Minyak

Lifting Minyak RI Dekati Target 605 Ribu Barel

Lifting Minyak RI Dekati Target 605 Ribu Barel
Lifting Minyak RI Dekati Target 605 Ribu Barel

JAKARTA - Di tengah tantangan industri energi global dan menurunnya produksi ladang minyak dalam negeri, pemerintah Indonesia tetap menunjukkan keyakinan terhadap pencapaian target lifting minyak bumi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa performa produksi minyak mentah nasional saat ini menunjukkan tren positif dan diyakini mampu memenuhi target yang telah ditetapkan pemerintah.

Bahlil menyebutkan, dalam laporan terbarunya kepada Presiden, ia memaparkan kondisi lifting minyak yang menunjukkan hasil menggembirakan. Menurutnya, realisasi lifting dalam dua bulan terakhir menunjukkan peningkatan signifikan yang menjadi dasar optimisme pencapaian target. Angka lifting nasional diproyeksikan mampu menyentuh 605 ribu barel per hari sesuai dengan yang tertera dalam APBN.

“Saya baru selesai melapor sama bapak presiden, yang pertama adalah saya melaporkan tentang lifting yang mudah-mudahan akan mencapai APBN 2025,” ungkap Bahlil kepada wartawan usai menghadiri pertemuan dengan Presiden di kompleks Istana Merdeka, Jakarta.

Target lifting minyak sebesar 605 ribu barel per hari menjadi salah satu sasaran realistis yang dicanangkan pemerintah. Kendati tren tahun-tahun sebelumnya menunjukkan angka realisasi yang tak selalu sesuai harapan, perbaikan produksi belakangan ini menumbuhkan keyakinan baru. Sebagai contoh, tahun sebelumnya target lifting ditetapkan di angka 635 ribu barel per hari, tetapi realisasi hanya mampu mencapai sekitar 579,7 ribu barel per hari.

Namun, kali ini pemerintah bersandar pada peningkatan signifikan selama dua bulan terakhir. “Lifting sekarang rata-rata di atas 602 ribu, rata-rata mulai Juni dan Juli kemarin,” lanjut Bahlil, menjelaskan dasar dari keyakinannya bahwa target tahun ini akan berhasil tercapai.

Pencapaian target lifting tentu menjadi kabar baik dalam upaya menjaga ketahanan energi nasional. Di tengah situasi geopolitik global yang kian tak menentu, peningkatan produksi dalam negeri menjadi strategi penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak.

Tak hanya persoalan lifting, Bahlil juga mengangkat isu penting lainnya dalam pertemuannya dengan Presiden, yakni mengenai hubungan dagang Indonesia dengan Amerika Serikat, khususnya terkait sektor migas. Ia menyampaikan bahwa Indonesia telah menjalin kesepakatan perdagangan migas bernilai besar dengan AS yang akan berdampak pada struktur impor energi ke depan.

Kesepakatan tersebut menyangkut pembelian migas dari AS dengan nilai transaksi mencapai USD 15 miliar. Ini merupakan bagian dari mekanisme tarif timbal balik atau resiprokal yang telah disepakati kedua negara. Bahlil memastikan bahwa sekalipun Indonesia melakukan pembelian besar-besaran, harga jual produk energi seperti BBM dan LPG di tingkat konsumen akan tetap memperhatikan asas keekonomian.

“LPG kan sudah terjadi, volumenya saja kita tingkatkan. Nah volume peningkatannya sekarang kita lagi kerjakan,” ujarnya menjelaskan perkembangan impor gas cair (LPG) dari AS yang telah dimulai.

Langkah strategis lainnya adalah rencana pengalihan impor minyak dari kawasan Timur Tengah dan Asia ke Amerika Serikat. Perubahan orientasi impor ini dilakukan untuk memenuhi komitmen dagang yang telah disepakati, sekaligus membuka peluang kerja sama energi yang lebih berkelanjutan dengan mitra baru.

Dengan kebijakan baru ini, pemerintah diharapkan dapat menyeimbangkan aspek ketahanan energi nasional, kestabilan harga di pasar domestik, dan diplomasi ekonomi internasional. Keputusan tersebut pun mencerminkan strategi pemerintah untuk merespons dinamika global dengan tetap menjaga stabilitas sektor energi dalam negeri.

Lebih lanjut, keseriusan pemerintah dalam mencapai target lifting dan memperbaiki sistem impor energi menunjukkan upaya yang terkoordinasi dan realistis. Ketika sumber daya minyak nasional terus menurun seiring dengan bertambahnya usia ladang-ladang minyak, perlu ada pendekatan baru yang menggabungkan peningkatan produksi, efisiensi, dan kerja sama internasional.

Upaya Bahlil dalam mendorong tercapainya target APBN tak hanya soal pencapaian angka, tapi juga menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengelola sektor migas dengan pendekatan yang lebih strategis. Dengan memperhatikan rata-rata realisasi lifting yang kini berada di atas 602 ribu barel per hari, harapan agar target 605 ribu barel per hari bisa dicapai tahun ini memang bukan sekadar angan.

Lebih penting lagi, pencapaian ini juga menjadi tolok ukur bagi sektor energi Indonesia dalam menunjukkan kemampuan adaptasi dan inovasi di tengah berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal. Pemerintah tampaknya ingin memastikan bahwa meski tantangan besar masih membayangi sektor energi, solusi jangka pendek dan menengah tetap terus diupayakan.

Dengan pendekatan yang lebih adaptif, sinergi kebijakan lintas sektor, serta orientasi kerja sama global yang terarah, upaya memenuhi target lifting dan pengelolaan impor migas dapat menjadi langkah penting untuk memperkuat ketahanan energi nasional, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index