BANK INDONESIA

BI Diproyeksi Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan

BI Diproyeksi Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan
BI Diproyeksi Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan

JAKARTA - Di tengah bayang-bayang ketidakpastian global dan tekanan geopolitik yang masih membayangi ekonomi dunia, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan kembali melanjutkan langkah pelonggaran moneternya. Berdasarkan prakiraan sejumlah analis, pada pertemuan kebijakan 16 Juli mendatang, bank sentral diprediksi akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps), dari 5,50% menjadi 5,25%.

Langkah ini, jika benar terjadi, akan menandai lanjutan dari siklus pelonggaran moneter yang sempat dimulai awal tahun ini namun tertahan selama dua bulan terakhir. Penurunan tersebut dipandang sebagai bentuk respons proaktif BI dalam menghadapi ketidakpastian dari arah kebijakan suku bunga global, terutama di Amerika Serikat, serta ketegangan geopolitik internasional yang berdampak terhadap stabilitas nilai tukar dan arus modal.

Respons Terhadap Volatilitas Eksternal

Isu yang membayangi keputusan BI kali ini bukan hanya seputar kondisi domestik, melainkan lebih pada dinamika eksternal yang kompleks. Salah satunya adalah ketidakpastian arah suku bunga The Fed (Federal Reserve AS), yang belum memberikan sinyal pasti tentang kapan akan mulai memangkas suku bunganya. Meskipun inflasi di AS mulai terkendali, pasar masih menanti sinyal kuat dari Ketua The Fed Jerome Powell.

Selain itu, gejolak geopolitik, mulai dari konflik di Timur Tengah hingga tensi antara Tiongkok dan Barat, terus menciptakan tekanan pada sentimen pasar global. Ketidakpastian ini menyebabkan investor global cenderung menahan diri, atau bahkan menarik modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Dalam konteks ini, penurunan suku bunga oleh BI dipandang sebagai strategi untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, di saat tekanan eksternal justru menimbulkan risiko pelambatan.

Melanjutkan Siklus Pelonggaran

Jika benar terjadi, keputusan untuk memangkas suku bunga pada Juli 2025 akan mengakhiri masa jeda selama dua bulan, setelah sebelumnya BI menahan suku bunga pada Mei dan Juni untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang sempat tertekan.

Langkah ini sekaligus mengonfirmasi komitmen Bank Indonesia dalam melanjutkan siklus pelonggaran moneter yang telah dimulai pada kuartal I 2025. Sejumlah ekonom menyatakan bahwa bank sentral memang memiliki ruang cukup untuk menurunkan suku bunga tanpa mengganggu stabilitas makroekonomi nasional.

“Jika langkah ini terjadi, itu akan terjadi setelah jeda dua bulan dan menunjukkan kesediaan bank sentral untuk melanjutkan siklus pelonggaran yang dimulai sebelumnya tahun ini,” demikian analisis yang beredar menjelang Rapat Dewan Gubernur BI.

Dorong Permintaan Domestik dan Akses Kredit

Penurunan suku bunga tentu akan membawa angin segar bagi dunia usaha dan konsumen, karena berpotensi menurunkan bunga pinjaman di perbankan. Dengan suku bunga acuan lebih rendah, biaya modal menjadi lebih murah, yang kemudian mendorong ekspansi sektor produktif dan konsumsi rumah tangga.

Bagi sektor usaha kecil dan menengah (UKM), pelonggaran ini juga dapat meningkatkan akses terhadap pembiayaan yang lebih terjangkau, sehingga mendukung keberlanjutan usaha mereka di tengah ketidakpastian global.

Risiko yang Tetap Harus Diwaspadai

Meski demikian, langkah penurunan suku bunga tidak serta-merta tanpa risiko. Salah satu tantangan utama adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, yang rentan terpengaruh oleh perbedaan suku bunga dengan negara maju, terutama Amerika Serikat.

Apabila selisih suku bunga dengan The Fed melebar, investor asing berpotensi mengalihkan dananya ke aset dolar AS yang dianggap lebih aman dan menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Dalam kondisi seperti ini, modal asing bisa keluar (capital outflow) dan menyebabkan tekanan terhadap kurs rupiah.

Untuk itu, BI dituntut untuk menjalankan strategi yang seimbang antara mendorong pertumbuhan dan menjaga stabilitas makroekonomi.

“Keputusan untuk memangkas suku bunga harus disertai kebijakan makroprudensial dan intervensi valas yang terukur, agar tidak berdampak negatif terhadap rupiah dan arus modal asing,” ujar seorang ekonom dari lembaga riset keuangan.

Dukungan dari Inflasi yang Terkendali

Salah satu alasan utama yang membuka ruang bagi pelonggaran adalah kondisi inflasi dalam negeri yang terkendali. Hingga pertengahan 2025, inflasi Indonesia masih berada dalam kisaran target BI, yakni 2,5% ±1%.

Stabilitas harga ini memberikan kepercayaan diri bagi bank sentral untuk sedikit melonggarkan kebijakan moneternya tanpa khawatir mendorong tekanan inflasi tambahan.

Selain itu, harga komoditas global yang relatif stabil, seperti minyak dan pangan, juga berkontribusi terhadap terkendalinya tekanan inflasi impor.

Outlook Ekonomi Indonesia

Meski menghadapi ketidakpastian eksternal, fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat. Cadangan devisa masih tinggi, neraca perdagangan mencatat surplus, dan sektor perbankan dalam kondisi likuid dengan rasio kecukupan modal yang sehat.

Bank Indonesia dalam beberapa kesempatan juga menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendukung pemulihan ekonomi nasional. Oleh karena itu, langkah pelonggaran seperti pemangkasan suku bunga dinilai sebagai bagian dari strategi kebijakan bauran untuk menavigasi perekonomian di tengah ketidakpastian global.

Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia pada 16 Juli 2025 sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%, jika benar terjadi, akan menjadi langkah strategis di tengah kompleksitas dinamika global yang masih terus bergulir. Keputusan ini mencerminkan fleksibilitas kebijakan moneter BI yang adaptif terhadap perubahan global, sekaligus memperkuat komitmen dalam menjaga pertumbuhan domestik.

Namun, kebijakan ini tetap harus dijalankan dengan kehati-hatian, mengingat potensi dampak terhadap nilai tukar dan arus modal. Dengan koordinasi yang kuat antarotoritas fiskal dan moneter, diharapkan kebijakan ini dapat mendorong ekonomi tetap tumbuh stabil dan inklusif, tanpa mengorbankan stabilitas makroekonomi yang telah tercapai.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index