JAKARTA - Langkah strategis untuk memperkuat produksi kopi lokal terus digencarkan oleh pemerintah daerah. Kabupaten Tabalong di Kalimantan Selatan menjadi salah satu contoh nyata dari komitmen ini. Melalui Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak), ribuan bibit kopi disalurkan langsung kepada petani sebagai bagian dari upaya memperkuat sektor perkebunan rakyat sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap pasokan luar daerah.
Tak kurang dari 48 ribu bibit kopi telah didistribusikan ke sejumlah kelompok tani yang tersebar di wilayah utara Kabupaten Tabalong. Pendistribusian tersebut dilakukan secara bertahap sejak April lalu dan menyasar empat kelompok tani yang dinilai memiliki kesiapan dari sisi lahan dan komitmen dalam pengembangan kebun kopi.
Adapun keempat kelompok tani penerima bantuan tersebut yakni Kelompok Bangun Rejo di Desa Teratau, Kecamatan Jaro yang menerima sebanyak 7.500 pohon; Kelompok Bina Tani di Desa Hayup, Kecamatan Haruai sebanyak 18.000 pohon; Kelompok Gawi Sebumi di Desa Halong, Kecamatan Haruai sebanyak 15.000 pohon; dan Kelompok Tani Karya Bakti di Desa Kinarum, Kecamatan Upau sebanyak 7.500 pohon.
- Baca Juga OPEC Optimis Permintaan Minyak Stabil
Kepala Disbunnak Tabalong, Soleh, menjelaskan bahwa bantuan ini tidak hanya ditujukan untuk mendongkrak kesejahteraan petani, namun juga sebagai solusi atas rendahnya produksi kopi di Tabalong yang selama ini belum mampu memenuhi permintaan pasar.
“Tujuannya kita adalah untuk mensejahterakan petani, ya. Kita memang punya potensi yang sangat menjanjikan di Kabupaten Tabalong ini. Untuk kopi ini sekarang harganya hampir seratus ribu per kilonya untuk kopi biji keringnya. Itu sudah berapa kali ada orderan-orderan, tapi kita tidak bisa memenuhi karena memang produksi kita masih terbatas,” ungkap Soleh.
Harga kopi kering yang tergolong tinggi menjadi indikator kuat bahwa komoditas ini memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Namun sayangnya, peluang tersebut kerap tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh petani di Tabalong akibat keterbatasan jumlah produksi.
Dengan penyaluran 48 ribu bibit kopi ini, diharapkan dalam beberapa tahun ke depan, produksi kopi di Tabalong bisa mengalami peningkatan signifikan sehingga mampu memenuhi permintaan lokal maupun peluang ekspor.
Selain bibit tanaman, bantuan juga mencakup penyediaan sarana produksi pertanian lainnya. Para petani penerima bantuan turut dibekali dengan pupuk jenis NPK, herbisida, serta triko kompos yang dibutuhkan dalam tahap awal budidaya kopi. Bantuan tersebut dirancang agar petani bisa segera melakukan penanaman dan perawatan bibit secara optimal.
Pemerintah daerah menyadari bahwa peningkatan produksi tidak cukup hanya dengan memberi bibit semata. Pendampingan berkelanjutan, pelatihan teknis budidaya, serta akses ke pasar juga menjadi aspek penting dalam membangun ekosistem pertanian kopi yang tangguh.
Soleh menambahkan, pemerintah daerah akan terus berupaya untuk menyediakan dukungan lanjutan kepada petani dalam bentuk pelatihan teknis budidaya kopi modern, termasuk pengendalian hama dan penyakit tanaman, manajemen panen dan pascapanen, hingga strategi pemasaran.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan semangat petani yang terus tumbuh, upaya pengembangan kopi di Tabalong diyakini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Tak hanya bagi para petani penerima manfaat langsung, tetapi juga terhadap sektor pendukung lainnya seperti pengolahan, transportasi hasil panen, serta potensi wisata agro yang bisa dikembangkan di masa mendatang.
Apabila program ini berjalan sesuai rencana, maka dalam 3–4 tahun ke depan, Kabupaten Tabalong dapat memiliki sentra produksi kopi sendiri yang mampu menghasilkan biji kopi berkualitas dengan volume besar. Hal ini tentu akan mengurangi ketergantungan pada daerah luar, sekaligus mendorong kemandirian pangan dan ekspor komoditas unggulan dari daerah.
Di sisi lain, komoditas kopi juga berpotensi menjadi identitas baru bagi Tabalong. Potensi ini didukung oleh kondisi geografis dan iklim di beberapa wilayah utara yang sesuai untuk budidaya tanaman kopi, seperti di Kecamatan Jaro, Haruai, dan Upau yang menjadi lokasi utama penyaluran bibit saat ini.
Langkah awal yang dilakukan Disbunnak Tabalong ini pun mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk pelaku pasar yang selama ini kesulitan mendapatkan pasokan kopi dari lokal. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya produk lokal yang berkualitas, maka penguatan komoditas seperti kopi ini menjadi sangat relevan.
Keberhasilan program ini nantinya juga akan menjadi tolok ukur dalam menyusun kebijakan pengembangan komoditas perkebunan lainnya. Model yang diterapkan melalui kolaborasi antara pemerintah daerah dan kelompok tani bisa direplikasi untuk komoditas lain seperti kakao, lada, atau bahkan hortikultura unggulan.
Sebagai penutup, program bantuan bibit kopi ini merupakan satu dari sekian upaya nyata pemerintah untuk membangkitkan kembali potensi sektor pertanian di daerah. Diharapkan, program ini bukan hanya tentang menanam, tetapi juga membangun masa depan yang lebih sejahtera bagi para petani dan membawa nama Kabupaten Tabalong sebagai salah satu penghasil kopi unggulan di Indonesia.