JAKARTA - Menghadapi tantangan kepemilikan rumah di tengah dinamika ekonomi dan keterbatasan daya beli, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) kembali mempertegas komitmennya dalam mendukung akses perumahan nasional. Melalui skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR) berbunga rendah dan kolaborasi strategis bersama sepuluh pengembang besar di Indonesia, BTN meluncurkan langkah konkret yang menyasar kelompok pekerja muda sebagai target utamanya.
BTN menyadari bahwa bagi generasi muda urban, rumah bukan sekadar tempat tinggal, melainkan juga aset investasi jangka panjang yang penting dalam perencanaan keuangan mereka. Dalam konteks inilah, perseroan memperkenalkan program bunga KPR tetap sebesar 2,65 persen selama tiga tahun, sekaligus menggandeng nama-nama besar seperti Ciputra Group, Agung Podomoro Land, Sinarmas Land, Summarecon, Paramount Land, hingga Alam Sutera, untuk menghadirkan hunian berkualitas dengan harga yang kompetitif.
Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu menegaskan bahwa strategi ini merupakan bagian dari upaya perseroan untuk menjaga kesinambungan program perumahan nasional dan memperluas jangkauan kepemilikan rumah di kalangan muda.
"Kami terus berupaya agar masyarakat Indonesia dapat memiliki hunian yang terjangkau, sejalan dengan komitmen BTN mendukung program perumahan nasional Presiden Prabowo Subianto," ujarnya dalam keterangan resmi.
Komitmen tersebut direalisasikan dalam ajang BTN Connect & Collaborate Expo 2025, sebuah pameran properti yang digelar selama lima hari. Pameran ini tidak hanya menampilkan proyek-proyek properti dari sepuluh pengembang lokal terkemuka, namun juga menawarkan berbagai kemudahan bagi calon pembeli, mulai dari suku bunga ringan, diskon harga rumah, hingga berbagai insentif pembiayaan lainnya.
Dengan menawarkan bunga KPR tetap 2,65 persen selama tiga tahun, BTN memberikan alternatif pembiayaan yang sangat menarik di tengah tren suku bunga yang cenderung fluktuatif. Selain itu, BTN juga memberikan diskon harga rumah hingga Rp100 juta serta voucher hingga Rp20 juta, yang semakin memperbesar peluang para pekerja muda untuk memiliki hunian pertama mereka.
"Ini adalah momentum yang tepat bagi para pekerja muda untuk memiliki hunian sendiri," lanjut Nixon.
Tak hanya itu, BTN juga memberikan diskon biaya provisi sebesar 50 persen, membebaskan biaya appraisal, serta memangkas biaya administrasi sebesar Rp500 ribu. Premi asuransi jiwa kredit juga mendapatkan potongan khusus dalam expo ini.
Strategi ini tidak hanya menyasar aspek pembiayaan, namun juga sisi edukasi masyarakat. Dalam pameran tersebut, BTN menghadirkan sejumlah sesi talkshow edukatif yang membahas beragam topik mulai dari kualitas properti, strategi pembiayaan, hingga tips perencanaan keuangan jangka panjang.
"Kami berharap wadah edukasi ini dapat mendorong para pengunjung untuk lebih berani memiliki hunian sendiri yang sesuai dengan kemampuan finansial mereka dan demi masa depan yang lebih baik," tambah Nixon.
Tak ketinggalan, BTN juga menyematkan unsur digital dan gaya hidup muda dalam acara tersebut. Salah satunya dengan menghadirkan cashback sebesar 30 persen bagi pengunjung yang melakukan pembelian makanan di area food truck expo menggunakan aplikasi balé by BTN.
Langkah ini menjadi contoh konkret bagaimana lembaga keuangan milik negara berinovasi dengan pendekatan yang menyeluruh—menggabungkan kemudahan akses kredit, kolaborasi bisnis, edukasi finansial, hingga integrasi digital dalam satu rangkaian program yang terfokus.
Dari sisi kinerja, BTN menunjukkan pertumbuhan solid. Hingga Maret 2025, pembiayaan KPR non-subsidi tercatat mencapai Rp106,8 triliun, tumbuh 8,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka tersebut menegaskan posisi BTN sebagai pemimpin pasar di sektor pembiayaan kepemilikan rumah, dengan pangsa pasar sebesar 39 persen.
Tren ini juga menandakan bahwa kebutuhan terhadap rumah, khususnya di segmen non-subsidi, tetap tinggi meski tantangan ekonomi masih membayangi. Artinya, program seperti bunga KPR rendah dan kolaborasi dengan pengembang lokal bukan hanya membantu masyarakat, tetapi juga menjaga pertumbuhan sektor properti nasional.
Kolaborasi dengan sepuluh pengembang besar juga menjadi sinyal bahwa sektor perumahan masih menjadi lahan yang menjanjikan. Dukungan dari pihak swasta untuk menyediakan hunian berkualitas menunjukkan sinergi yang baik antara lembaga keuangan dan sektor properti dalam menjawab tantangan backlog perumahan di Indonesia.
Di tengah kondisi fiskal dan ekonomi yang menuntut efisiensi, langkah BTN ini juga bisa dibaca sebagai kontribusi nyata BUMN dalam menopang program prioritas pemerintah, tanpa harus membebani anggaran negara secara langsung.
Dari sisi sosial, inisiatif ini juga membuka akses kepemilikan rumah yang lebih luas kepada masyarakat muda urban yang selama ini kesulitan menjangkau harga rumah. Dengan skema pembiayaan yang lebih terjangkau, peluang untuk memiliki rumah tidak lagi menjadi impian semu, melainkan langkah awal untuk membangun masa depan.
Dengan mengedepankan aksesibilitas, kualitas, dan edukasi finansial, BTN mencoba menjawab kebutuhan akan hunian dalam satu ekosistem pembiayaan yang saling mendukung. Kolaborasi ini memperlihatkan bahwa keterlibatan aktif sektor perbankan bisa menjadi kunci dalam menyelesaikan persoalan mendasar: rumah yang layak, terjangkau, dan mudah diakses oleh generasi produktif Indonesia.