BSI Cetak Pertumbuhan Pembiayaan 15,46 Persen Sejak Merger dan Perkuat Peran di Perekonomian Nasional

BSI Cetak Pertumbuhan Pembiayaan 15,46 Persen Sejak Merger dan Perkuat Peran di Perekonomian Nasional

Jakarta, 14 Mei 2025 — PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus menunjukkan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional melalui pembiayaan yang mengalami peningkatan sebesar 15,46% (CAGR) sejak proses penggabungan perusahaan pada Februari 2021 hingga akhir Desember 2024. Sebagian besar penyaluran pembiayaan ini ditujukan untuk sektor Ritel dan UMKM serta Konsumer, yang secara keseluruhan mencakup sekitar 72% dari total pembiayaan.

Pelaksana tugas Direktur Utama BSI, Bob T Ananta, menyampaikan bahwa proses merger yang didorong oleh pemerintah terbukti mempercepat pertumbuhan perusahaan. Aset BSI mencatat lonjakan yang signifikan, dari Rp239,58 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp408,61 triliun pada akhir 2024, dengan pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 14,28%. Peningkatan aset ini turut mendorong posisi BSI masuk ke jajaran enam besar bank nasional.

Bob menjelaskan bahwa pertumbuhan aset tersebut salah satunya ditopang oleh penguatan jaringan kantor dan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK). Saat ini, BSI memiliki 1.039 outlet yang tersebar di berbagai wilayah, dengan tampilan branding baru yang lebih menonjol. Jumlah nasabah pun melonjak, dari sekitar 14 juta saat merger menjadi lebih dari 21 juta hingga akhir 2024.

Dana Pihak Ketiga yang berhasil dikumpulkan BSI per Desember 2024 mencapai Rp327,45 triliun. BSI juga konsisten mendorong peningkatan dana murah (CASA) yang tumbuh sebesar 12,20% (CAGR) sejak awal penggabungan hingga akhir 2024. Fokus pada dana murah dan efisiensi biaya operasional mendorong pertumbuhan laba bersih BSI secara konsisten dengan peningkatan dua digit.

Per akhir Desember 2024, laba bersih BSI mengalami lonjakan CAGR sebesar 33,77%, dari Rp2,19 triliun di tahun 2020 menjadi Rp7,01 triliun. Kenaikan laba ini berdampak positif terhadap Return on Equity (ROE) yang naik dari 11,18% menjadi 17,77% dalam periode yang sama. Capaian tersebut membuat BSI semakin menarik di mata investor global, terlihat dari meningkatnya jumlah pemegang saham asing pada emiten berkode BRIS ini.

BSI dijadwalkan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 16 Mei 2025. Dalam rapat tersebut, salah satu agenda utama adalah pengesahan laporan tahunan 2024. Bob menegaskan bahwa manajemen akan terus melanjutkan transformasi yang telah dirancang, meskipun tantangan ekonomi seperti pelemahan daya beli masyarakat mulai berdampak pada sektor perbankan.

BSI juga berkomitmen memperkuat fondasi digitalnya melalui pengembangan teknologi yang telah dimulai pada 2024, termasuk peluncuran SuperApp BYOND by BSI untuk nasabah ritel dan BEWIZE by BSI untuk segmen institusi. Perluasan jaringan dan modernisasi layanan menjadi strategi utama untuk menjangkau lebih banyak masyarakat.

Dalam menjalankan operasionalnya, BSI membangun ekosistem syariah sebagai keunggulan kompetitif, mencakup layanan haji dan umrah, zakat, wakaf, sedekah (ZISWAF), serta pelayanan bagi pesantren, masjid, dan sekolah Islam. Potensi bisnis dalam ekosistem haji dan umrah semakin besar, seiring dengan visi 2030 Pemerintah Arab Saudi untuk melayani hingga 30 juta jemaah per tahun. BSI berharap dapat semakin aktif dalam mengelola ekosistem tersebut demi mendukung kontribusi terhadap bangsa.

Pertumbuhan bisnis BSI juga diperkuat dengan diresmikannya Layanan Bank Emas oleh Presiden RI Prabowo Subianto pada 26 Februari 2025. Layanan ini sejalan dengan strategi hilirisasi nasional agar pengelolaan emas dilakukan di dalam negeri. BSI kini menyediakan layanan perdagangan emas dan penitipan emas yang mengalami pertumbuhan pesat. Layanan ini melengkapi berbagai produk emas BSI seperti gadai emas, cicilan emas, dan tabungan emas BSI.

Layanan bank emas ini memberi peluang kepada masyarakat luas untuk memiliki emas dengan harga yang lebih terjangkau melalui aplikasi BYOND by BSI. Berdasarkan hasil survei Indonesia Investment Trends 2024, emas tetap menjadi pilihan utama investasi masyarakat setelah bentuk perhiasan, terutama karena lonjakan harga akibat kebijakan tarif dari pemerintah Amerika Serikat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index