adanya NDRC, para pemain memiliki jalur yang jelas untuk mencari keadilan.

Namun demikian, Jufriyanto juga mengimbau para pemain untuk terlebih dahulu menyelesaikan permasalahan secara internal sebelum membawa kasus ke NDRC. Ia menekankan pentingnya komunikasi sebagai langkah awal sebelum menempuh proses hukum.

"Jika ada sengketa, pemain dan klub tidak langsung ke NDRC Indonesia, tetapi bicarakan dulu baik-baik dengan klub. Kalau mentok baru ke NDRC Indonesia. Sebelum adanya NDRC, agak sulit, kita kerja berdasarkan kontrak, dengan klub di lokasi klub. Kini lebih simple, hanya laporan ke NDRC. Stakeholder hormati semua keputusan NDRC," pungkas dia.

Dengan semakin kuatnya eksistensi NDRC Indonesia, harapan terhadap perbaikan tata kelola sepak bola nasional pun semakin terbuka lebar. Tak hanya sebagai lembaga arbitrase, NDRC kini menjadi simbol bahwa sepak bola Indonesia sedang menuju arah yang lebih profesional, adil, dan transparan—sesuatu yang sudah lama dinanti oleh berbagai pihak dalam ekosistem sepak bola tanah air.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index