ERICK THOHIR

Erick Thohir Sebut BUMN Bakal Dukung Hilirisasi Energi Hijau

Erick Thohir Sebut BUMN Bakal Dukung Hilirisasi Energi Hijau
Erick Thohir Sebut BUMN Bakal Dukung Hilirisasi Energi Hijau

JAKARTA - Pergeseran global menuju energi bersih dan rendah emisi bukan lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan strategis nasional. Menyadari hal tersebut, Indonesia terus memperkuat langkah menuju kemandirian energi hijau. Salah satu pencapaian terbarunya adalah peresmian pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik yang terintegrasi—langkah nyata yang menandai babak baru dalam hilirisasi industri energi ramah lingkungan di Tanah Air.

Dalam momen bersejarah yang berlangsung pada Minggu 29 JUNI 2025, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan komitmen kuat pemerintah dalam mendukung pengembangan energi hijau, yang kali ini diwujudkan melalui peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek besar di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Proyek ini digagas oleh Kementerian BUMN bersama PT Aneka Tambang Tbk. (ANTAM), Indonesia Battery Corporation (IBC), dan konsorsium luar negeri yang tergabung dalam CBL (CATL, Brunp, dan Lygend). Kehadiran konsorsium ini tidak hanya mencerminkan kerja sama internasional, tetapi juga bukti bahwa Indonesia menjadi pemain penting dalam rantai pasok global untuk kendaraan listrik.

“Komitmen kami dalam hilirisasi energi hijau sangat jelas dan nyata. Groundbreaking ini adalah bukti bahwa Indonesia serius mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir,” tegas Erick Thohir.

Ekosistem Terintegrasi: Hilirisasi Bukan Lagi Sekadar Wacana

Groundbreaking ini bukan hanya simbolik, melainkan menjadi tonggak penting dalam perjalanan Indonesia mengembangkan ekosistem kendaraan listrik nasional yang terintegrasi. Dalam proyek ini, semua proses mulai dari hulu—yakni pengolahan nikel sebagai bahan baku utama baterai—hingga ke hilir berupa produksi baterai kendaraan listrik, akan dilakukan di dalam negeri.

Langkah ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak lagi hanya menjadi eksportir bahan mentah, tetapi juga pelaku utama dalam rantai nilai industri baterai dunia. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri (local value creation) serta membuka lapangan kerja berkualitas.

“Dengan hilirisasi dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik, kita tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga menciptakan masa depan energi Indonesia yang berkelanjutan,” lanjut Erick Thohir.

Sinergi BUMN dan Swasta Global: Dorong Transfer Teknologi

Salah satu aspek paling krusial dari proyek ini adalah keterlibatan investor dan mitra internasional dalam konsorsium CBL. Keikutsertaan nama besar seperti CATL (Contemporary Amperex Technology Co. Limited) yang merupakan pemain global di industri baterai, membuka ruang besar bagi transfer teknologi, peningkatan kualitas SDM Indonesia, serta memperluas akses pasar global.

Keterlibatan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTAM) dan Indonesia Battery Corporation (IBC) di sisi BUMN juga mempertegas komitmen pemerintah dalam menjadikan proyek ini sebagai pilar strategis pembangunan energi hijau nasional.

Kolaborasi ini dipandang sebagai model kemitraan ideal, di mana modal, teknologi, sumber daya alam, dan visi jangka panjang disatukan dalam kerangka pengembangan industri yang berkelanjutan.

Karawang, Lokasi Strategis untuk Industri Masa Depan

Pemilihan Kawasan Artha Industrial Hills (AIH) di Karawang sebagai lokasi pembangunan ekosistem ini dinilai sangat tepat. Selain lokasinya yang strategis di koridor industri Jawa Barat, Karawang juga memiliki infrastruktur pendukung yang memadai, serta kedekatan dengan pusat distribusi otomotif nasional.

Dengan keberadaan proyek ini, Karawang diharapkan akan menjadi sentra industri baterai dan kendaraan listrik nasional, sekaligus magnet bagi investor lain yang bergerak di bidang energi baru terbarukan (EBT).

Langkah Menuju Transisi Energi Nasional

Pembangunan ekosistem industri baterai terintegrasi ini sejalan dengan peta jalan transisi energi Indonesia, di mana penggunaan energi fosil secara bertahap dikurangi dan digantikan oleh energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Melalui proyek seperti ini, Indonesia menegaskan perannya bukan hanya sebagai konsumen teknologi hijau, tetapi juga sebagai produsen energi bersih yang kompetitif di kancah global.

“Jika kita terus konsisten, Indonesia bisa menjadi pusat produksi baterai kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara. Ini peluang yang tidak boleh kita lewatkan,” ujar Erick Thohir dengan optimis.

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan yang Luas

Dampak positif dari proyek ini tidak hanya terasa dalam skala nasional, tetapi juga regional. Rantai pasok baru yang tercipta akan mendorong tumbuhnya UMKM, penyedia jasa logistik, industri pendukung, dan pusat pelatihan tenaga kerja di sekitar wilayah Karawang dan sekitarnya.

Lebih dari itu, pengurangan emisi karbon dari beralihnya penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik akan membantu Indonesia mencapai target Net Zero Emission pada 2060, sebagaimana telah dicanangkan pemerintah.

Momentum Penting Menuju Indonesia yang Lebih Hijau

Groundbreaking proyek ekosistem industri baterai terintegrasi di Karawang menjadi bukti nyata bahwa hilirisasi energi hijau bukan lagi sekadar slogan, tetapi sudah memasuki tahap eksekusi yang konkret. Langkah ini merupakan bagian dari transformasi besar yang sedang dibangun pemerintah untuk menciptakan masa depan energi nasional yang berdaulat, mandiri, dan berkelanjutan.

Melalui kolaborasi antara BUMN, swasta nasional, dan mitra global, Indonesia kini berada di jalur yang benar menuju posisi strategis dalam peta industri energi bersih dunia. Jika konsistensi ini dijaga, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi pemain utama dalam industri kendaraan listrik global dalam beberapa dekade ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index