Industri

Industri Mebel Sambut IEU-CEPA

Industri Mebel Sambut IEU-CEPA
Industri Mebel Sambut IEU-CEPA

JAKARTA - Kesepakatan dagang Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) membuka peluang baru yang sangat menjanjikan bagi sektor industri mebel dan kerajinan tanah air. Bagi para pelaku usaha, momentum ini bukan sekadar kabar baik, tetapi menjadi titik balik yang dapat mengubah arah ekspor nasional, khususnya ke pasar Eropa yang selama ini dikenal sangat selektif dan kompetitif.

Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, menyambut antusias perkembangan tersebut. Ia menyatakan bahwa peluang ekspor produk mebel ke kawasan Uni Eropa akan meningkat secara signifikan seiring berlakunya IEU–CEPA.

"Proyeksi awal HIMKI, implementasi IEU–CEPA bisa mendorong peningkatan ekspor ke Uni Eropa sebesar 15% hingga 25% dalam tiga tahun pertama, tergantung kesiapan sektor industri kita dalam memanfaatkan momentum ini," ungkap Abdul.

Pernyataan tersebut mencerminkan optimisme tinggi dari pelaku industri terhadap dampak konkret IEU–CEPA terhadap performa ekspor mebel nasional. Selama ini, produk Indonesia seringkali terhambat masuk ke pasar Eropa karena tingginya tarif masuk serta regulasi teknis yang cukup ketat. Dengan adanya kesepakatan ini, sejumlah hambatan tersebut diharapkan dapat dikurangi atau dihilangkan sepenuhnya.

IEU-CEPA Bukan Sekadar Pengurangan Tarif

IEU–CEPA membawa lebih dari sekadar pembebasan bea masuk. Perjanjian ini merupakan komitmen jangka panjang untuk membangun kemitraan ekonomi yang berkelanjutan antara Indonesia dan Uni Eropa. Untuk sektor mebel, keuntungan utamanya adalah peningkatan daya saing produk lokal terhadap kompetitor besar dari Asia seperti Vietnam, Malaysia, dan Tiongkok.

Abdul menjelaskan bahwa penghapusan atau penurunan tarif akan memperkecil kesenjangan harga yang selama ini menjadi tantangan utama. Artinya, produk mebel Indonesia kini bisa bersaing secara lebih adil di pasar Eropa yang dikenal sangat menuntut kualitas dan desain.

"HIMKI menyambut baik perkembangan ini karena membuka peluang lebih besar untuk meningkatkan daya saing produk mebel kita di pasar Eropa yang sangat selektif dan bernilai tinggi," ujarnya.

Dengan kondisi geopolitik dunia yang kian dinamis, pelaku industri Indonesia harus memikirkan strategi diversifikasi pasar. Uni Eropa kini dipandang sebagai pasar jangkar baru yang bisa menopang ekspor mebel dalam jangka menengah hingga panjang, apalagi jika melihat ketidakpastian relasi dagang Indonesia dengan Amerika Serikat terkait tarif tinggi.

Desain, Diferensiasi, dan Nilai Tambah Jadi Kunci

Menurut HIMKI, yang akan paling diuntungkan dari IEU–CEPA adalah produk mebel dengan nilai tambah tinggi, diferensiasi desain, serta yang berbasis pada kekuatan lokal. Hal ini sejalan dengan preferensi konsumen Eropa yang semakin menghargai produk dengan karakter, keberlanjutan, dan cerita di balik produksinya.

"Ini tentu akan mendorong peningkatan ekspor, terutama untuk produk-produk bernilai tambah dan yang memiliki diferensiasi desain," jelas Abdul.

Dengan peluang pasar yang terbuka lebar, tantangan bagi industri mebel Indonesia bukan lagi sekadar produksi, melainkan bagaimana mengemas dan memasarkan produk agar sesuai dengan selera pasar Eropa. Ini termasuk penguatan branding, sertifikasi keberlanjutan, dan kemampuan menjalin koneksi dengan mitra dagang strategis di Eropa.

Saatnya Memperluas Pangsa Ekspor

Data HIMKI menyebutkan bahwa saat ini kontribusi ekspor mebel dan kerajinan Indonesia ke pasar Eropa masih berkisar antara 11% hingga 13% dari total ekspor sektor tersebut. Artinya, masih terbuka ruang besar untuk ekspansi.

Dengan disepakatinya IEU–CEPA, peta ekspor mebel Indonesia diperkirakan akan berubah dalam beberapa tahun mendatang. Uni Eropa dapat menjadi tujuan utama yang lebih stabil dibandingkan kawasan lain yang penuh ketidakpastian.

"Dengan IEU–CEPA dan kondisi geopolitik global yang berubah, termasuk risiko tarif tinggi dari AS, kami melihat Eropa sebagai pasar strategis baru yang dapat menjadi jangkar pertumbuhan ekspor jangka menengah dan panjang," tambah Abdul.

Momentum Politik Jadi Pemicu Finalisasi

Kesepakatan ini tidak terjadi begitu saja. Perjalanannya memakan waktu lebih dari satu dekade, dengan berbagai tahapan perundingan teknis dan politik. Titik baliknya terjadi saat Pemerintah Indonesia dan Komisi Eropa menandatangani exchange of letters sebagai bentuk komitmen untuk mempercepat finalisasi IEU–CEPA.

Pertukaran surat dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Komisioner Perdagangan Uni Eropa Maroš Šefčovič. Ini menjadi sinyal kuat bahwa kedua belah pihak siap menyelesaikan seluruh isu substansial yang masih tertunda, demi segera mewujudkan kemitraan dagang yang lebih erat.

Surat tersebut tidak hanya bersifat seremonial, tetapi memuat apresiasi terhadap kemajuan perundingan dan penegasan komitmen untuk merampungkan perjanjian secepat mungkin.

Jalan Panjang Menuju Ekspor Berkelanjutan

Sektor mebel Indonesia memiliki kekuatan dari sisi bahan baku, kerajinan tangan, serta kekayaan budaya desain yang tak dimiliki oleh banyak negara pesaing. Namun agar benar-benar mampu memanfaatkan peluang dari IEU–CEPA, diperlukan peningkatan dalam berbagai lini  mulai dari standarisasi produk, kualitas manufaktur, efisiensi logistik, hingga promosi digital.

IEU–CEPA adalah kesempatan emas, tapi kesuksesannya tetap bergantung pada seberapa siap para pelaku industri dalam menyesuaikan diri. Di sinilah peran HIMKI dan pemerintah untuk memastikan dukungan yang memadai, baik dari sisi pelatihan, fasilitasi pameran internasional, hingga insentif ekspor.

Bila dijalankan dengan baik, IEU–CEPA bukan hanya akan meningkatkan volume ekspor, tetapi juga mendorong transformasi industri mebel nasional menjadi lebih modern, adaptif, dan berdaya saing global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index