Kol Gulung Pedas, Kuliner Sehat Rasa Nusantara

Senin, 28 Juli 2025 | 14:38:21 WIB
Kol Gulung Pedas, Kuliner Sehat Rasa Nusantara

JAKARTA - Gaya hidup sehat tak lagi identik dengan makanan hambar atau menu diet yang membosankan. Di tengah gelombang kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan bergizi, muncul berbagai inovasi kuliner yang memadukan unsur kesehatan dan cita rasa. Salah satu yang kini mencuri perhatian adalah kol gulung pedas   makanan berbasis sayuran yang tidak hanya sehat, tetapi juga menggugah selera dengan rasa pedas yang khas.

Kol gulung pedas menawarkan konsep unik: menyulap sayur kol menjadi sajian yang modern dan lezat tanpa kehilangan unsur kesehatannya. Hidangan ini kian populer di kalangan anak muda, terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar dan mendambakan menu sehat yang praktis namun tetap beraroma kuat khas masakan Indonesia.

Pada dasarnya, kol gulung pedas dibuat dari lembaran daun kol segar yang direbus hingga lunak, kemudian diisi dengan aneka bahan bercita rasa pedas seperti ayam suwir, tahu cincang berbumbu, jamur tiram, wortel, bihun, dan sambal racikan khas masing-masing penjual. Setelah digulung dengan rapi, makanan ini siap disajikan tanpa perlu proses memasak yang kompleks. Kepraktisan dalam penyajian menjadikan kuliner ini digemari oleh berbagai kalangan.

Meski belum dapat dipastikan siapa yang pertama kali mengenalkan kreasi ini, gagasannya jelas mencerminkan semangat transformasi kuliner tradisional ke dalam bentuk yang lebih kekinian. Beberapa orang menyamakan konsepnya dengan lemper atau lontong isi, hanya saja kali ini bahan dasarnya adalah sayuran, bukan ketan atau nasi. Transformasi ini menjadi cerminan dari kebutuhan konsumen masa kini yang menginginkan sesuatu yang praktis, sehat, namun tidak mengorbankan rasa.

Tren ini semakin diperkuat oleh keberadaan kol gulung pedas di berbagai kota seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung. Mulai dari kafe, warung makan sehat, hingga pedagang kaki lima, banyak yang menyajikan versi mereka sendiri dari menu ini. Masing-masing berusaha tampil beda lewat inovasi isi dan tingkat kepedasan yang variatif.

Menurut Nadia Pramesti, seorang food blogger dan pelaku UMKM kuliner di Jakarta, keberhasilan kol gulung pedas terletak pada kemampuannya menggabungkan bahan sederhana dengan hasil akhir yang menarik dan nikmat.

“Kol itu murah, gampang diolah, dan bisa menyerap bumbu dengan baik. Dengan isi yang pedas dan gurih, kol gulung ini jadi alternatif camilan atau lauk yang mengenyangkan dan cocok untuk gaya hidup modern,” ujar Nadia.

Dari segi kandungan gizi, kol gulung pedas juga memiliki nilai yang menjanjikan. Kol sebagai bahan utama kaya akan vitamin C, serat, dan antioksidan. Jika dipadukan dengan sumber protein seperti ayam atau tahu, dan tambahan serat dari sayur lainnya, maka makanan ini bisa menjadi pilihan ideal bagi mereka yang ingin menjaga asupan tanpa harus kelaparan.

Ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada, dr. Rina Wulandari, M.Gizi, juga mengamini bahwa kol gulung pedas adalah pilihan yang tepat untuk diet sehat.

“Asalkan tidak menggunakan terlalu banyak minyak atau bahan olahan tinggi lemak, kol gulung sangat baik untuk menjaga berat badan dan pencernaan. Bahkan, rasa pedas dari cabai bisa membantu mempercepat metabolisme tubuh,” jelas dr. Rina.

Peran media sosial dalam menyebarluaskan tren ini tidak bisa diabaikan. Konten kreator kuliner beramai-ramai membagikan resep, cara membuat, hingga tantangan makan kol gulung dengan level kepedasan ekstrem. Salah satu konten kreator terkenal, @KulinerPedesMania, bahkan menyatakan bahwa videonya yang menampilkan kol gulung pedas level 10 ditonton jutaan kali.

“Followers saya suka makanan pedas, jadi waktu saya bikin kol gulung dengan sambal rawit setan, langsung viral. Banyak yang ikut tantangan itu dan akhirnya mereka juga coba jualan,” ungkapnya.

Fenomena ini turut membuka peluang usaha baru bagi pelaku UMKM, terutama mereka yang ingin memulai bisnis makanan dari rumah. Biaya produksi kol gulung pedas relatif rendah, bahan mudah didapat, dan bisa dijual dengan sistem pre-order atau online delivery.

Lestari Nur Azizah, pelaku UMKM di Bandung, mengaku usahanya mengalami peningkatan signifikan sejak fokus menjual kol gulung pedas.

“Awalnya saya jual hanya 20 bungkus per hari. Sekarang bisa sampai 100 bungkus, apalagi kalau akhir pekan atau musim hujan. Orang cari camilan yang hangat dan pedas,” ungkap Lestari.

Ia pun terus berinovasi dengan menghadirkan varian baru seperti kol gulung isi daging rendang pedas dan kol gulung isi tuna sambal matah. Kreasi ini membuatnya mampu menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk mahasiswa, pekerja kantoran, hingga ibu rumah tangga.

Dengan geliat ini, banyak pihak melihat potensi kol gulung pedas untuk menjadi menu tetap di restoran hingga kafe kekinian. Bahkan ada yang menyebutnya berpeluang menjadi salah satu kuliner khas modern Indonesia sejajar dengan seblak atau martabak kekinian.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif turut menyambut tren ini dengan positif. Mereka menilai bahwa kol gulung pedas menjadi contoh nyata dari bagaimana kreativitas bisa mendorong pertumbuhan ekonomi sektor kuliner.

Melalui menu sederhana ini, para pelaku UMKM mampu menjawab kebutuhan pasar, memperluas peluang usaha, dan mempromosikan gaya hidup sehat. Di tengah tantangan industri makanan yang makin kompetitif, kol gulung pedas tampil sebagai simbol bahwa cita rasa, inovasi, dan kesehatan bisa berjalan beriringan.

Dan siapa tahu suatu hari nanti, kol gulung pedas tak sekadar menjadi tren musiman, tetapi bagian dari identitas kuliner bangsa.

Terkini