JAKARTA - Di tengah dinamika pasar energi global dan ketegangan geopolitik yang terus membayangi, langkah terbaru OPEC+ untuk kembali meningkatkan produksi minyak menandai strategi agresif kelompok ini dalam merebut pangsa pasar yang sempat tergeser. Kenaikan sebesar 547.000 barel per hari (bph) untuk bulan September menjadi bagian dari tren peningkatan pasokan yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir, mengakhiri periode pemangkasan terbesar dalam sejarah OPEC+.
Langkah tersebut muncul sebagai respons terhadap ketidakpastian suplai global yang dipicu oleh situasi Rusia, serta dorongan kuat dari negara-negara konsumen utama untuk menstabilkan harga minyak yang belakangan ini tetap tinggi.
OPEC+ memutuskan kenaikan produksi ini setelah delapan anggotanya menggelar pertemuan virtual singkat. Dalam pernyataan resmi, kelompok ini menyebut kondisi ekonomi global yang cukup sehat serta tingkat stok minyak yang rendah sebagai dasar kebijakan mereka.
- Baca Juga Investor Muda Kuasai Pasar Modal
Produksi tambahan yang disepakati ini merupakan bagian dari pembalikan pemangkasan sebelumnya, termasuk penambahan terpisah untuk Uni Emirat Arab. Jika ditotal, penambahan suplai mencapai sekitar 2,5 juta bph atau 2,4% dari permintaan minyak dunia.
Keputusan OPEC+ kali ini tidak hanya dilandasi oleh perhitungan ekonomi, tetapi juga oleh tekanan geopolitik yang meningkat. Pemerintah Amerika Serikat dilaporkan terus mendorong India untuk menghentikan pembelian minyak dari Rusia, sebagai bagian dari strategi untuk memaksa Moskow kembali ke meja perundingan menyusul invasi ke Ukraina. Dorongan diplomatik ini turut menambah bobot pada arah kebijakan OPEC+ dalam mengelola produksi.
Meski produksi meningkat, harga minyak tetap berada pada level tinggi. Brent ditutup mendekati $70 per barel, jauh naik dari posisi terendah sekitar $58 per barel beberapa bulan lalu. Penguatan harga ini sebagian besar dipicu oleh meningkatnya permintaan musiman serta persepsi pasar atas potensi pasokan yang terbatas.
“Dengan harga minyak yang cukup kuat di kisaran $70, ini memberi OPEC+ kepercayaan diri atas fundamental pasar,” kata Amrita Sen, salah satu pendiri Energy Aspects, dikutip dari Reuters. Ia juga menekankan bahwa struktur pasar mengindikasikan kondisi stok yang masih ketat.
OPEC+ akan kembali menggelar pertemuan pada awal bulan berikutnya. Agenda utama mereka adalah mengevaluasi kemungkinan untuk menghapus lapisan pemangkasan tambahan sebesar sekitar 1,65 juta bph yang masih berlaku. Dua sumber dalam OPEC+ menyebut pemangkasan ini dijadwalkan berlaku hingga akhir tahun depan.
Secara keseluruhan, OPEC+ mencakup 10 negara produsen minyak di luar anggota OPEC, dengan Rusia dan Kazakhstan sebagai dua pemain kunci. Kelompok ini mengendalikan sekitar setengah dari total produksi minyak dunia.
Selama beberapa tahun terakhir, OPEC+ melakukan pemangkasan produksi dalam upaya menjaga harga tetap stabil di tengah fluktuasi global. Namun tahun ini, arah kebijakan mereka mulai berubah. Tekanan dari Presiden AS Donald Trump agar kelompok ini meningkatkan produksi, turut mendorong langkah-langkah yang lebih agresif.
Sejak April, kedelapan anggota OPEC+ yang tergabung dalam kesepakatan baru telah menaikkan produksi secara bertahap. Kenaikan dimulai dari 138.000 bph, kemudian meningkat menjadi 411.000 bph selama Mei hingga Juli, disusul tambahan sebesar 548.000 bph pada Agustus, dan akhirnya 547.000 bph untuk September.
Menurut Giovanni Staunovo dari UBS, pasar sejauh ini mampu menyerap lonjakan pasokan tersebut, terutama karena aktivitas penimbunan minyak oleh Tiongkok. Namun, ketidakpastian tetap membayangi terkait keputusan AS soal sanksi terhadap Rusia.
“Sejauh ini pasar mampu menyerap tambahan pasokan tersebut dengan baik, juga karena aktivitas penimbunan di Tiongkok,” ujar Staunovo. “Kini semua perhatian tertuju pada keputusan Trump soal Rusia pada Jumat ini.”
OPEC+ masih menjalankan dua skema pemangkasan. Pertama adalah pemangkasan sukarela sebesar 1,65 juta bph oleh delapan negara anggota, dan kedua adalah pemangkasan 2 juta bph yang mencakup seluruh anggota dan berlaku hingga akhir 2026.
Menurut Jorge Leon dari Rystad Energy, yang juga mantan pejabat OPEC, keputusan menaikkan produksi sejauh ini bisa dianggap sukses karena tidak menimbulkan kejatuhan harga di pasar global.
“OPEC+ telah lolos ujian pertama,” kata Leon. “Tapi tugas berikutnya akan lebih sulit: memutuskan apakah dan kapan akan mencabut sisa pemangkasan 1,66 juta barel, sambil menavigasi ketegangan geopolitik dan menjaga kohesi internal.”
Langkah-langkah ke depan OPEC+ akan sangat menentukan dinamika pasar minyak global, terutama dalam konteks pemulihan ekonomi pascapandemi, konflik geopolitik yang belum mereda, dan upaya negara-negara pengimpor utama untuk menekan harga energi domestik. Dalam situasi ini, setiap keputusan produksi dari OPEC+ akan terus menjadi sorotan pelaku pasar dan pembuat kebijakan di seluruh dunia.