OLAHRAGA

Olahraga Tradisional Sepak Takraw Masuk Sekolah

Olahraga Tradisional Sepak Takraw Masuk Sekolah
Olahraga Tradisional Sepak Takraw Masuk Sekolah

JAKARTA - Menumbuhkan minat olahraga sejak usia dini tak hanya sebatas menyehatkan tubuh, tetapi juga merupakan sarana strategis untuk membentuk karakter anak-anak. Inilah yang tengah diupayakan oleh tim dosen dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Halu Oleo (UHO), yang memilih pendekatan unik dan bernilai budaya: memperkenalkan sepak takraw ke kalangan siswa sekolah dasar.

Berlandaskan semangat pengabdian kepada masyarakat, tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dari Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Penjaskesrek) FKIP UHO menggelar kegiatan sosialisasi teknik dasar sepak takraw di SD Negeri 96 Kendari. Upaya ini dipimpin oleh Suhartiwi, S.Pd., M.Pd., yang memiliki visi bahwa olahraga bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi juga wahana pembentukan karakter sejak dini.

Sepak takraw sendiri bukan olahraga yang asing di Indonesia, namun kehadirannya perlahan mulai terpinggirkan oleh maraknya olahraga populer modern. Inilah yang menjadi salah satu alasan kuat bagi tim PKM UHO untuk memilih sepak takraw sebagai media edukatif. Mereka melihat nilai-nilai kultural dan edukatif yang terkandung dalam olahraga ini sebagai kekayaan yang perlu diwariskan kepada generasi muda.

Dalam sesi praktik yang digelar langsung di lapangan sekolah, Suhartiwi memandu para siswa mempelajari teknik-teknik dasar sepak takraw. Mulai dari gerakan dasar seperti sepak sila, sepak kura, hingga keterampilan lanjutan seperti menyundul bola, smash, dan servis, diperkenalkan secara interaktif dan menyenangkan. Pendekatan demonstratif ini mampu membangun antusiasme yang luar biasa dari para peserta, bahkan membuat mereka aktif bertanya dan mencoba sendiri.

“Kami berharap kegiatan ini bukan sekadar kegiatan seremonial. Kami ingin menjadi bagian dari upaya sistematis membangun budaya olahraga di kalangan pelajar SD,” jelas Suhartiwi, selaku Ketua Tim PKM.

Menurutnya, sepak takraw tak hanya memperkuat otot dan kemampuan motorik anak, tetapi juga menanamkan nilai-nilai sosial yang esensial. Olahraga ini secara tidak langsung melatih anak untuk disiplin, bekerja dalam tim, dan menjunjung tinggi sportivitas.

“Melalui sepak takraw, anak-anak dapat belajar tentang kerja sama tim, kedisiplinan, dan sportivitas. Kami ingin mereka tidak hanya mahir bermain, tetapi juga tumbuh dengan karakter yang baik,” tambahnya.

Respon yang muncul dari kegiatan ini pun sangat positif. Puluhan siswa, terutama dari kelas III dan V, menunjukkan antusiasme tinggi selama sesi berlangsung. Mereka tampak menikmati setiap aktivitas, bahkan menyatakan keinginan untuk kembali bermain sepak takraw di waktu-waktu luang mereka. Salah satu siswa kelas V yang diwawancarai mengungkapkan kesannya usai mengikuti pelatihan:

“Seru sekali! Saya baru tahu cara menyundul bola pakai kepala, dan ternyata bisa bikin kita tambah kuat dan cepat,” katanya penuh semangat.

Tidak hanya siswa, para guru di SD Negeri 96 Kendari pun menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap kegiatan ini. Beberapa di antaranya bahkan menyampaikan apresiasi dan niat untuk mengintegrasikan sepak takraw dalam pelajaran Pendidikan Jasmani secara lebih rutin. Hal ini dianggap sebagai langkah awal untuk menumbuhkan kebiasaan berolahraga sehat dan aktif di lingkungan sekolah.

Kegiatan ini bukan sekadar proyek satu hari, melainkan bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat yang rutin dilaksanakan oleh FKIP UHO. Tim pelaksana terdiri dari dosen-dosen berpengalaman seperti Prof. Dr. Hasanuddin Jumareng, MS., AIFO, Dr. Muhammad Rusli, M.Kes., AIFO, Jud, S.Pd., M.Pd., dan Marsuna, S.Pd., M.Pd., yang semuanya memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pendidikan jasmani dan pembinaan olahraga.

Selain dosen, mahasiswa juga dilibatkan dalam kegiatan ini sebagai bentuk kolaborasi lintas jenjang dalam pendidikan. Keterlibatan mahasiswa menjadi ajang praktik lapangan yang memperkuat kompetensi mereka sebagai calon pendidik. Dalam pelaksanaannya, metode yang digunakan adalah gabungan antara pendekatan edukatif dan atraktif, seperti demonstrasi, praktik langsung, serta permainan interaktif yang membangun suasana ceria namun tetap edukatif.

Salah satu keunggulan pendekatan ini adalah kemampuannya menciptakan kedekatan emosional antara siswa dan olahraga. Hal ini penting mengingat banyak anak usia sekolah dasar yang belum memiliki kebiasaan berolahraga secara rutin. Dengan kegiatan yang menyenangkan dan mudah diikuti, siswa dapat mulai membentuk persepsi positif terhadap aktivitas fisik.

Sepak takraw, dalam konteks ini, bukan hanya berperan sebagai alat bantu pendidikan jasmani, tetapi juga sebagai media pelestarian budaya. Sebagai olahraga tradisional yang sarat nilai-nilai lokal, pengenalan sepak takraw sejak dini dapat menjadi salah satu strategi untuk menjaga warisan budaya nasional dari ancaman kepunahan.

Lebih dari itu, pengenalan sepak takraw di sekolah dasar membuka peluang lahirnya bibit-bibit atlet masa depan. Dengan pelatihan dan pembinaan yang berkelanjutan, anak-anak yang hari ini belajar menyundul bola bisa menjadi atlet tangguh yang mengharumkan nama daerah, bahkan bangsa, di pentas nasional dan internasional.

Program yang dijalankan tim FKIP UHO ini patut menjadi contoh bagi institusi pendidikan tinggi lainnya. Dengan menyinergikan tridarma perguruan tinggi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat kegiatan ini tidak hanya memberi manfaat jangka pendek, tetapi juga dampak jangka panjang dalam penguatan karakter generasi muda.

Langkah kecil seperti mengenalkan sepak takraw di SD bisa menjadi gerbang menuju perubahan besar. Karena di balik permainan yang tampak sederhana itu, tersimpan nilai-nilai luhur yang dapat membentuk anak-anak menjadi pribadi yang sehat, tangguh, dan bermartabat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index