Gadget

Peran Ayah Kunci Atasi Anak Kecanduan Gadget

Peran Ayah Kunci Atasi Anak Kecanduan Gadget
Peran Ayah Kunci Atasi Anak Kecanduan Gadget

JAKARTA - Di era digital saat ini, penggunaan gawai tak lagi bisa dihindari dari kehidupan anak-anak. Dari belajar daring hingga hiburan, gawai telah menjadi bagian tak terpisahkan. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan teknologi, muncul tantangan besar: ketergantungan anak terhadap gadget. Menyikapi hal ini, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan bahwa peran seorang ayah sangat penting dalam mengatasi persoalan tersebut.

Banyak orang tua selama ini mungkin beranggapan bahwa urusan pengasuhan anak adalah dominasi ibu. Padahal, menurut Eri, ayah memiliki pengaruh besar dalam pembentukan karakter anak, baik laki-laki maupun perempuan. Dalam pandangannya, kehadiran seorang ayah dalam kehidupan sehari-hari anak bukan hanya penting, tetapi krusial dalam menghadapi dampak negatif teknologi digital yang tidak terkontrol.

“Peran ayah sangat luar biasa dan akan memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan anak perempuan maupun laki-laki,” ungkap Eri. Ia menyampaikan hal ini saat menanggapi persoalan makin tingginya ketergantungan anak-anak terhadap gadget di kota besar seperti Surabaya.

Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH): Inisiatif Edukasi untuk Para Ayah

Untuk memperkuat gagasannya, Eri pun menggulirkan program Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) yang secara khusus menyasar para ayah. Ini merupakan bentuk kepedulian Pemkot Surabaya terhadap peran keluarga, khususnya ayah dalam pengasuhan anak.

Eri menyadari bahwa meskipun kedekatan emosional anak lebih banyak terbentuk dengan ibu, namun otoritas dan kepatuhan anak lebih condong pada ayah. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran fisik dan emosional seorang ayah berperan penting dalam mengarahkan perilaku anak, termasuk dalam penggunaan gawai.

Melalui program SOTH, para ayah diberikan pemahaman mengenai pola pengasuhan modern, pentingnya kelekatan emosional, dan bagaimana menjadi figur yang aktif dalam proses tumbuh kembang anak. Eri berharap, para ayah tidak lagi pasif atau menyerahkan seluruh tanggung jawab pengasuhan kepada ibu saja.

Batasi Gadget, Perbanyak Interaksi

Wali Kota Surabaya juga memberikan pesan tegas kepada para orang tua untuk mengurangi waktu anak-anak menggunakan gadget. Menurutnya, interaksi langsung antara anak dengan orang tua dan lingkungan sekitar jauh lebih vital dalam membentuk karakter dan nilai moral anak.

"Kurangi penggunaan gawai sampai anak bisa membedakan mana yang baik dan buruk," tegas Eri. Baginya, kontrol terhadap gawai bukan hanya soal waktu penggunaan, tetapi juga soal pengawasan konten dan interaksi digital yang dikonsumsi anak-anak.

Tak hanya itu, Eri juga menekankan perlunya menanamkan nilai kasih sayang sejak dini dalam keluarga. Ia mendorong orang tua, terutama ayah, untuk peka terhadap perubahan perilaku anak dan segera mengambil tindakan jika terdapat gejala negatif, termasuk ketika anak tak kunjung pulang atau menunjukkan tanda kecanduan gadget.

Keluarga dan Sekolah Harus Saling Dukung

Eri menyadari bahwa peran orang tua tidak bisa dilepaskan dari sistem pendidikan formal. Oleh karena itu, ia mendorong agar kolaborasi antara sekolah dan orang tua dapat berjalan optimal. Ia mengingatkan bahwa tanggung jawab pendidikan anak bukan hanya berada di tangan sekolah, tapi juga orang tua.

"Saya berharap orang tua ini mempunyai peranan penting menjaga putra-putrinya. Tidak bisa hanya dititipkan di sekolah," ujar Eri. Menurutnya, proses pendidikan karakter tidak boleh hanya bergantung pada sekolah, tetapi harus dimulai dari rumah, dengan dukungan dan teladan langsung dari orang tua.

Sebagai langkah konkret, Eri juga menyesuaikan sistem belajar di sekolah-sekolah Surabaya. Ia memaparkan bahwa waktu pembelajaran formal hanya berlangsung hingga pukul 12.00 WIB. Setelah itu, anak-anak diberi kesempatan mengikuti program sekolah bakat dari pukul 12.00 hingga 14.00 WIB.

Sekolah Bakat: Salurkan Energi Positif Anak

Program sekolah bakat yang digagas Pemkot Surabaya menjadi ruang baru bagi anak-anak untuk menyalurkan energi mereka ke dalam kegiatan positif. Dengan mengikuti program ini, anak-anak diarahkan untuk mengeksplorasi potensi diri dalam bidang seperti seni, olahraga, dan teknologi secara lebih sehat, tanpa harus terus-menerus terpaku pada layar gadget.

Program ini juga menjadi wadah bagi para guru dan orang tua untuk mengamati minat serta keunikan setiap anak, sehingga pengembangan karakter bisa lebih terarah. Tidak hanya itu, kegiatan semacam ini diyakini mampu mengurangi ketergantungan terhadap teknologi yang bersifat konsumtif.

Transformasi Pengasuhan di Era Digital

Pernyataan dan tindakan Eri Cahyadi menggambarkan sebuah transformasi besar dalam paradigma pengasuhan anak di era digital. Ia tidak hanya memberikan himbauan, tetapi juga menginisiasi kebijakan dan program riil yang bisa diakses oleh masyarakat Surabaya.

Dengan mendorong keterlibatan ayah secara langsung dalam kehidupan anak-anak, Eri ingin mengubah cara pandang masyarakat bahwa pengasuhan adalah tugas bersama, bukan semata tanggung jawab ibu. Dalam pandangannya, kehadiran seorang ayah adalah bentuk pengasuhan yang setara dan seimbang yang sangat dibutuhkan anak-anak masa kini.

Ia percaya bahwa hanya dengan kerja sama antara orang tua, sekolah, dan lingkungan sekitar, tantangan seperti ketergantungan anak terhadap gadget dapat diatasi. Lebih dari itu, generasi muda yang tumbuh dalam lingkungan penuh kasih dan pengawasan seimbang akan lebih siap menghadapi dunia yang terus berubah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index