Kesehatan

Aksi Kesehatan Bhayangkara: Kolaborasi Polri dan KSPSI

Aksi Kesehatan Bhayangkara: Kolaborasi Polri dan KSPSI
Aksi Kesehatan Bhayangkara: Kolaborasi Polri dan KSPSI

JAKARTA - Mengubah citra penegak hukum menjadi lebih dekat dan peduli dapat dimulai dari aksi sederhana namun bermakna. Apa jadinya jika Anda melihat Kapolri berdiri sejajar bersama buruh dan masyarakat dalam antrian donor darah? Itulah yang terjadi dalam kegiatan bakti kesehatan menyambut Hari Bhayangkara ke-79, yang menandakan arah baru bagi Polri: bukan hanya menjaga keamanan, tetapi juga membangun empati.

Acara ini terselenggara berkat kerja sama antara Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), yang memilih lokasi PT Adis Dimension Footwear—sebuah simbol industri dan kegiatan buruh—sebagai tempat berlangsungnya donor darah dan berbagai pemeriksaan kesehatan gratis. Tujuannya sederhana: menjadikan layanan kesehatan sebagai medium sosial untuk memperkuat ikatan antara aparat, pekerja, dan masyarakat.

Sorotan utama pada kegiatan ini adalah kehadiran Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo sebagai peserta donor darah. Aksi nyata ini juga disaksikan langsung oleh jajaran pimpinan Polri—Kabareskrim, Kabaintelkam, Kadiv Propam, Kadiv Humas, Kapusdokkes—dan pejabat daerah seperti Kapolda Banten, Gubernur Banten, Ketua DPRD, serta Presiden KSPSI dan owner perusahaan. Kehadiran orang-orang ini bukan sekadar simbol, melainkan representasi sinergi untuk kemanusiaan dan profesionalisme.

“Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kerja sama dari seluruh pihak, terutama rekan‑rekan serikat buruh yang turut menyukseskan kegiatan Hari Bhayangkara. Saya lihat semua berusaha maksimal dalam parade dan defile di hadapan Bapak Presiden, dan beliau sangat terkesan,” ujar Kapolri.

Angka-angka dalam kegiatan ini juga refleksi komitmen menyeluruh. Sebanyak 53 tenaga kesehatan disiapkan—dokter umum, dokter spesialis, perawat, dan bidan. Aktivitas yang digelar pun mencakup:

Donor darah untuk 300 peserta

Pemeriksaan kesehatan untuk 500 orang

Tes laboratorium sederhana untuk 500 orang

Pembagian 500 kacamata gratis

Vaksinasi influenza untuk 50 orang

Distribusi 1.500 paket vitamin dan obat-obatan

Selain itu, satu rangkaian kehadiran Polri yang menyentuh adalah santunan kepada 79 anak yatim dari keluarga buruh: tas, alat tulis, dan uang tunai. Ini bukan sekadar simbol sayang, tetapi sentuhan nyata bagi mereka yang membutuhkan.

Presiden KSPSI, Andi Gani, menyampaikan apresiasi atas peran konkret Polri:

“Kami sangat mengapresiasi upaya Polri yang selalu siap membantu buruh mendapatkan kembali akses pekerjaan. Kami berharap sinergi ini terus berlanjut.”

Pesan kedua ini menekankan bahwa kegiatan ini jangan berhenti setelah piala nama diserahkan, tetapi menjadi gerakan yang berkelanjutan. Dan Kapolri menegaskan hal itu:

“Saya berharap kegiatan seperti ini terus dilaksanakan, agar Polri semakin dekat dengan masyarakat dan hadir sebagai bagian dari solusi atas permasalahan sosial, khususnya di bidang kesehatan dan ketenagakerjaan.”

Mengapa Aksi Ini Penting?

Secara historis, Polri sering dianggap sebagai sosok otoritas yang menjaga ketertiban. Namun masyarakat semakin mengharapkan peran mereka juga dari sisi kemanusiaan, khususnya saat krisis kesehatan dan sosial. Aksi donasi darah dan pemeriksaan kesehatan adalah siasat yang menyentuh langsung nadi masyarakat.

Selain menjaga pasokan darah nasional, kegiatan ini juga mengingatkan masyarakat bahwa di balik seragam batu ada hati yang peduli. Kolaborasi dengan serikat buruh ini juga membuktikan bahwa Polri bersedia berdialog dan bekerja bersama elemen sosial sipil, bukan hanya mengikuti agenda kerja institusi.

Sinergi Berkelanjutan

Memilih organisasi pekerja sebagai mitra bukan tanpa alasan. KSPSI adalah salah satu pilar utama dalam penyaluran aspirasi dan kesejahteraan kerja, khususnya dalam merespon PHK dan kondisi pekerja yang rentan. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa Polri memiliki sinyal kuat: mereka tidak menutup diri terhadap permasalahan sosial, tetapi bersedia bergerak ujar demi membantu struktur sosial yang rapuh.

Dengan bekal sinergi ini, para pekerja yang mengalami PHK atau kesulitan kesehatan mendapat akses mudah ke layanan kesehatan dan mungkin juga dukungan hukum bila diperlukan. Kegiatan ini membuka pintu bagi koperasi kesehatan, pos layanan terpadu di lokasi produksi, atau sistem jemput bola pelayanan kesehatan di lingkup buruh.

Tantangan dan Peluang

Tentunya kerja sama berskala ini menyisakan tantangan. Misalnya, bagaimana Pak Kapolri terus terlibat tanpa menyita kapasitas utamanya? Atau bagaimana skala kegiatan ini bisa diperluas ke sektor kerja lainnya? Namun justru di sinilah letak kekuatan program: jika model kolaboratif ini terstruktur—secara reguler dan terdesentralisasi—Polri bisa menjadi motor penggerak aksi sosial kesejahteraan nasional.

Selain itu, ini bisa menjadi katalis digitalisasi layanan kesehatan via posko keliling, aplikasi jejak antrean, atau e-donor, sehingga para pekerja tidak hanya datang ke lokasi, tetapi dijemput lewat sistem pelayanan tepat sasaran.

Program donor darah Kapolri bersama KSPSI bukan sekadar acara tahunan. Ini adalah momentum baru bagi Polri: hadir bukan hanya sebagai simbol keamanan, tetapi juga sebagai partner kesejahteraan bagi masyarakat. Donor darah, cek kesehatan, bahkan santunan kepada anak yatim—setiap hal kecil ini membentuk citra institusi yang lebih manusiawi, profesional, dan sinergis.

Semoga kegiatan seperti ini bukan sekadar seremonial, tetapi menjadi titik awal dari pola kerja sama lanjutan antara birokrasi, aparat, tenaga kesehatan, dan elemen sosial. Ketika Polri terlibat langsung dalam keseharian masyarakat, kepercayaan publik akan menumbuh, dan kerja sama nasional makin terbina.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index