JAKARTA - Indonesia, sebagai negara dengan tingkat risiko bencana yang tinggi, terus berupaya memperkuat sistem ketahanan kesehatannya agar mampu menghadapi berbagai situasi darurat. Salah satu langkah penting yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah menggelar pelatihan pemberdayaan dan peningkatan kapasitas bagi Tenaga Cadangan Kesehatan Emergency Medical Team (TCK-EMT) Tipe 2 Indonesia. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kesiapsiagaan tenaga kesehatan, tetapi juga mengarah pada sertifikasi dan klasifikasi global yang sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Latar Belakang dan Tujuan Pelatihan
Pelatihan yang berlangsung di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini melibatkan 95 peserta dari berbagai institusi, seperti rumah sakit vertikal Kemenkes, unit lintas program, POLRI, organisasi profesi, LSM, dan NGO. Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi transformasi sistem kesehatan nasional pada pilar ketiga, yakni Ketahanan Kesehatan.
- Baca Juga Shio Puncak Keberuntungan
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Agus Jamaludin, menyatakan pentingnya pelatihan ini dengan alasan Indonesia merupakan negara dengan risiko bencana tinggi. Oleh sebab itu, kebutuhan akan tenaga kesehatan yang terlatih dan siap dimobilisasi kapan saja menjadi sangat mendesak.
“Indonesia termasuk negara dengan risiko bencana tinggi. Oleh karena itu, kita membutuhkan tenaga kesehatan yang terlatih dan siap dimobilisasi kapan saja,” ungkap Agus Jamaludin.
Fokus Materi dan Metode Pelatihan
Ketua pelaksana kegiatan, Eko Medistianto, menjelaskan bahwa para peserta yang hadir merupakan tenaga cadangan kesehatan resmi yang sudah ditunjuk oleh pimpinan instansi masing-masing. Materi yang diberikan menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan manajemen operasional EMT di lokasi bencana.
Pelatihan meliputi kesiapan logistik, alur koordinasi, serta pelayanan medis darurat yang harus dijalankan di lapangan. Kegiatan ini juga menjadi bagian dari proses menuju sertifikasi WHO dan klasifikasi global untuk TCK-EMT Tipe 2 Indonesia.
Metode penyampaian materi dibuat interaktif melalui paparan, diskusi, permainan edukatif, simulasi, dan praktik langsung pendirian rumah sakit lapangan. Materi mencakup konsep manajemen penanggulangan krisis kesehatan, standar operasional EMT Tipe 2 sesuai Blue Book WHO 2021, alur deployment tenaga kesehatan, pengelolaan logistik, serta penyiapan sarana dan prasarana pendukung operasi di lapangan.
Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi Tantangan di Lapangan
Salah satu peserta pelatihan, Franky Moudy Rumondor, mengungkapkan pengalamannya selama mengikuti kegiatan tersebut. Ia menilai bahwa pelatihan ini memberikan wawasan nyata tentang dinamika pelayanan kesehatan di lapangan, khususnya ketika menghadapi keterbatasan yang cukup signifikan.
“Di lokasi bencana, tenaga kesehatan harus tetap mampu memberikan pelayanan optimal, meski menghadapi tantangan logistik, komunikasi, bahkan kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal,” ujarnya.
Menurut Franky, pelatihan ini menyiapkan tenaga kesehatan untuk tidak hanya sekadar memberikan pelayanan medis, tetapi juga mampu beradaptasi dan mengelola sumber daya yang ada secara efektif demi kelancaran operasi di lokasi bencana.
Kolaborasi Lintas Institusi dalam Membangun Ketahanan Kesehatan
Pelatihan ini juga memperlihatkan kolaborasi yang erat antara berbagai institusi strategis, termasuk Universitas Pertahanan RI, Universitas Indonesia, Pusat Kesehatan TNI, RS Haji UIN Jakarta, MDMC, PERDAMSI, hingga WHO. Fasilitator yang mengisi sesi pelatihan merupakan profesional lulusan program EMT Induction WHO yang tergabung dalam MULTHEOR (Multi-Country Training Hub for Health Emergencies Operational Readiness).
Kolaborasi ini menjadi modal penting agar standar kompetensi tenaga kesehatan dapat diseragamkan dan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan yang terus berkembang. Sinergi antara pemerintah, akademisi, dan organisasi internasional memperkuat upaya Indonesia dalam membangun sistem kesehatan yang tangguh dan adaptif.
Menuju Sertifikasi Global dan Kesiapsiagaan Nasional
Salah satu tujuan utama pelatihan ini adalah mempersiapkan TCK-EMT Tipe 2 Indonesia untuk mendapatkan sertifikasi dan klasifikasi global dari WHO. Dengan begitu, tenaga cadangan kesehatan yang dimiliki Indonesia tidak hanya mampu merespons secara optimal dalam negeri, tetapi juga siap dikerahkan untuk membantu penanganan krisis kesehatan di luar negeri jika diperlukan.
Eko Medistianto menegaskan bahwa standar kompetensi yang seragam ini menjadi bukti nyata komitmen Indonesia dalam membangun ketahanan kesehatan yang kuat. Dengan tenaga kesehatan yang terlatih dan bersertifikat internasional, Indonesia memperkuat posisinya sebagai negara yang siap menghadapi bencana dan krisis kesehatan kapan saja.
Membangun Sistem Ketahanan Kesehatan yang Tangguh dan Terpadu
Pelatihan pemberdayaan dan peningkatan kapasitas TCK-EMT Tipe 2 Indonesia ini merupakan langkah strategis untuk mewujudkan sistem ketahanan kesehatan nasional yang adaptif dan siap siaga. Melalui penguatan kapasitas tenaga cadangan kesehatan, pemerintah memastikan bahwa layanan medis darurat dapat diberikan secara optimal di tengah situasi krisis.
Intervensi ini juga menegaskan bahwa penanganan krisis kesehatan bukanlah tugas satu pihak saja, melainkan sebuah sinergi lintas sektor yang melibatkan berbagai pihak. Dengan kesiapan dan standar kompetensi yang tinggi, Indonesia siap memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat, baik di dalam negeri maupun di panggung global.