Minyak

Stok Naik, Harga Minyak Stabil karena Ketimpangan Regional

Stok Naik, Harga Minyak Stabil karena Ketimpangan Regional
Stok Naik, Harga Minyak Stabil karena Ketimpangan Regional

JAKARTA - Di tengah kekhawatiran global terhadap kelebihan pasokan minyak, laporan dari Morgan Stanley memberikan perspektif baru yang mengejutkan: meski stok minyak mentah global meningkat secara signifikan, pasar tetap menunjukkan keketatan harga. Namun, kenyataan ini ternyata sangat dipengaruhi oleh distribusi stok secara geografis dan bukan hanya jumlahnya secara keseluruhan.

Dalam laporan terbarunya, Morgan Stanley mengungkapkan bahwa selama lima bulan terakhir, total persediaan minyak dunia melonjak sekitar 235 juta barel. Namun yang menarik, hanya sekitar 10% dari stok tambahan itu yang berada di negara-negara anggota OECD, yang notabene memiliki peran penting dalam menentukan arah harga pasar energi global.

“Apakah pasar minyak benar-benar ketat, atau justru longgar?” tulis para analis Morgan Stanley, termasuk Martijn Rats, dalam analisis mendalam mereka. Pertanyaan itu menjadi pusat perhatian utama, mengingat dinamika harga minyak tidak selalu bergerak selaras dengan data fisik pasokan.

Brent Masih Bertahan, Meski Bayang-Bayang Surplus Mengintai

Meski laporan tentang kelebihan pasokan terus muncul, harga patokan minyak global, Brent, tetap stabil bahkan mengalami penguatan dalam beberapa bulan terakhir. Harga Brent masih mampu menguat, meskipun ada tekanan dari konflik dagang global yang dipicu oleh kebijakan Amerika Serikat, serta pelonggaran besar-besaran pembatasan produksi dari kelompok OPEC+.

Hal ini menunjukkan bahwa faktor pasar tidak hanya digerakkan oleh volume pasokan global, tetapi juga oleh distribusinya secara regional. Para analis menekankan bahwa struktur harga jangka pendek minyak mentah, yang menunjukkan harga pengiriman cepat lebih tinggi dibandingkan kontrak pengiriman lebih jauh (backwardation), justru memperlihatkan keketatan pasokan saat ini.

“Yang menjembatani kontradiksi yang tampak ini adalah distribusi regional yang tidak merata dari penumpukan persediaan global,” tulis analis Morgan Stanley. Artinya, meski stok global meningkat, pusat-pusat penetapan harga khususnya di wilayah Atlantik tidak mengalami lonjakan yang signifikan. Sebaliknya, sebagian besar stok tambahan berada di Asia-Pasifik, wilayah yang dianggap memiliki pengaruh lebih kecil terhadap penentuan harga internasional.

Dominasi Asia-Pasifik dan Ketidakseimbangan Pasokan

Kawasan Asia-Pasifik memang menjadi pusat dari peningkatan stok belakangan ini. Namun karena sistem harga global seperti Brent atau WTI lebih banyak dipengaruhi oleh stok di kawasan Atlantik dan negara-negara OECD, maka tambahan pasokan di Asia tidak serta merta menekan harga secara langsung.

Distribusi yang tidak seimbang ini menyebabkan Brent tetap dihargai tinggi, karena pusat-pusat penyimpanan utama seperti Eropa atau Amerika belum mengalami lonjakan persediaan yang sepadan. Morgan Stanley menyoroti bahwa “penumpukan terjadi di Pasifik, tetapi Brent dihargai di Atlantik.” Maka dari itu, dampak psikologis dan spekulatif pasar pun tetap condong ke arah keketatan.

Prospek Pasar Pasca Musim Panas

Namun, Morgan Stanley tidak menutup mata terhadap risiko di masa depan. Setelah musim panas yang biasanya menjadi puncak permintaan minyak tahunan berakhir, potensi surplus kembali mengemuka. Lembaga keuangan tersebut memproyeksikan bahwa meskipun kelebihan stok akan muncul, hanya sebagian kecil yang akan terjadi di kawasan OECD.

Surplus tambahan itu diprediksi mencapai maksimal 165 juta barel dalam 12 bulan ke depan, yang akan mengembalikan posisi persediaan ke level 2017. Kala itu, harga Brent berada di kisaran US$65 per barel. Angka ini menjadi acuan penting dalam menilai bagaimana pasar bisa kembali menyesuaikan diri dengan tren baru kelebihan pasokan tanpa menimbulkan gejolak harga yang besar.

“Lonjakan pasokan ini sebenarnya tidak membawa harga kembali anjlok, karena kapasitas penyimpanan dan distribusinya masih terkonsentrasi di wilayah yang minim dampak terhadap harga,” ungkap para analis dalam laporan tersebut.

Proyeksi Harga Tetap Moderat

Morgan Stanley mempertahankan proyeksinya bahwa harga Brent akan stabil di angka US$65 per barel pada kuartal keempat tahun ini. Untuk tahun mendatang, proyeksi harga ditetapkan lebih rendah, yakni US$60 per barel untuk masing-masing dari empat kuartal. Meski pasar menunjukkan tren ketat dalam jangka pendek, perbankan tetap berhati-hati dalam membuat proyeksi jangka panjang.

Harga minyak berjangka terakhir tercatat pada kisaran US$68,88, yang berarti masih berada di atas proyeksi jangka pendek lembaga tersebut. Ini menunjukkan bahwa pasar tetap terpengaruh oleh dinamika geopolitik, kebijakan dagang, dan sentimen permintaan dari negara-negara besar seperti China dan India.

Tantangan Tambahan: Ketidakpastian Global

Di luar soal distribusi stok, dinamika pasar minyak juga tengah bergulat dengan berbagai ketidakpastian lain. Kebijakan tarif tinggi yang digulirkan Amerika Serikat terhadap pembeli minyak dari Rusia, serta keputusan China untuk meningkatkan impor secara signifikan hingga awal 2026, menjadi faktor eksternal yang turut membentuk arah harga.

Keseimbangan pasar kini tidak hanya soal seberapa banyak minyak tersedia, tetapi juga siapa yang menyimpannya, di mana lokasinya, dan bagaimana negara-negara besar merespons fluktuasi pasar global.

Laporan Morgan Stanley menjadi sinyal kuat bagi pelaku pasar bahwa memahami pasar minyak mentah global saat ini tidak bisa hanya berdasarkan angka stok semata. Distribusi geografis stok dan pusat-pusat penetapan harga global memainkan peran kunci dalam menstabilkan atau mengganggu harga.

Pasar mungkin tampak ‘ketat’ di permukaan karena harga tetap tinggi, tetapi realitas distribusi stok menunjukkan bahwa dunia tengah menghadapi ketimpangan logistik dan geopolitik energi. Dan dengan proyeksi moderat dalam beberapa kuartal ke depan, para pelaku industri tampaknya harus bersiap menghadapi pasar yang semakin kompleks, tak hanya soal pasokan dan permintaan, tetapi juga peta persebarannya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index