Energi

PLN Dorong Bali Jadi Pusat Energi Bersih

PLN Dorong Bali Jadi Pusat Energi Bersih
PLN Dorong Bali Jadi Pusat Energi Bersih

JAKARTA - Upaya menjadikan Bali sebagai pionir energi bersih di Indonesia kini memasuki babak baru. PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Bali merespons tantangan transisi energi dengan meluncurkan peta jalan emisi nol bersih 2045 sektor ketenagalistrikan. Dokumen strategis ini menjadi panduan dalam mewujudkan sistem kelistrikan Bali yang bersih, terintegrasi, dan inklusif demi kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Peta jalan ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat posisi Bali sebagai daerah percontohan implementasi energi baru terbarukan (EBT). Langkah tersebut sejalan dengan misi besar nasional menuju net zero emission pada 2060. Namun, Bali bahkan berambisi melampaui target nasional dengan mengintegrasikan potensi energi lokal ke dalam sistem kelistrikan lebih awal.

PLN UID Bali menegaskan keseriusannya melalui pemanfaatan teknologi terkini. Salah satu inovasi utama yang dikembangkan adalah sistem smart microgrid di Nusa Penida. Sistem ini menggabungkan pembangkit listrik berbasis diesel dengan energi surya, angin, serta baterai penyimpanan energi (Battery Energy Storage System/BESS).

“Microgrid ini dirancang untuk efisiensi bahan bakar dan optimalisasi pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT), guna memastikan pasokan listrik untuk rakyat tetap andal,” ujar General Manager PLN UID Bali, Eric Rossi Priyo Nugroho.

Namun, menurutnya, transisi menuju energi bersih tidak datang tanpa tantangan. Karakteristik intermiten EBT, seperti ketergantungan pada sinar matahari dan angin, menuntut sistem yang adaptif dan andal. Karena itu, PLN memproyeksikan kebutuhan BESS sebesar 21 GWh untuk mengimbangi ketersediaan energi saat pasokan utama terganggu.

“Adanya BESS sebesar 21 GWh yang akan dibangun, harus dibarengi perencanaan cadangan pembangkit untuk menjamin kontinuitas pasokan saat tidak tersedia sinar matahari atau angin. Ini menuntut ketepatan perhitungan, kesiapan teknologi, serta tenaga kerja yang kompeten,” jelas Eric.

Bali memiliki karakter beban kelistrikan yang unik, dengan durasi beban puncak lebih panjang dibandingkan wilayah lain. Karena itu, menurut PLN, kualitas dan frekuensi pasokan listrik juga harus diperhitungkan secara cermat. Sistem penyimpanan energi harus dirancang agar mampu menjawab kebutuhan stabilitas jaringan secara real time.

Tak hanya PLN, dukungan terhadap peta jalan energi bersih ini juga datang dari kalangan akademisi. Guru Besar Universitas Udayana, Prof. Ida Ayu Dwi Giriantari, menilai bahwa peluncuran peta jalan ini menjadi bukti nyata dari keseriusan Pemerintah Provinsi Bali dalam mendorong kemandirian energi berbasis sumber daya lokal.

“Bali memiliki potensi besar EBT seperti tenaga surya mencapai 21,2 gigawatt, termasuk PLTS atap, ground-mounted, dan terapung; tenaga angin 515 megawatt; panas bumi 127 megawatt; serta biomassa, sampah, dan tenaga air lebih dari 200 megawatt,” terang Ida Ayu.

Ia juga menekankan bahwa teknologi hanyalah satu aspek dari transisi energi. Keberhasilan Bali dalam menuju net zero emission harus dibarengi penguatan sumber daya manusia dan penyiapan ekosistem pendukung yang konsisten.

“Kemandirian energi bukan hanya soal teknologi, tetapi juga ekosistem pendukung dan keseriusan bersama,” tegasnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menggarisbawahi posisi Bali yang sangat strategis dalam peta transisi energi Indonesia. Menurutnya, dengan semua potensi dan kesiapan yang dimiliki, Bali sangat mungkin menjadi provinsi pertama yang sepenuhnya didukung oleh energi bersih, bahkan sebelum target nasional tercapai.

“Bali punya semua yang dibutuhkan untuk menjadi laboratorium energi nasional. Mari jadikan energi bersih sebagai tulang punggung pembangunan Bali,” ujar Fabby.

Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Bali juga menunjukkan komitmennya dengan menyelaraskan peta jalan PLN dengan visi pembangunan daerah yang mengedepankan harmoni antara manusia, alam, dan budaya. Kepala Dinas ESDM dan Ketenagakerjaan Provinsi Bali, Ida Bagus Setiawan, menyampaikan bahwa dokumen ini selaras dengan visi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali".

“Visi ini berfokus pada menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali serta seluruh isinya, dengan pembangunan yang terencana, menyeluruh, dan terintegrasi, berdasarkan nilai-nilai Tri Hita Karana dan kearifan lokal Sad Kerthi,” kata Setiawan.

Ia menambahkan bahwa Pemerintah Provinsi Bali telah mengeluarkan sejumlah regulasi pendukung untuk memperkuat arah tersebut. Di antaranya adalah Peraturan Daerah tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED), Peraturan Gubernur tentang energi bersih, pengelolaan sampah, penggunaan kendaraan listrik, pembangunan gedung hijau, dan pemanfaatan PLTS atap.

Langkah-langkah tersebut menjadi bagian penting dari transformasi Bali sebagai wilayah yang tidak hanya indah secara alamiah, tetapi juga menjadi simbol peradaban ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan sinergi antara pemerintah, PLN, kalangan akademisi, dan masyarakat, Bali berada pada jalur yang tepat untuk menjadi ikon energi bersih Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index